46. Seperti Siska

405 32 43
                                    

Selamat pagi. Sebelum kalian baca, aku mau menyapa dulu. Terimakasih untuk pembaca setia cerita ini yang jujur bikin aku terharu banget sama kalian. 😢 Makasih udah mau nunggu cerita dari aku yang super php ini yaaa.😊
Jangan bosen untuk ngerecokin aku biar segera up kelanjutan cerita ini.😉

Happy reading..

________________________

"Sumpah demi apa kalian baikan?" reaksi berlebihan dari Vio membuat Siska yang kala itu membawa gelas-gelas berisi jus jeruk terlihat menampilkan muka masamnya.

"Serius? Sumpah, lo? Yakin? Beneran?" kira-kira begitulah respon susulan dari Detta ketika Siska duduk berdempetan dengan Sinta setelah meletakkan minuman untuk teman-temannya.

"Wuaahhh... gila sih ini gila!" Vira menyumbang suara, didukung Sitta yang masih terperangah.

Jumat malam menjadi saat paling bersejarah ketika empat orang itu datang ke rumah si kembar tanpa diundang dan tanpa kabar sebelumnya. Menjadikan malam ini menyebalkan versi si kembar karena empat cewek ini masih terperangah sampai detik ini.

"Apa sih lo pada. B aja bisa kali, lebay." Kata Sinta.

Tadi, Sinta dan Siska sedang asik nonton drama korea rekomendasi Vio kemarin saat keempat cewek itu bertamu. Dan saat mengetahui Siska ada di kamar Sinta, mereka akhirnya tersadar dengan keganjilan yang selama ini sudah sering mereka lihat belakangan ini, yaitu keakraban si kembar. Ya, itulah sebabnya sekarang mereka tercengang masih tak menyangka, padahal di sekolah pun si kembar sudah sering bersama. Heran.

"Sumpah ya ini berita super heboh dan paling membahagiakan. Kenapa nggak dari dulu aja sih baikan?"

"Udah dari kapan kalian akur?"

"Kok bisa akur gimana ceritanya?"

"Alno Alden udah tau? apa gue kasih tau aja?"

Siska tidak suka diperlakukan seperti ini. Ayolah, memangnya sebagus itu kabar perdamaiannya dengan Sinta sampai harus berlebihan begini? "Ganti topik aja sih. Bahas yang lebih faedah daripada ini." komentarnya jengah.

"Galak amat, mbak." Vio tertawa. Lalu sibuk dengan ponselnya ketika yang lain sibuk menjarah camilan yang ada, hingga ponsel mereka bergantian berbunyi memancing cengiran Vio ketika mereka memandangnya. "Grup baru cuy. Yakali gue harus chat kalian satu-satu kalo mau ngajak maen. Males gila. Mumpung mereka udah baikan kan jadi gampang, yakan?"

"Eh, btw. Kalian besok dateng ke acara ultahnya mak lampir?" tanya Detta.

"Topik lo gaada yang asik, Det." Melempar bungkus snack pada Detta, Sinta menunjukkan ekspresi tak sukanya mendengar pertanyaan Detta barusan. Ya, karena pasti Siska juga tak akan suka membahas topik ini.

"Cowok lo dateng, Sis?" tanya Sitta. Mengingat bagaimana sukanya Shasha pada Alno, ia yakin cewek itu pasti mengundangnya untuk datang ke pesta.

"Iya kali. Kemaren dia diundang langsung sama yang punya acara." Jawab Siska cuek.

"Terus Alno bilang apaan?" diletakkannya tolpes makanan yang sejak tadi dipeluknya, Vira memfokuskan dirinya pada pembicaraan.

Sementara kedikan bahu singkat dari Siska sebagai jawaban, memunculkan pertanyaan lain yang dilontarkan Detta pada Sinta. "Alden diundang nggak?"

"Nggak tau gue. Dia nggak bilang, sih." Jawab Sinta. Ia kesal pada pacarnya itu. Boro-boro memberitahu hal yang tidak berguna seperti itu, memberi kabar saja auranya seperti salju. Alden itu tipe orang yang melupa fungsi komunikasi, pikir Sinta. Awas saja jika besok Alden tiba-tiba hadir ke pesta Shasha tanpa memberi tahu. Akan Sinta libas habis dirinya.

Kembar yang Dikembar-kembarkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang