Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 lewat. Tapi Aldrich masih saja setia berkutat dengan dokumen-dokumen yang menggunung di meja kerjanya tanpa ada tanda-tanda akan segera pulang. Lengan kemejanya sudah di gulung hingga ke siku. Dasi yang biasanya terpasang rapi di lehernya sudah ia longgarkan. Sesekali jari-jarinya menari-nari dengan lincah di atas keyboard, kemudian kembali lagi mencorat-coret kertas dan dokumen di depannya.
Di seberang meja, Abra- sekretarisnya juga melakukan hal yang sama. Pria yang empat tahun lebih muda darinya itu sesekali mengerutkan dahi membaca kalimat-kalimat yang tertera di atas kertas di depannya. Hampir lima jam mereka seperti ini, duduk di satu meja menuntaskan pekerjaan yang sebenarnya masih bisa menunggu sampai dua minggu ke depan untuk diselesaikan. Tubuhnya mati rasa.
Sejak bekerja dengan Aldrich, baru kali ini bosnya itu bersikap seperti ini. Memang selama ini Aldrich juga seorang yang dingin dan gila kerja. Tapi entah kenapa, dua hari ini pria itu seperti menguarkan aura lain dari dirinya. Dua hari ini Aldrich bahkan pulang dari kantor sampai lewat pukul sepuluh malam. Aldrich yang Abra kenal tak pernah pulang lewat dari jam tujuh, atau jam delapan malam jika benar-benar terpaksa. Bosnya itu sangat membenci lembur, baginya waktu bekerjalah yang harus dipergunakan secara efisien, bukan intensitas waktu yang harus ditambah.
Sedang sibuk bekerja, tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Seorang wanita berumur lebih kurang tiga puluh tahunan masuk ke dalam ruangan sambil menenteng dua bungkusan besar plastik berlabel salah satu restoran Jepang terkenal dan menata isinya ke atas meja sofa.
"Makan malamnya sudah saya sediakan, Pak." kata wanita itu.
"Oke, kamu boleh langsung pulang, Lidya." kata Aldrich tanpa memandang wanita bernama Lidya itu.
Lidya hanya mengangguk kemudian langsung keluar dari ruang itu. Meninggalkan dua pria yang masih sibuk dengan kertas mereka. Lidya adalah general manager Lixon Group, sekaligus orang kepercayaan Aldrich-selain Abra. Sebelum jam pulang tadi Aldrich memang memintanya untuk membelikan makan malam untuknya dan Abra yang akan lembur malam ini. Sebenarnya Aldrich juga berniat meminta wanita itu untuk lembur bersama mereka, tapi Lidya juga punya anak dan suami yang membutuhkan perhatiannya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Almeera (SELESAI)
EspiritualBagi Aldrich Adyastha yang memiliki segalanya, memenangkan pertaruhan dengan ketiga sahabatnya untuk mendapatkan seorang Azkayra Almeera tentu bukanlah perkara sulit. Cukup petik jari, sudah dipastikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kakinya. Seti...