Misunderstand

2.9K 412 32
                                    

Dibuka kan lah pintu olehnya dan menampakan sesosok pria besar dengan setelan jas cokelat nya yang rapih dan surai blonde nya.

"Hey, bagaimana lenganmu? ", tanya pria tersebut.

"Sudah jauh lebih baik, masuklah. " kemudian keduanya pun masuk ke dalam ruang tamu sang pemilik rumah.

Perhatian pria yang bernamakan Erwin tersebut terfokus pada seekor rubah kecil yang tengah berbaring di sofa dengan seekor burung kecil yang ia selimuti dengan ekornya yang tebal bersandar pada tubuh kecilnya.

"Sejak kapan kau memelihara seekor burung.. Dan bayi rubah?.. "

"Apa?ㅡ Ah!ㅡ ", Levi pun menoleh ke arah tempat di mana kedua hewan tersebut berbaring,

"I-itu... Belum lama.. ", jawabnya ragu-ragu.

"Siapa namanya? ", tanya Erwin berjalan mendekati kedua hewan tersebut.

"Nama? ", Levi nampak kebingungan dengan pertanyaan Erwin satu ini.

"Iya. Kau tak beri mereka nama? ", balas Erwin menatap Levi yang terlihat kebingungan.

Benar juga ia belum mengetahui nama siluman itu, ia harus jawab apa? Mau bertanya pada siluman itu dia sudah keburu tidur, mau membangunkannya tidak enak hati. Karena melihatnya tidur dengan seekor burung yang ia selimuti dengan ekornya sendiri, begitu manis dipandang olehnya.

"E-Eren... "

"Hmm? "

"Namanya Eren. " kata Levi masih menatapi rubah mungil tersebut.

"Ooh.. Itu nama burungnya atau rubahnya? "

"Rubah nya. "

"Lalu burungnya? "

"Ah, tidak... Burung itu di bawa oleh Eren, dia ingin aku menolongnya merawat burung yang terluka itu. " ujar Levi sambil berdiri di samping Erwin yang tengah berjongkok di depan kedua hewan mungil tersebut.

"ㅡ Kau mau minun teh? ", tanya Levi.

"Ah tidak, tidak perlu repot-repot. Aku tak lama di sini, ada yang harus ku urus dengan ayahku. Aku ke sini hanya ingin melihat keadaan mu saja. " balas Erwin sambil kembali berdiri.

"Urusan perusahaan ayahmu lagi? ", tanya Levi menyilangkan kedua tanganya di dada.

"Yeah... Seperti biasa, tidak ada salahnya mengisi waktu liburan kuliah kita dengan hal-hal berguna kan? ", mendengar perkataan Erwin membuat Levi teringat akan teman-teman nya yang telah tewas ketika berlibur musim panas...

"... Levi?... "

Levi bergeming, ia nampak murung menatapi rubah kecil tersebut.
Erwin yang sudah bersama-sama dengannya semenjak kecil tentulah mengerti tentang Levi, dia paham betul mengenai sifat-sifat Levi.
Levi itu ibaratkan es krim, dia dingin namun manis. Hatinya juga lembut selembut kapas. :'

"Hey, sudahlah... Jangan bersedih terus. "

"Ahㅡ maaf, aku hanya rindu dengan mereka saja. "

"Aku juga, ah!ㅡ ngomong-ngomong kondisi Hanji sudah mulai membaik. Kapan-kapan kita besuk dia ya? ", ajak Erwin.

Levi pun mengangguk,
"Baiklah. "

"Kalau begitu aku pergi dulu ya, nanti aku kabarkan lagi waktu yang tepat untuk menjenguk Hanji. " Erwin pun bersiap dan melangkah menuju pintu keluar dan di antar oleh Levi.

Begitu Erwin pergi dan Levi menutup pintu, tiba-tiba ia di kejutkan dengan sepasang tangan yang menyudutkannya di pintu dari belakangnya yang tak lain adalah si siluman rubah tersebut.

[ERERI] - I N D I G O - (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang