Jiminie is here.
"Hyung," kataku berusaha menenangkan Namjoon hyung.
"Ah Jimin, bagaimana dia bisa memasak ikan. Padahal sudah kuberitahu." Kata Namjoon hyung dengan memegang jidatnya.
"Nanti biar kumakan saja hyung. Aku akan memasak mie. Kalian pasti sudah lapar. Aku akan memasak spaghetti saja." Kataku berusaha membangkitkan suasana. "Minjoo, kau menggambar dulu ya, bersama appa." Kataku pada Minjoo sambil menggunakan apron.
"Biar aku yang memotong saja jika ada." Kata hyung mengingat tanganku yang terluka.
"Aku masak yang instan saja hyung. Hyung kan punya sausnya yang instan." Kataku sambil terseyum pada Namjoon hyung.
"Baiklah, ayo Minjoo kita akan menonton tv." Kata hyung sambil berjalan ke ruang tengah.
.
.
."Makanan siap!" Kataku membawa piring besar dengan spaghetti yang banyak di dalamnya. Minjoo dan hyung langsung duduk di kursi dan mengambil spaghetti dengan sumpit.
"Waah, enak sekali oppa!" Kata Minjoo padaku.
"Ini gampang cara masaknya Minjoo, bahkan appamu bisa membuatnya." Kataku menjawab Minjoo.
Kami makan dan menghabiskan semuanya, kecuali aku yang tidak bisa menghabiskan ikan yang dibuat oleh Taehee. Aku bahkan tidak tahu bahwa ia membawa ikan di dalam tasnya. Sesuatu yang sangat aneh bukan? Ah, ternyata ia memasukkan ikan ke dalam temapt tipperware yang ia tinggalkan di dapur.
Aku memberi ikan pada kucing di depan rumah Namjoon hyung dan kembali ke rumah untuk mencuci piring. Ternyata Namjoon hyung sudah mencuci piringnya.
"Hyung, kenapa tidak menungguku saja? Aku bisa mencuci piring untukmu hyung." Kataku sambil bergegas ke dapur.
"Ah Jiminie, aku tak apa. Lagipula tanganmu harusnya masih sakit." Jelas Namjoon hyung sambil tersenyum padaku.
Setelah selesai, aku membawa Minjoo ke atas untuk menidurkannya dan kembali kebawah. Aku sedang bersama Namjoon hyung di ruang tengah sambil menonton tv.
"Umm, hyung." Panggilku.
"Ada apa Jiminie?" Jawabnya sambil mematikan tv.
"Kenapa hyung memperbolehkan aku untuk memanggilmu hyung?" Seketika pertanyaan itu muncul di kepalaku.
"Ah, kau sahabatku jimin. Aku tahu aku kasar padamh sebelumnya, aku ingin semua kembali seperti dulu. Tapi aku tak bisa. Aku perlu banyak belajar darimu Jimin. Kau selalu kuat dan tegar, bahkan aku pernah kasar padamu. Aku bangga padamu Jiminie." Pipiku memerah mendengar ucapan Namjoon hyung.
"Terimakasih hyung. Telah kembali menjadi hyung yang kukenal dan kusayang." Aku terseyum ke arahnya dan ia membalas senyumanku "Hyung, mengapa kau memutuskan Taehee? Mungkin dia lupa. Maafkan dia hyung." Kataku berusaha menolak hatiku.
"Jimin, dia sudah melakukan banyak kesalahan. Dia pernah mengurung Minjoo di kamar dan tidak mengizinkannya makan sarapan dan makan siang. Itu sangat keterlaluan untukku, tetapi aku memberinya kesempatan, dan dia mengecewakanku lagi." Aku mengerti mengapa Namjoon hyung semarah itu pada Taehee.
"Pantas Minjoo tak suka padanya." Tambahku mulai mengerti ekspresi Minjoo tadi.
"Jimin, kau sendiri kulihat tak pernah memiliki pacar. Mengapa?"
Bersambung...
Setiap jumat