"Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own."
— Robert Heinlein
Mood song:
- By Your Side – The 1975
- I Still Love You – The Overtunes
- I Promise U – Wanna One
----------------
Ini adalah hari pertama Jeongguk menjejakkan kaki di Busan. Tanah kelahiran yang ia tinggalkan lebih dari lima tahun. Sudah lama sejak ia memutuskan untuk mengadu nasib ke negeri paman sam. Hidup di tengah – tengah hiruk pikuk New York. Bekerja keras mencari uang hanya dengan sebuah kamera. Yang namanya perjuangan memang tidak pernah singkat, butuh waktu lama.
Jeon Jeongguk, bekerja dibawah National Georaphic sudah berkelana ke banyak negara. Mengabadikan keindahan alam, manusia, dan hewan dengan kamera miliknya. Fotografi mengalir dalam darah Jeongguk, layaknya bakat murni yang diberikan tuhan sejak ia lahir. Ia bersyukur perjuangannya membuahkan sebuah surat undangan kepada dirinya untuk ikut wawancara dalam rekrutmen photografer yang dibuka oleh National Geographic. Awal dari perjalanan menatap dunia dan mengabadikan di dalam memori kamera.
Saat ini Jeongguk ingin melupakan segala kesibukan. Paspor yang sangat sibuk, jadwal terbang tanpa henti, pameran foto di banyak negara—Jeongguk ingin istirahat dari hal itu. Sesaat ia sampai di stasiun setelah ber-jam jam menaiki kereta dari Seoul, ia kembali menjadi Jeon Jeongguk yang normal. Jeon Jeongguk yang dahulu meninggalkan Korea hanya demi meraih mimpi.
Debusan angin di tepi pantai Busan, aroma asin air laut, serta pemandangan bahari biru ini sangat dirindukan. Jeongguk tak pernah melepaskan kamera. Panorama Busan yang tak lekang oleh waktu selalu berhasil membuat pria itu terpukau. Walaupun banyak pantai – pantai yang jauh lebih indah, hati Jeongguk tetap kembali mendarat di Busan.
Ia adalah seorang photografer, berjalan menyusuri pesisir dengan kamera yang setia menggantung di leher. Disaat menemukan posisi bagus, ia tidak akan ragu untuk mengambil gambar.
"Busan.. and its never ending beauty." Jeongguk tertawa dengan monolognya sendiri. Ia merekam panorama Busan, mengambil seluruh sudut pantai.
Sampai ia terhenti saat mendapati seseorang—dengan kursi rodanya duduk menghadap lautan. Dari kamera Jeongguk bisa melihat kalau itu adalah seorang pria, dengan rambut merah muda. Jeongguk menurunkan kameranya, memutuskan untuk mendekat.
Detik pertama ia terpukau, detik kedua saat ia berada dalam jarak satu meter, Jeongguk terpesona. Pria itu mengenakan sweater putih dengan jeans biru muda. Rambutnya merah muda dan cukup panjang menutupi kedua mata. Tangan kecil yang hampir tertutupi lengan sweater oversized. Dan hal yang membuat Jeongguk lupa bernapas—wajahnya yang begitu indah.
Ia duduk di atas kursi roda, tampak menikmati pemandangan sore pantai Busan. Jeongguk sempat heran mengapa ia tidak menoleh saat ia memperhatikan dengan begitu intens. Photografer itu memilih untuk mengambil foto, saat bunyi kamera terdengar, sang objek menoleh.
Jeongguk mengerutkan alis, ada yang aneh dari tatapannya.
"Uhh.. kau mengambil fotoku..? Tanpa izin?" Tidak ada nada kesal disana, namun Jeongguk mengerti ia sudah tidak sopan.
"Maaf, kau.. begitu indah." Ungkapan ini sudah biasa Jeongguk utarakan kepada siapapun objek yang ia foto. "Maaf jika lancang."
Ia tersenyum, Jeongguk merasa paru – parunya berhenti bekerja. "Uh, tidak apa – apa sebenarnya. Aku hanya terkejut."
KAMU SEDANG MEMBACA
your happiness, is mine.
Fanfictionjeongguk merasa keindahan dunia tak bisa dibandingkan dengan keindahan jimin yang sungguh menghipnotis. ia mengabadikannya di kamera, dan juga hati. tanpa ia ketahui, manusia bagaikan malaikat itu sendiri, tak bisa menikmati keindahan dunia yang sel...