Chapter 15 | The wedding

22.2K 1.4K 5
                                    



Semuanya akan segera selesai.

Tujuan utama Kean menikahi Fatimah adalah untuk mendapatkan harta warisan yang dijanjikan oleh Ayahnya pada Kean. Ayahnya pernah memberi janji pada Kean, jika ia akan segera memberikan sebagian hartanya pada Kean, dengan syarat Kean sudah menikah. Walaupun pada kenyataannya Gillan masih hidup dan dalam keadaan sehat, tetapi ia tidak berniat membagikan seluruh hartanya pada anak-anaknya ketika ia sudah meninggal. Ia, ingin menyelesaikan semuanya di tangannya sendiri.

Dan Kean, akan menagih janji itu untuk yang kedua kalinya. Kean pernah menagih janji itu pada Ayahnya saat ia menikah dengan Alana. Tapi, dengan alasan Ayahnya tidak menyukai Alana, dan menganggap jika Alana hanya memanfaatkan Kean, Ayahnya itu tidak mau memeberikan bagian hartanya pada Kean; kecuali jika Kean meninggalkan Alana, dan menikah dengan orang lain.

Dan tentu saja, Kean menolaknya!

Hingga kemudian, kejadian itu terjadi, kejadian yang membuat Kean pada akhirnya harus berpisah selamanya dengan Alana, istri yang sangat dicintainya, beserta calon buah hatinya yang bahkan belum sempat Kean dengar detak jantungnya. Sejak saat itu, semuanya berubah. Krean sangat terpuruk atas kepergian istrinya. Berbulan-bulan ia hanya diam mengurung diri di kamar, tanpa mau melihat dunia luar. Butuh perjuangan yang panjang sampai Kean bangkit dari keterpurukannya, dan kemudian menjalankan kehidupan seperti biasanya. Tapi tetap saja, semuanya takkan pernah sama lagi.

Tidak ada lagi Kean yang akan tersenyum ramah saat bertemu dengan orang yang bahkan belum dikenalnya, tak ada lagi Kean yang akan selalu peduli terhadap sesama dan aktif menyantuni anak-anak penderita kanker di rumah sakit, tak ada lagi Kean yang akan dengan semangat bermain bola bersama adik dan juga teman-temannya saat hari libur tiba. Semua yang ada pada diri Kean, seolah mati bersama kepingan luka yang ditinggalkan oleh Alana dan calon buah hatinya.

Dan yang lebih tragis dari itu semua, mengetahui penyebab utama yang membuat Kean mati adalah; Ayahnya sendiri. Gillan, pria tua itu yang pasti sudah membunuh istrinya, Alana.

"Aku senang kau berhenti jadi pria lapuk."

Kean mendelik sejenak, kemudian menatap sekilas pada pemuda yang kini sedang duduk di samping Kean sambil menyenderkan tubuhnya pada kursi. "Astaga, aku mengantuk," gumamnya sambil menutup mulut. "Kekepoan media membuatku muak. Berjalan dari parkiran hingga sampai di sini seharusnya bisa dilakukan dalam sekejap, tapi karena media, semuanya jadi lambat," gumam pemuda itu sambil mengusap wajah tampannya dengan gusar. Tampaknya dia lelah.

Akhirnya, dari pada menanggapi ocehan panjang pemuda itu, Kean memilih untuk berdiri dan berjalan lebih mendekat ke arah pemuda itu. "Dari mana saja kau?" tanya Kean dengan nada datar.

Pria itu mengangkatkan sebelah alisnya, kemudian tertawa sambil menatap sekilas pada Kean. "Dear Kakaku, jangan marah-marah ya? Aku sedang tidak ingin mendengar cer-"

"Berhenti bergurau, Kellan!"

Pemuda itu, Kellan menutup mulutnya sambil mati-matian menahan tawa. "Ups!!" pekiknya.

Kean menghela napas pelan, kemudian ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana yang dipakainya. Pria yang masih mengenakan jas itu, tampak menatap ke sekeliling ruangan megah yang masih dipenuhi oleh para tamu yang masih asyik dengan kegiatan bercengkrama mereka. Bukannya sombong, sedari tadi Kean lebih memilih duduk menyendiri di tengah-tengah kerumunan sambil meminum wine yang memang tersedia di setiap meja, sengaja untuk menghindari orang-orang dan rekan bisnis yang ia undang dan berpotensi akan mengucapkan do'a serta harapan yang baik untuk pernikahannya. Akhirnya, ia hanya duduk menyendiri di tengah kerumunan dengan segelas wine yang hampir habis itu.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang