Malam ini terasa dingin sekali, aku hanya bisa memeluk diriku sendiri di tengah-tengah hujan deras. Lapar. Haus. Semua tubuhku terasa sakit. Dingin ini menusuk hingga ke tulangku.
"Hei, anak siapa ini?" Orang-orang mulai membicarakanku. Suara yang ku dengar mulai samar-samar.
Akhirnya, semua dunia yang kulihat menjadi gelap. Aku sudah mati? Hidupku memang sangat tidak berguna. Aku hanya anak berusia 12 tahun yang tidak dianggap oleh dunia.
Tunggu, tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil namaku.
"Al.. Al.. Novial! Lo denger suara gue kan? Al, buka mata lo dong!" Suara itu mulai terdengar jelas. Sepertinya aku kenal suara ini. Ah, ini pasti suara Arial. Arial itu teman kecilku. Dia perempuan yang tangguh dan selalu melindungiku. Kami selalu bersama-sama. Aku ingin sekali membuka mataku tapi sulit.
"Arial, sayang, jangan teriak-teriak. Novial masih butuh istirahat." Ini suara mamanya Arial. Terdengar lembut.
"Tapi, ma, Arial tahu kok pasti si Al denger suara Arial!" Tegas Arial. Aku bisa dengar suaramu tapi aku tidak bisa buka mataku.
Ah, ya, aku anak yang dibuang oleh orang tuaku. Aku hanya tinggal di panti asuhan. Pertama kali aku bertemu dengan Arial di depan panti asuhan tempat aku tinggal. Rumah Arial berseberangan dengan panti asuhan. Kami jadi sering bermain karena rumah kami dekat.
Bagaimana Arial dan mamamya bisa menemukanku? Padahal aku pergi dari panti asuhan tanpa ada orang yang tahu. Panti asuhan itu selalu menyiksaku. Aku pergi karena tidak tahan disiksa. Mungkin aku pingsan di jalan dan mamanya Arial serta Arial menemukanku.
Tiba-tiba, aku tidak bisa mendengar auara Arial dan mamanya lagi. Akh berdiri di sebuah tempat gelap, gelap sekali, aku bahkan tidak bisa melihat hal apapun selain diriku yang bercahaya.
"Halo!" Teriakku. Suaraku bergema ke seluruh tempat gelap itu. Lalu, aku mendengar langkah kaki yang pelan. Secara perlahan, suara langkah kaki itu semakin dekat denganku.
"S-siapa?!" Wajar jika aku takut kan? Siapa yang muncul selain diriku?
Langkah kaki itu berhenti di depanku. Aku bisa melihat seorang laki-laki tegap tinggi dengan setelan jas hitam dan.. ada sepasang sayap hitam di punggungnya. Sayap itu tertekuk. Dia menatapku dengan tatapan sinis.
"Ya, sayang sekali, aku belum bisa menarik jiwamu untuk ke neraka." Ucap laki-laki itu.
Apa maksudnya? Apa aku jahat ya sampai masuk neraka?! Aku hanya bisa berdiri diam. Sebenarnya, laki-laki itu tampan juga. Mungkin jauh lebih tua dariku.
"Kau mau bertanya kenapa aku bilang begitu?" Tanya laki-laki itu lagi. Aku hanya mengangguk.
"Aku mau menarik jiwamu tapi aku kasihan padamu. Mati sendirian itu tidak menyenangkan." Ucapnya. Aku mendekatinya dan menatap wajahnya.
"Kenapa begitu?" Tanyaku. Dia menatapku dengan manik merah darahnya. Tanpa ekspresi apapun.
"Sebelum aku jadi Dewa Pencabut Nyawa, aku hanyalah manusia. Aku juga mati sendirian dan pernah mengalami hal yang sama denganmu. Jadinya aku merasa kasihan denganmu." Jelasnya panjang lebar.
"Kau umur berapa?" Tanyaku lagi.
"Aku? Lebih dari 500 tahun. Aku pekerja tetap di Neraka." Dia masih tampan biarpun berusia 500 tahun, apa ini namanya keabadian?
"Kau sendiri?"
"12 tahun."
Baiklah, sepertinya pertanyaannya hanya sampai disana. Aku masih berdiri sampai akhirnya dia mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut. Sungguh.
Ini pertama kalinya ngepublish cerita. Masih pemula, tolong bantuannya ya :" terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVIAL MARVELINE
Teen FictionAku hanya sendiri, berdiri sendiri di tengah dunia yang ramai. Terlalu sering menangis. Aku selalu duduk tanpa ada tujuan. Aku hanya berharap ada yang mau membantuku. Sampai suatu ketika, aku bertemu denganmu. Semua yang aku butuhkan, kau berikan ke...