Pagi itu toko sangat ramai. Sampai-sampai tidak ada watu untuk sekedar istirahat jika tidak ada pembeli.
Hari itu kami sangat sibuk.
Banyak pemesan bunga dari kota lain berdatangan.
Banyak sepasang kekasih membeli bunga untuk merayakan hari jadi mereka. Banyak juga seorang lelaki yang membeli bunga mawar untuk kekasih mereka.
Aku Fatiya Kharisma melaksanakan tugas dengan semestinya. Sebagai penjaga sekaligus perangkai bunga di toko pamanku. Aku menyelesaikan tugas dengan baik hari ini. Tidak ada pelanggan yang kecewa. Tidak ada pelanggan yang tidak puas dengan bunga-bunga yang ada di toko paman.“Sudah waktunya pulang nih fat.” Kak Faisal mengajakku bicara.
“Iya nih kak. Duluan ya....” aku ingin pulang lebih dulu, dan dia menghentikanku.
“Bantuin bersih-bersih dulu dong.” Dia memintaku untuk membantu tugasnya.
“aku capek, hahaha.” Aku berniat mempermainkan dirinya.
“Ya sudah... pulanglah.” Dia Nampak sedih karena aku menolak ajakannya untuk membersihkan toko sore itu.
“Hahaha, kak Faisal ini. Sini ku bantu.” Aku mengatakan hal itu dan dia menyuruhku pulang saja.
“Sudah...tidak apa-apa, kamu pulang saja.” Dia Nampak menyedihkan.
“Sudahlah... tadi aku Cuma bercanda kak, hehehe.”
“Huuu... dasar.” Dia marah-marah.
“Jadi apa yang bisa kubantu kakak tersayang.... hihi.” Aku tertawa mengatakan hal itu.
“Kamu cukup disini saja. Jangan banyak bergerak. Lihat aku bersih-bersih saja!”
“Apa gunanya aku disini jika aku hanya melihatmu membersihkan toko. Aneh.” Aku heran.
Untuk apa aku disini jika aku tidak membantunya membersihkan toko.
“Sudahlah, jangan ngeyel. Turuti saja.”
Akhirnya karena aku sangat mempercayai perkataannya.Aku duduk di bangku dalam toko dan melihatnya membersihkan tumpukan batang dan kelopak bunga sisa pagi tadi. Ah... kak Faisal kau tidak adil. Kau tidak membiarkanku membantu pekerjaanmu.
“Yakin tidak mau ku bantu?” aku menanyakan pertanyaan ini berkali-kali.
“Iya... sudah duduk diam disitu saja jangan banyak bicara.”
Yang terjadi saat itu adalah aku ketiduran di kursi itu.
Tak tau apa yang kak Faisal pikirkan. Yang penting aku mengantuk, capek, dan aku tidur. Kemudian dia membangunkanku.
“Fat... bangun... mau pulang nggak?”
“Ha?” aku bangun kebingungan. Dasar aku. Masak disuruh nungguin malah tidur. Ih... Fatiya.
“Mau pulang apa mau terusin tidur disini Fat? Disuruh nungguin malah tidur. Huu....”
“Hehe... maaf kak.”
“Yasudah ayo ku antar pulang.”
“Aku bisa pulang sendiri... lagian rumahku juga dekat.”
“Jangan ngeyel deh. Udah aku anterin kamu.”
“Iya... kak Faisal....” akhirnya dia mengantarku pulang.
Tadinya aku tidak mau. Tapi dia membuatku tak bisa berkata dan membantahnya.
Akhirnya aku pulang diantar oleh kak Faisal.Sore itu tidak terlalu ramai orang di sekitar rumahku. Hanya ada beberapa anak kecil yang belum begitu tahu tentang apa itu cinta.
Syukurlah sore itu tidak banyak orang. Dia berjalan di sampingku.
Tidak menggandeng tanganku.
Kami hanya berjalan tanpa ada sesuatu obrolan yang menegangkan.
Kami sesekali hanya bicara tentang keadaan toko tadi.
Dan dia juga bilang dia suka berada di toko.
Dia suka karena agar dia bisa melihatku.Dan sembari berjalan akhirnya kami sampai di rumahku.
“Nenek ada nggak Fat?” dia menanyakan nenek. Pasti dia ingin mengobrol dengan nenek.
“Nenek kalo jam segini nggak dirumah. Aku dirumah sendiri.” Aku mengatakan itu padanya. Nenekku sudah tidak ada dirumah jika aku pulang. Beliau pergi ke masjid untuk sholat. Tapi ini sudah sore, mungkin nenek masih mengobrol dengan temannya di masjid.
“Oh... yasudah, aku pamit ya Fat.” Dia pamit untuk pulang.
“Iya kak, hati-hati.”
“Iya... cepet mandi, hahaha.” Dia meninggalkan depan rumahku.
Aku lupa mengucapkan terimakasih padanya.
Dia sudah agak jauh dari rumahku dan aku berteriak padanya “terimakasih ya kak untuk hari ini.”
“Iya.... besok ku antar lagi.” Dia juga berteriak dan memalingkan wajahnya dengan senyum manisnya.Hari itu adalah hari pertama kak Faisal mengantarku pulang ke rumah. Senang rasanya bisa menjadi seseorang yang dia cintai. Aku bahkan tidak akan menyangka jika pria se-pandai dan se-gagah kak Faisal bisa mencintai perempuan yang tidak berguna seperti ku. Mungkin ini pemberian yang terindah dari sang maha kuasa padaku.
Aku meyakini. Bahwa pria seperti Faisal Nugroho tidak akan pernah menjelek-njelekkanku bahkan memutus tali percintaannya denganku. Laki-laki dewasa yang ku harapkan kedatangannya kelak nanti.
Aku harap dia tidak akan pernah menyakitiku.Sore itu aku sangat yakin bahwa dia akan menjadi suamiku kelak. Aku yakin sore itu. Tapi terkadang yang diharapkan akan berkata lain. Tunggu saja. Ada saat dimana lelaki dewasa itu pergi tanpa kata layaknya anak kecil.