Tibalah kesunyian yang melangitkan peran
Meminang getaran pembumbung harap senja lautan
Hardik si rasa karena ulah masa ketika tenggelam
Dibawah horizon ingatan kembali adu bertumbukanSemilir sepoi mencecer penggalan demi penggalan
Satu kepingan serentak rangkap kenangan
Kujur sangkala berdentang lir melaunkan
Antariksa samar sabak guntur bersahutanSang petang mulai memainkan peran
Guratan sendu bergemelut mengadu tuan
Parade sunyi kalbu redup pandang
Setitik diri abdi nan lelah akan juangRaga kembali cipta ingatan pulang
Terhampar rentetan baris kenangan
Gemercik tetesan eluh enggan mau dibunuh
Hati luka tergores pena masaSeketika rindu meletup buncah lautan
Rindu mulai goreskan tinta hitam
Berkecamuk cinta sedang tuan masih enggan
Segenggam kenang masih daku simpanMasa lalu pulang dalam pangkuan
Singgah kembali dikala hujan datang
Bersama lamunanku hingga larut malam
Dibawah langit suram beratapkan rembulanKecewa kembali mengingatkan
Mengalun hilir mudik tajam
Memperbening masa kelam
Bayanganmu tinggal temuan
Aku hanya seorang raga yang malangYang pada akhirnya
Daku bersiap pamit pulang***
22: 00, rahajeng wengi
Sesuatu yang tanpa didasari adanya cinta pasti mengecewakan. Begitu juga dengan bentuk kenangan yang mulai memburam. Tak ubahnya hanya memberi seberkas luka, menyayat setiap saat hingga timbul sendu yang terus mengakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Jemari Ringkih
PoetryTak hanya tentang bahagia, hidup juga tentang duka, lara, afeksi dan segala macam rasa yang pernah Tuhan ciptakan. Maka izinkan saya membagikan perasaan ini melalui karya. Tentang suka duka hidup, percintaan yang ujungnya banyak menimbulkan lara. Ak...