3. Prolog 3 : Kecelakaan

238 28 1
                                    

Ya.. ternyata dunia nyata tak seindah drama korea. Baru beberapa minggu kami pindah ke korea, Ayahku mengalami kecelakaan saat perjalanan menuju bandara.

Operasi pun tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Ayahku tidak dapat diselamatkan. Pada akhirnya, Keluarga kami kehilangan satu anggotanya. Pemakaman dilaksanakan beberapa minggu setelah operasi yang panjang.

Saat di pemakaman Ibuku, dan kedua kakakku menangis tersedu-sedu sambil memanggilnya. Namun, tidak dengan aku. Aku tidak menangis, aku tidak tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini.

Sakit? Sedih? Perasaan ini sangat asing. Ada rasa sesak yang sama seperti saat aku dibully namun rasa sesak itu tercampur dengan rasa sepi, bingung, terkejut. Aku hanya duduk terdiam sambil mendengarkan suara tangisan dari keluargaku. Rasanya sangat sakit dan sesak. Aku menutup telingaku dan menepuk-tepuk dadaku agar perasaan ini cepat hilang.

Ibu datang lalu duduk di sebelahku. Ia membisikkan sesuatu lalu memelukku. Bisikan itu sangatlah menusukku. Terasa ada ribuan jarum yang datang dan menusuk hatiku. Tanpa ku sadari air mataku mengalir keluar. Mungkin ini pertama kalinya aku menangis setelah sekian lamanya.

Sesampainya di rumah, aku menuju ke ruangan ayah. Tidak perlu menggunakan tongkat maupun bimbingan Rieun ataupun Taeyeon eonni karena saat ini aku sudah melihat.

Tepat setelah ayahku meninggal, operasi mataku dijalankan. Awalnya aku penasaran siapa yang mendonorkan matanya. Namun ibu tidak menjawab pertanyaanku malah memelukku. Hal itu membuatku semakin penasaran.

Namun rasa penasaran itu hilang dan digantikan rasa sakit yang sangat mendalam.

"Jieun-a.. yang mendonorkan matamu itu adalah ayahmu. Ia memang sudah merencanakan ingin mendonorkan matanya saat ia mati jika belum ada pendonor mata lainnya. Ia sangat menyayangimu Jieun-a."

Suara ibu terus terngiang-ngiang dikepalaku. Dadaku terasa sesak jika mengingat aku membentak ayahku dan mengatakan aku membencinya tepat sebelum hari keberangkatannya. Aku tidak tau itu menjadi hari terakhir dan kesan terakhirku padanya.

Aku menghampiri tumpukan buku ayahku. Ku buka satu persatu buku itu lalu ingatan bersama dengannya muncul. Hatiku terasa sakit saat mengingat kenangan-kenangan itu. Aku menangis tersedu-sedu sambil memeluk buku-buku ayahku.

"Mianhae appa... Mianhae.. jeonmal mianhae.." ucapku berkali-kali.

Rieun dan Taeyeon eonni datang saat mendengarkan tangisanku. Saat mereka melihatku menangis, mereka pun juga ikut menangis.

Hari-hari menyenangkan yang aku inginkan hanya berlangsung sebentar. Tak lama setelah pemakaman ayah, ibu mendapatkan telepon dari UK bahwa ayah telah bangkrut dan memiliki hutang yang besar dan harus di lunasi.

Dalam sekejap, seluruh harta kekayaan kami hilang. Dengan terpaksa ibu harus mencari pekerjaan untuk membayar sisa hutang. Orang tua ibuku menawarkan tabungan mereka untuk membantu namun ibuku menolaknya. Ia tidak ingin merepotkan dan dianggap beban keluarga.

Sebagai gantinya kami berempat tetap tinggal di rumah kakek nenek kami untuk menghemat pengeluaran ibuku.

Disinila kehidupan baruku dimulai.

*****

Jeng.. jeng.. jeng.. mulai dari sini perjuangan seorang jieun untuk menjadi penyanyi dimulai.

I Love U (GD×IU Fanfic) || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang