Bab 22: Bagaimana Aku Menjaga Seseorang

1.1K 158 21
                                    

Sesampainya di rumah, semua pelayan tampak heboh luar biasa karena darah yang ada di seragam Naka dan Gastra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di rumah, semua pelayan tampak heboh luar biasa karena darah yang ada di seragam Naka dan Gastra. Mereka lupa membawa baju ganti sementara seragam lainnya kotor, seperti sudah direncanakan semesta seragam Naka dirusak oleh Damar sedangkan seragam Gastra ketumpahan air kopi yang dibeli Hasya. Itulah mengapa sampai pulang mereka tetap mengenakan pakaian olahraga.

Beberapa teman sekelas Gastra menanyakan noda darah di seragamnya, begitu pula Hasya. Lelaki itu berdalih jika dia tidak terluka apa-apa hanya saja saat sedang ke kamar mandi dia papasan dengan Naka dan tidak sengaja tertabrak.

Naka pun nyaris dibelikan baju baru oleh Sora, tapi dia menolaknya karena tidak enak hati. Untungnya Sora sedang tidak keras kepala, dia menuruti dengan cukup tenang permintaan Naka yang menginginkan Sora tidak banyak bicara sebab kepalanya pening. Dia pusing karena kekurangan darah dan pertemuannya dengan Dara.

Selama di perjalanan pulang pun, karena Gastra dan Naka tidak menggunakan mobil yang sama—tentu saja Naka yang menolak untuk dijemput apa lagi berangkat bareng karena dia takut ketahuan oleh teman-temannya—Naka lebih banyak bengong. Dia merasa gelisah akan kehadiran Dara.

"Di mana cucuku?"

Naka mengangkat kepalanya ketika dia mendengar suara nenek berteriak, dilihatnya Ambar menuruni tangga terburu-buru menatap Naka cemas.

Padahal Ambar sedang bersantai di balkon rumah seraya merajut, dia membuat satu syal untuk Naka kenakan. Tetapi, begitu mendengar aduan dari kepala pelayan mengenai penampilan Naka dan Gastra dia pun segera menghentikan kegiatannya dan berlarian keluar. Hampir saja wanita paruh baya itu pingsan dan menjerit histeris melihat cucu angkat kesayangannya terluka.

Ingatan tentang baju yang Irish kenakan di hari kematian membuat eyang sangat ketakutan. Warna hitam dengan bercak darah di sekujur tubuh, seakan kanvas gelap yang dituang cat warna merah untuk penghias. Ambar sungguh tak mau hal itu terulang kembali pada Naka.

Dengan panik eyang memanggil sekretarisnya lantas memerintahkan dia untuk menghubungi dokter pribadi dan menyuruh para pelayan segera menggantikan baju Naka tanpa memedulikan Gastra yang sama berdarahnya.

Pelayan lain yang sadar dengan Gastra pun menunduk hormat.

"Den, apakah Aden juga terluka?"

Gastra mengembuskan napas. "Tidak. Ini darah milik Naka." Lalu dengan raut wajah datar lelaki itu beranjak ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Di kamar Gastra segera menutup pintunya, dia bersandar di dahan sambil memperhatikan miniature gitar yang diam-diam dipajangnya di sudut lemari pajangan, benda itu merupakan pemberian Naka ketika dia berulang tahun yang ke 12 tahun, hari di mana pertama kalinya mereka bertemu.

Saat itu Naka didandani mirip dengan Irish dan dikenalkan ketika makan malam bersama keluarga. Tidak ada yang ingat tentang ulang tahun Gastra, tapi Naka tiba-tiba melepaskan gantungan kunci berbandulkan gitar mini berwarna cokelat yang tadinya bergelantung di tas kepada Gastra.

Naka's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang