Ini lanjuta bab sebelumnya. Btw cerita ini sudah saya tulis sampai bab 14 😫 post semuanya jangan? Hihi.
Jangan lupa vote komen!
Komandan POV's
Serius aku malu! Bahkan hantu yang ada di depan kami pun melongo kaget melihat reaksi Adipati.
"Bang lepas jangan malu-maluin!"
Dia tetap bersembunyi di belakang tubuhku. Aku berjalan ke depan bermaksud pergi ke ruang berikutnya namun Adipati menahan. "Plisssssss komandan! Saya nggak mau mati," katanya serak. Dia beneran parno sama hantu! Dia pasti punya pengalaman buruk di masa lalu. Aku yakin itu karena nggak mungkin Adipati setakut ini sama hantu jika bukan karena trauma.
"Tanggung bang, udah bayar juga tiketnya."
Selama perjalanan menuju ruang berikutnya, tak henti-hentinya Adipati merapalkan kalimat aneh yang terdengar lucu di telingaku.
Di depan sana aku belok ke kanan dan duaaaaaarrr. Banyak sekali hantu. Adipati teriak histeris. Lagi-lagi, hantu bohongan itu melongo melihat reaksi Adipati. Bagaimana tidak? Tubuhnya berotot, ada tato di lengannya, ada tindik hitam di telinganya tapi saat ini Adi nampak lemah sekali, juga yang bisa dia lakukan hanya berteriak dan berteriak. "Ndan becek Ndan!" Benar, lantainya becek. Hmmm.
Lanjut ke ruangan selanjutnya. Di sana ada kunti, jelas, Adipati merubah teriakannya menjadi suara gempitar petir saking berisiknya. Aku juga melihat pocong di kursi, sementara hantu yang ada di ruangan sebelumnya mengikuti kami. Adipati semakin tertekan karena diikuti, bahkan dia mencengkeram dadaku, sedikit membuatku merintih karena enak. Hmmm kok bisa ya?
"Aaaaarrghhhhh!" Adipati teriak lagi sambil meremas dadaku.
Di saat yang bersamaan aku mengeluarkan suara, "Eng—ahhhh."
Lho?
Karena laju kami berdua sangat lambat, peserta di belakang kami pun menyusul. Mereka nampaknya tidak takut sama sekali. Daripada tertarik sama hantu, peserta lain malah tertarik melihat reaksi Adipati dan merekamnya dengan HP.
"Aaaarghhhh Ndan saya nyerah! Ampun aaaarghhh! Saya pengen keluar tolong! Ndan ampun jangan bawa saya ke sini lagi! Ampun ampun ampun!" Aku malu sekarang. Baik para hantu dan tiga orang peserta di belakangku mereka semua menahan tawa. Ditambah di ruangan selanjutnya ada kumpulan Zombie, membuat Adipati gelagapan dan teriak-teriak meminta keluar.
"Bang tenang mereka bukan hantu beneran!"
"Saya tahu goblok!" Itu kasar sekali. "Tapi siapa yang tahu kalau mereka lagi kesurupan!?"
Peserta lain terkikik pelan. Sial, malah jadi bumerang. Awalnya aku ingin mengerjai Adipati tapi kenapa malah dia yang membuatku kesal ya?
"Terserah kamu saja."
"Lah Ndan ampun! Ayo kembali, saya mohon, aaaraghhh jangan dekati saya! Bangsat! Pergi sana! Aaarghhh! Ndan ampun!"
"Jangan malu-maluin!"
Pintu keluar sudah di depan mata. Para hantu mengikuti kami sampai kami diluar, sementara peserta lain malah asik merekam aku dan Adi dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Addict [ManXMan] [Tamat]
Любовные романыKisah membosankan antara preman dan tentara.