30

63 3 0
                                    

-BAGIAN TIGA PULUH-

"Tak perlu melakukan berbagai hal untuk membuat orang lain jatuh cinta, cukup jadi diri sendiri dan cinta akan datang dengan sendirinya."
________________________

Rasanya ada yang berbeda dari Belvi belakangan ini. Perempuan itu tidak lagi agresif kepada Kania, dia bahkan seolah tidak menganggap keberadaan Kania. Terbukti dengan beberapa hari belakangan, saat Kania berpapasan dengan Belvi. Jika biasanya Belvi akan mengintimidasinya, kali ini Belvi justru tak sedikitpun meliriknya. Atau mungkin Belvi mulai lelah ikut campur urusan Kania?

Satu hal yang sebenarnya Kania salah nilai dari Belvi, Belvi bukanlah orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Memang ada perasaan tak suka ketika Belvi tahu Kania masuk dalam kehidupan Mylan dan Salman. Ada dua kemungkinan yang sangat dikhawatirkannya. Pertama, dia tidak ingin Salman kembali mencintai orang lain, selain dia. Kedua, Belvi tidak ingin kejadian lampau kembali terulang, antara Mylan dan Salman. Namun semua sudah terlambat, baik Mylan maupun Salman telah menjadikan Kania sebagai mahkota yang patut untuk diperebutkan.

Hanya karena rasa cemburu Belvi yang besar, Belvi memilih untuk melakukan segala hal kepada Kania. Dengan harapan cara itu dapat membuat Kania menjauh, baik dari Salman maupun dari Mylan. Namun ternyata Kania bukanlah perempuan yang mudah ditaklukan. Nyatanya semakin Belvi berusaha mengusirnya, semakin gencar pula Kania menarik perhatian Salman dan Mylan.

"Mau sampai kapan lo sama Mylan kayak gini?" Belvi menatap Salman seraya mengaduk es teh nya yang tersisa setengah gelas.

Salman mengangkat kepalanya, menatap Belvi dengan kedua alis yang terangkat. Jarang Belvi menyinggung hal seperti ini. "Sampai gue bisa merebut semua kebahagiaan Mylan. Anak kayak dia itu nggak pantas punya kehidupan sempurna kayak gini."

"Terus kalau lo udah dapat semua kebahagiaan Mylan, mau lo apain?"

Salman berfikir sejenak, sebelum mengedikkan kedua bahu dan kembali menyantap baksonya. Dia sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukannya setelah berhasil membuang Mylan.

"Mylan pernah ngelakuin salah apa sih ke lo, sampai-sampai lo harus berbuat kayak gini?"

"Lo sendiri juga tau jawabannya, kenapa masih tanya ke gue?"

Hembusan nafas gusar keluar dari mulut Belvi. Rasanya kesalahan Mylan tidak sebesar apa yang sudah Salman lakukan kepadanya. "Itu bukan salah Mylan, emang Milena aja yang dasarnya ganjen, Man."

"Wajar ganjen, dia body goals. Emang laki mana yang nggak tergoda imannya? Mylan aja sempet naksir." Salman menarik es teh Belvi dan meminumnya tanpa permisi. "Kalau dibandingin Kania, nggak ada apa-apanya. Cuma mirip di muka doang." Lanjut Salman.

"Berhenti aja kenapa sih, Man? Gitu-gitu dia juga adik lo."

Mata Salman melirik sinis Belvi, entah kenapa hari ini Belvi terdengar begitu menyebalkan. "Dia aja nggak pernah anggap nyokap gue." Ketus Salman menghardik Belvi.

Belvi tahu betul apa yang Salman maksud. Sejak kecil Mylan dan Salman memang selalu berasama seperti adik dan kakak, hal itu juga disebabkan oleh ibu keduanya yang memanglah bersahabat sejak lama. Semuanya berjalan lancar, tidak sampai sebuah kenyataan membuat Mylan benar-benar membenci keluarga Salman dan juga Zidan. Itu adalah awal mula kebahagiaan Mylan menghilang.

Sempat keduanya terjebak dalam keheningan, namun pertanyaan yang Salman lontarkan tiba-tiba saja membuat dada Belvi kembali sesak. "Milena apa kabar? Gue denger dia mau balik ke Indonesia."

Iya, inilah alasan kenapa Salman dari dulu masih saja menerima keberadaan Belvi. Lelaki ini memanfaatkan Belvi yang bersahabat baik dengan Milena, hanya untuk dapat memantau kabar Milena yang jauh darinya. "Tau dari mana lo?"

Painful✔️[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang