-BAGIAN DUA PULUH TIGA-
"Bertemu dan menemukan adalah sebuah keajaiban yang penuh makna."
________________________Perempuan berambut pirang dengan baju ketat itu masih saja mengelilingi pusat perbelanjaan dengan santai. Dia bahkan tidak takut sedikit pun karena telah meninggalkan 8 jam pelajaran yang seharusnya dihadiri. Mana mungkin dia akan takut dengan ancaman-ancaman yang kerap kali dia dapatkan, jika uang dapat menyelesaikan segala masalah. Salsa sudah biasa melakukan hal seperti ini. Membuat berbagai masalah di sekolah yang berakhir dengan menghadirkan ayahnya ke ruang kepala sekolah, lalu setelahnya dia kembali bebas melakukan semua hal yang dia inginkan. Lucu bukan? Tapi dia sudah menikmatinya.
Kakinya masih melangkah dengan amat pelan seraya melirik-lirik baju yang cocok untuk tubuhnya. Kadang kala ia bergumam seorang diri, menilai tentang bagaimana baju-baju itu jika melekat di tubuhnya. Tak peduli jika orang-orang menilai aneh saat mendengar gumamnya.
Berbicara tentang teman, tak seorang pun yang Salsa miliki. Dia bukanlah tipikal orang yang menginginkan bantuan orang lain. Salsa hanya memiliki beberapa teman palsu yang diajaknya untuk menghabiskan uang ayahnya, selepasnya mereka tidak akan pernah saling berkomunikasi lagi. Dia sudah muak dengan sebuah kebohongan yang mengatas namakan pertemanan.
Kakinya kembali melakangkah di tengah keramaian dan percakapan yang begitu familiar, sesuatu yang membuat hatinya merasakan sedikit kehangatan.
Langkahnya terhenti dengan tiba-tiba sesaat setelah menyadari wajah seseorang yang baru saja melewatinya. Tidak ingin membuang lebih banyak waktu, Salsa kembali memutar tubuhnya, menyusul 4 orang perempuan yang berjalan belum terlalu jauh darinya. Wajah perempuan itu sama persis seperti apa yang tempo hari Belvi perlihatkan kepadanya. Tidak salah lagi itu pasti Kania, perempuan pertama yang berhasil memiliki Mylan.
Salsa berjalan lebih cepat hingga meninggalkan keempat perempuan itu di belakangnya. Setelah memastika jarak mereka cukup jauh, Salsa berdiri dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku jaket. Dia masih menunggu keempat perempuan itu berjalan mendekat ke arahnya. Dan tepat ketika mereka hendak melewati Salsa, kaki perempuan itu sudah lebih dulu membuat Kania tersungkur.
"Nia! Lo nggak papa?" tanya Fina yang langsung membantu tubuh Kania untuk bangkit.
"Lo sengaja bikin jatuh Nia kan?" Nara tidak salah lihat, perempuan berambut pirang itu dengan sengaja menjegal kaki Kania hingga tersungkur.
Bukannya menjawab, Salsa hanya menyeringai seraya memperhatikan Kania dari kepala hingga ujung kaki dengan tatapan meremehkan. "Lemah," gumamnya.
"Lo kenal dia?" Anya yang penasaran tentang siapa perempuan ini pun berbisik kepada Kania. Siapa tahu Kania mengenalnya. Tapi ternyata Kania tidak mengenalnya, bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya.
Salsa berjalan mendekati Kania. "Lo Kania?" pertanyaan yang dijawab anggukan, membuat senyumnya semakin lebar dan mengerikan. "Kenalin, gue Salsa," lanjutnya seraya mengulurkan tangan pada Kania.
Dengan ragu, Kania pun meraih tangan itu. Namun belum sempat tangan mereka berjabatan, Salsa sudah kembali menarik tangannya masuk ke dalam saku jaket. "Najis," cibirnya yang lalu memecah tawa.
Kelakuan Salsa kali ini membuat Nara seakan ingin meledakkan emosinya. Siapa sebenarnya perempuan ini? Kenapa dia tiba-tiba muncul dan melakukan hal seperti ini kepada Kania?
"Lo tuh siapa sih sebenarnya? Songong amat!" bentak Nara mendorong tubuh Salsa hingga ia mundur selangkah dari tempatnya berdiri.
Hanya dengan sebuah dorongan, Nara sudah mampu membakar seluruh emosi Salsa. Memangnya siapa Nara hingga berani menyentuh tubuh Salsa? Bahkan tangannya pun belum dipastikan bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful✔️[Complete]
Teen FictionRE-WRITING (SOON)!!! Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan, walaupun juga bukan sebuah takdir. Namun tetaplah, bersamamu adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Aku tahu setiap pertemuan akan ada perpisahan, namun akan ada dimana sepasang insan...