-BAGIAN DUA PULUH TUJUH-
"Yang aku perlukan saat ini hanyalah senyummu. Senyuman yang membuatku kuat melawan keraguan hati."
________________________Mungkin semesta sedang mendengarkan doa Kania. Rencana Mylan untuk mengantarnya pulang berakhir gagal. Hujan lebat mengurung mereka di tengah jalan, yang membuat mereka kini berakhir kuyup di rumah Mylan. Baik Mylan maupun Kania, keduanya sama-sama kuyup. Hanya saja basahnya tubuh Kania tidak seberapa kuyupnya Mylan, sebab tadi Mylan memaksa Kania untuk mengenakan jaketnya. Mylan takut terjadi sesuatu pada perempuan lemah seperti Kania.
"Gimana? Udah bisa nyala belom?" tanya Kania yang muncul seraya mengusap handuk untuk mengeringkan rambut basahnya.
Mata Mylan tidak terlepas dari benda pipih silver yang kini diotak-atiknya. Bodohnya Kania, dia lupa jika ponselnya berada di saku celana. Hujan lebat membuat benda itu berakhir mati. Mylan sangat yakin jika Lisa sudah sangat gelisah menunggu Kania di rumah.
"Telpon nyokap lo pake hp gue dulu gih," saran Mylan menunjuk ponselnya yang berada di atas meja ruang tamu.
Kania menghela napas panjang sebelum akhirnya meraih ponsel Mylan. Senyumnya tiba-tiba mengembang kala melihat wajahnya terpampang, menjadi wallpaper benda itu. "Sejak kapan gue ada di sini?" tanya Kania iseng.
Mylan melirik Kania sekilas, melirik senyuman jahil yang sengaja Kania ukir. Salah jika Kania berharap Mylan akan menanggapi kejahilannya. Nyatanya Mylan justru mengacuhkan pertanyaan itu. "Udah selesai nelponnya?"
Bibir Kania mengerucut saat mendapat jawaban dari Mylan. Sifat menyebalkan Mylan masih saja melekat dengan erat.
Tepat ketika dering pertama berakhir, panggilan itu langsung tersambung.
"Halo Mylan, kalian dimana? Hujannya deras banget ini, nggak kehujanan kan? Kania masih sama kamu? Tante telpon dari tadi kok nggak aktif sih?"
Kania terkekeh geli mendengar pertanyaan penuh khawatir dari Lisa.
"Aku di rumah Mylan bun," jawab Kania masih dengan kekehannya.
Terdengar samar suara hela napas lega Lisa dari sana. "Kamu tuh kebiasaan banget ngilang! Apa sih gunanya bunda beliin kamu hp kalau nggak dipake? Jangan bikin bunda khawatir dong, Nia!"
"Bunda... hp aku mati gara-gara kehujanan. Ini juga masih dibenerin sama Mylan. Masih dikeringin pake Hair Dryer, siapa tau nyala," ucap Kania terkekeh. Memang fakta, Mylan mengeringkan ponsel Kania menggunakan Hair Dryer.
"Kalian kehujanan? Terus gimana? Udah ganti baju? Ya ampun... awas masuk angin."
"Bunda, don't forget to breathe. Don't worry, I'm okay, really."
"Gimana bunda nggak mau khawatir, kamu emang bandel sih," cibir Lisa geram. "Terus gimana pulangnya?"
Kania menatap Mylan yang sejak tadi ikut mendengar percakapan itu sambil tersenyum kecil. "Ya... nunggu hujannya reda. Soalnya di sini juga cuma ada motor. Kan nggak mungkin kita mau ujan-ujanan. Entar masuk angin lagi."
"Yaudah, Mylan mana? bunda mau ngomong sama Mylan dulu!"
Kania mendekatkan ponsel digenggamannya itu kepada Mylan yang masih sibuk mencoba mengeringkan ponsel Kania.
"Halo tante," sapa Mylan dengan tangan yang masih mengotak-atik ponsel Kania.
"Halo Mylan, tante minta tolong jagain Kania ya, soalnya dia itu anak bandel. Susah dinasehatin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful✔️[Complete]
Fiksi RemajaRE-WRITING (SOON)!!! Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan, walaupun juga bukan sebuah takdir. Namun tetaplah, bersamamu adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Aku tahu setiap pertemuan akan ada perpisahan, namun akan ada dimana sepasang insan...