SWEET ENEMY (TAEDO)

Part 5

Chapter 5

AN : Fanfic remake, dengan pengubahan seperlunya demi kesesuaian jalan cerita, tapi tidak mengubah inti cerita itu sendiri.

.

.

.

Happy Reading~

SWEET ENEMY

.

.

.

"Kemarahan yang tersimpan jauh di dalam dirimu, bisa menjadikanmu gila suatu saat nanti."

.

.

.

Gongmyung sangat tampan. Dengan tubuhnya yang ramping, matanya yang selalu tampak sendu, menyimpan kesedihan tersendiri. Membuat para perempuan selalu ingin mengasihinya. Sayangnya para perempuan itu tidak tahu kebencian Gongmyung kepada perempuan, dan pada akhirnya para perempuan itulah yang menjadi korbannya.

Hari ini Gongmyung sedang mengunjungi mansion Taeyong membawakan buah-buahan untuk menengok si sakit. Sayangnya yang dicarinya tidak ada, dari pelayannya dia tahu bahwa Taeyong sudah masuk kerja. Membuat Gongmyung menunggu hampir selama dua jam.

Akhirnya Taeyong pulang dari kantor, dan sepertinya kondisi kesehatannya belum pulih benar. Gongmyung memandang ke arah Taeyong yang masih terbatuk-batuk dan mengangkat alisnya melihat wajah Taeyong yang masih pucat.

"Seharusnya kau tidak masuk kerja dulu," gumamnya.

Taeyong cemberut, "Aku bosan di rumah. Tidak ada yang bisa kulakukan."

"Kau bisa tidur dan beristirahat." Gongmyung terkekeh, "Itu yang biasanya dilakukan oleh orang sakit."

Taeyong menghela napas panjang, lalu membanting tubuhnya dan berbaring si sofa besar di depan Gongmyung. Lalu dia menoleh dan menatap Gongmyung dengan tajam.

"Malam itu... Saat hujan petir waktu itu."

"Ya?" Gongmyung tampak tidak peduli, dia menghirup teh chammomile yang tadi diseduhkan oleh pelayan Taeyong.

"Aku memintamu untuk melihat Doyoung karena dia takut petir."

"Ya. Dia memang ketakutan dengan petir." Gongmyung membolak-balik majalah yang ada di depannya dengan tidak peduli.

"Lalu apa yang kau lakukan pada Doyoung? Kau tidak kembali ke kamar malam itu."

Gongmyung mengangkat matanya dari majalahnya, mengawasi Taeyong lalu tersenyum, "Cemburu, Taeyong?"

Muka Taeyong sedikit merona. Tetapi bibirnya menipis kesal. "Kata Doyoung kau memasangkan earphone di telinganya, lalu dia tidak ingat apa-apa lagi."

"Kau sangat perhatian padanya." Gongmyung memilih tidak menjawab pertanyaan Taeyong, membuat Taeyong makin kesal.

"Dia sudah seperti keluargaku."

"Tetapi dia bukan adikmu." suara Gongmyung menajam, tetapi dia kemudian menguasai diri dan senyumnya muncul kembali, "Jangan cemas Taeyong, aku tidak melakukan sesuatu yang salah kepadanya. Dia memakai earphoneku dan aku menungguinya sampai tidur. Aku menyelimutinya, dan kemudian karena aku mengantuk aku tidur di kamar tamu."

Taeyong mengawasi Gongmyung tak percaya. "Benarkah?"

"Kau bisa bertanya kepada pelayan yang membereskan kamar tamumu." Gongmyung tersenyum dan menatap Taeyong, "Kalau aku tidak mengenalmu, aku akan menduga bahwa kau sedang cemburu."