12.

195 13 1
                                    

Rasanya..

Hari ini berbeda.


Aku tidak sanggup menatap wajah seorang Jeno setelah tau bahwa ada seseorang yang diam diam mengangguminya.

Orang itu adalah orang yang selalu memperhatikan setiap gerak gerik Jeno, selalu memberikan perhatian kepada Jeno, dan selalu mengawasiku. Arihara.

"Hey.." Jeno melambaikan tangan kanannya didepan wajahku yang sedang melamun.

Aku dan Jeno memang semakin dekat akhir akhir ini semenjak insiden di taman hari itu. Bukan insiden, lebih tepatnya adalah pengalaman.

Entah, rasanya sangat hangat bisa berjalan bersamanya walaupun udara saat itu sangat tidak bersahabat.

"Jeno-ya.. hee-nim memanggilmu di kantor." Tiba tiba Arihara datang dan menarik tangan Jeno dengan buru buru.

Sebenarnya yang kulakukan saat ini dengan Jeno hanyalah sekedar membahas tentang tugas sains yang diberikan ssaem-nim. Konyolnya, aku bisa satu kelompok dengan Jeno. Maka itu kami memutuskan untuk mengerjakannya didalam kelas sepulang sekolah. Kami hanya berdua sekarang.

"Ah.. baiklah." Ucap Jeno pada Arihara yang saat ini sedang menatapku sinis. "Aku pergi sebentar."

Kepalaku terasa sangat berat untuk merespon Jeno dengan anggukkan. Jadi kudiamkan saja orang itu.

Melihat Jeno keluar kelas dengan tangan Arihara yang menggandengnya, entah tapi aku merasa cemburu. Arihara sungguh wanita yang menyebalkan. Dia pikir dengan tampang cantiknya itu dia bisa menggandeng seseorang seenaknya saja? Cih.

"Hei, sedang apa?" Jaemin yang sedang bersender di pintu dengan kedua tangannya yang dilipat didepan dada membuatku terkejut.

Aku tidak menghiraukannya. Sungguh aku sedang malas untuk diganggu, apalagi pasti Jaemin setelah ini akan mendekatiku dan mengajakku bicara.

"Yoonbyul-ah, aku mengajakmu bicara." Benar saja apa yang kuucapkan tadi, ia beralih duduk di sampingku sekarang.

"Kau mau apa, Jaem?" Tanyaku yang berusaha untuk fokus mengerjakan tugasku.

Aku tidak mendengar sepatah kata apapun lagi dari Jaemin. Tapi ekor mataku melihat jelas ia sedang menatapku sambil tersenyum.

Tiba-tiba jarinya yang indah menyisir poniku dan ditaruhnya dibelakang telingaku. "Kau cantik."

Aku hanya memberikan senyum sekilas pada Jaemin dan kembali pada aktifitasku.

"Kau bersama Jeno disini?" Sepertinya ia melihat buku-buku diatas mejaku tidak hanya ada satu, tetapi beberapa dan terlihat jelas nama Jeno disana.

"Eung. Wae?"

"Aniyo. Dimana dia?"

Aku berhenti menulis dan beralih menatapnya kesal. Apa sesungguhnya yang ia mau?

"Kau mau apa, Jaem?" Tanyaku pada namja itu untuk yang kedua kali.

Firasatku buruk. Apalagi saat ini Jaemin mengukir senyum yang lebar sambil menatap bibirku.

Perlahan, tangan kanan Jaemin merangkulku dan itu membuat wajah kami sangat dekat sekarang. Deru nafasnya terdengar jelas.
Tentu, aku sangat ingat kejadian ini.

"J-jaem tolong menyingkirlah.."

"Selama kita pacaran, aku tidak pernah melakukan ini padamu, Yoonbyul-ah. Saat ini kita sudah bertunangan. Tapi mengapa, ada orang diluar sana yang sudah merebut hak ku ini, eoh?" Jaemin mengelus bibirku lembut dengan ibu jarinya.

Tunggu, bagaimana Jaemin tau tentang first kiss ku itu?

"Jaem, tolong jangan disini.."

"Ssstt.. kau akan mempersulit jika kau tidak diam sayang."

Rangkulan Jaemin semakin erat sehingga aku tidak bisa bergerak untuk melawannya sedangkan bibir Jaemin semakin dekat dengan bibirku.

"J-Jaemm.."

"HEII!!"

Teriakan dari depan pintu itu. Sudah kuduga, Jeno.

Jaemin melepas rangkulannya padaku.

"Aku akan menemuimu nanti malam dirumahmu." Namja itu meninggalkan kecupan di pipi kiri ku sebelum ia meninggalkanku, dan Jeno.

Aku hanya bisa tertunduk pasrah sekarang. Sangat berat rasanya untuk menerima keadaan bahwa sekarang aku adalah tunangan Jaemin, dan aku tidak boleh mengecewakannya.

"Kau tidak apa?" Tanya Jeno.

"Sudah selesai?" Tanyaku balik, menanyakan tentang urusannya dengan Hee-nim.., dan Arihara.

"Aku hanya dimintai bantuan sedikit." Jawab Jeno yang kubalas anggukan.

Aku tidak bisa dengan keadaan ini. Aku harus pergi dari sini.

"Jeno-ya, aku sudah menyelesaikan setengah pekerjaan ini. Kukerjakan soal yang sepertinya susah. Kau bisa menyelesaikan setengahnya lagi jika kau mau. Lebih mudah." Ucapku pada Jeno sembari memberikan bukuku padanya.

Aku segera mengemasi barang-barangku dan itu membuat Jeno sedikit bingung.

"Hei hei, ini tugas bersama, kenapa kita harus membaginya? Bukankah lebih baik kita diskusikan?"

"Tidak ada waktu, Jen. Aku harus pulang. Bye." Aku bergegas meninggalkan Jeno dan langsung menghubungi Doyoung-oppa untuk menjemputku.

"Baiklah."


6.30 PM


"Tugas sains ini, jinjja.." Kesalku.

Yang benar saja, semenjak pulang sekolah sore tadi, jariku tidak berhenti mengetik tugas sains yang harus dikumpulkan besok ini.

Jeno benar, seharusnya kita mendiskusikannya berdua agar kita berdua paham.

Tapi aku tidak bisa.

Bayangan Jaemin masih memutari kepalaku dan itu salah satu alasan mengapa aku tidak bisa fokus saat ini.

Jaemin, bagaimana namja itu tahu tentang.. first kiss ku dengan Jeno. Sudah kupastikan, saat itu tidak ada seorang pun diluar kelas. Apalagi Jaemin sedang mengikuti latihan basket pada saat itu.

Apa mungkin Jeno memberi tahunya?Untuk apa Jeno menyebarkan hal macam itu. Ia bodoh jika itu benar dia, karena tak langsung ia mempermalukan dirinya sendiri juga.

Tapi jika bukan Jeno, siapa?



*tuk tuk tuk*

"Yoonbyul-ah!!" Suara Yeri eonni.

Ia mengetuk pintuku yang bahkan tidak terkunci.

"Masuklah."

Sesuai perintahku, perempuan berambut pirang itu masuk dan langsung mendekatiku.

"Ya! Kau tidak siap-siap??" Ucapnya.

"Siap-siap? Untuk apa?"

"Heiii!! Jaemin menunggumu sedari tadi dibawah!!"

"Astaga."


..

-tbc.

My Little First Kiss • JenoLeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang