Bagian 11

31 8 0
                                    

A/N: Maaf lama gak update 😅 author nya sakit

Aku menuju meja makan untuk sarapan. Hari ini kami makan sup miso dan tamagoyaki. "Ini spesial untuk dua orang kesayanganku", kata Yuko dengan ceria. Masakan Yuko memang sangat enak. Aku bisa nambah 2 piring nasi, haha.

Aku teringat akan piano di sebelah kamarku itu. "Yah, ayah punya piano ya?", tanyaku kepada Ryuji.
"Oh... Iya. Emang kenapa Rin?"
"Ayah bisa main piano?"
"Ya sedikit-sedikit".

Ryuji pun menceritakan bahwa piano tersebut merupakan pemberian ayahnya yang sekarang sudah meninggal. Ayah Ryuji adalah seorang pianis dan ia menginginkan Ryuji untuk meneruskan kariernya. Tetapi Ryuji tidak mau meskipun harus terpaksa belajar piano setiap hari dengannya.

"Dulu ayahku selalu menyuruh ku belajar piano. Sebenarnya aku bisa jadi pianis tapi aku tidak tertarik, jadinya piano itu sudah lama tidak kupakai", jelas Ryuji.
"Apa aku boleh menggunakan piano nya?", tanyaku dengan semangat
"Eh.. kamu bisa main piano, Rin?", tanya Yuko
"Enggak sih ma... Emm... Tapi ayah mau tidak mengajariku?"

"Boleh. Nanti kamu pulang pukul 5 sore saja", kata Ryuji sambil tersenyum.
"Wah... Makasih yah..."

Aku senang sekali mendengarnya. Aku langsung mempersiapkan diri menuju minimarket. Hari ini hari Senin. Jadi sekarang Diah yang jaga minimarket. Aku menyapa Diah dengan semangat, "selamat pagi, Tante Diah!".
"Selamat pati, Rina! Wah... Kamu kelihatannya senang banget".
"Iya Tan... Emm... Nanti aku cuma bisa sampai pukul 5 di sini"
"Loh? Kenapa, Rin?"
"Nanti aku mau belajar piano!", aku mengucapkannya dengan girang.
"Oh... Sama Ryuji ya?"
"Kok Tante tau?"

Diah mengatakan bahwa Ryuji dulu memang sering tampil main piano. Ryuji sering diundang di pernikahan teman-temannya dan pada acara-acara tertentu untuk memainkan piano. Tetapi Ryuji tidak pernah mau mengambil bayaran dari itu karena dia tidak menganggap bermain piano sebagai pekerjaannya.

Aku semakin tidak sabar untuk segera pulang ke rumah. Aku pun tak sadar bahwa sedari tadi aku melamun membayangkan diriku memainkan piano. "Rin...", Diah membuyarkan lamunanku.
"Eh... Iya Tan?"
"Ini... Tante boleh minta tolong gak?"
"Minta tolong apa, Tan?"
"Emm... Nanti kamu kasih makanan ini ke Ayu ya. Soalnya kalau malam nanti makanannya sudah basi. Kamu pulang jam 4 aja"

Diah memberikan alamat rumah Ayu. Ternyata rumahnya sangat dekat dari minimarket ini, tidak lebih dari 1KM dari sini. Aku pun tidak keberatan. Sekalian bisa jalan-jalan karena masih ada waktu 1 jam sebelum pukul 5.

Tepat pukul 4 aku keluar dari minimarket dan mengayuh sepedaku menuju rumah Ayu. Aku ketuk pintu berulangkali. Tapi sama sekali tak ada jawaban. Mungkin Ayu tidak ada di rumah. Aku pun kembali ke minimarket.

Sebelum sampai minimarket, aku melihat seseorang yang mirip dengan Dave berjalan di trotoar. Aku mengayuh sepedaku mendekati nya. Ternyata memang Dave. "Dave!", teriakku. Aku menghentikan sepedaku. "Hey Rina! Where are you going?", sapanya.
"Hey! Umm... You haven't answered my question. I'm still so curious about it".
"Huh? What is it?"

Ah.... Apa Dave benar-benar lupa atau pura-pura lupa? Aku benci mengulang pertanyaan ini. "Why did you unfriend me?", tanyaku. Aku merasa seperti terlalu 'mengejarnya'.

Dave menjelaskan bahwa saat itu dia suka dengan seorang gadis. Gadis itu adalah tetangga barunya. Kemudian tak lama setelah mengenalnya, Dave menjadi pacarnya. Ternyata gadis yang dibicarakan adalah Martha. Kata Dave, Martha adalah gadis paling cerdas yang pernah ia kenal. Martha juga pintar melukis. Dia tidak mau perhatian nya teralihkan kepada gadis lain. "She is really special to me", ucap Dave.

Dave terus memuji Martha di hadapanku. Aku pun tak tahan mendengarnya, "well, I'm glad to know that. So why did you unfriend me?"

"You seem to have a good taste in music. Honestly, when you said that you were going to move to Japan, I was afraid that if we meet I might get interested in you. So I did it. I'm sorry", jelasnya.

Wajahku memerah. Berarti masih ada kemungkinan dia bisa tertarik padaku? "Ah aku tidak akan menyia-nyiakan ini", batinku.

"Umm... Dave... I really like your performance last night", kataku mengalihkan pembicaraan.
"Thanks. But I don't think my performance was that good"
"No... It was very good! And... I'm going to learn piano!"
"Why? Why do you suddenly want to learn piano?"
"I don't know... after watching your performance, I feel that I really want to play it. And I'm sure that I can be a good pianist! I want to be like you, Dave!", aku hampir melompat mengatakan itu saking semangatnya.
Tapi wajah Dave menunjukkan ekspresi tidak suka. "Don't ever try to impress me!", Dave langsung berjalan meninggalkan ku.

Huh? Aku terdiam bingung. Apa perkataan ku salah? Aku meneriakkan namanya lagi, "Dave!". Dia tidak menoleh sama sekali. Mungkin aku mengganggu nya? Atau dia tidak suka kalau aku main piano? Tapi kenapa? Aku benar-benar tak mengerti dirinya.

Aku mengayuh sepeda ku lagi dan kembali ke minimarket. Aku mengembalikan makanan yang seharusnya kuberikan kepada Ayu, "Tante, sepertinya Ayu tidak ada di rumah. Dari tadi aku ketuk pintu tapi tidak ada jawaban".
"Oh... Maaf kalau Tante ngerepotin kamu ya, Rin. Tante gak tau kalau Ayu pergi".
"Enggak apa-apa Tan"
"Kamu kenapa Rin? Kok cemberut gitu?"

Aku sebenarnya masih heran dengan tingkah Dave tadi. Tapi sepertinya kalau aku tetap cemberut, Diah akan mengira bahwa aku kesal dengannya karena telah menyuruhku tadi. Aku pun memaksa senyuman, "enggak Tan... Haha. Aku cuma merasa gak enak kalau gak bisa nemenin Tante sampai nanti".
"Gak apa-apa Rin. Maaf loh kalo tadi ngerepotin".
Aku malah bersyukur. Kalau aku tidak mau mengantarkan makanan itu pasti aku tidak bertemu Dave. Yah meskipun perlakuan Dave tadi bukanlah yang kuharapkan.

Sesampainya di rumah, aku mendengar suara piano. Ternyata Ryuji sudah berada di ruangan itu. "Rin!", Ryuji memanggilku. Aku berlari masuk ke ruangan itu. Ryuji berdiri, "ini... Coba kamu mainkan".

Aku duduk di belakang piano. Aku melihat ada tiga pedal di bagian bawah, "ini untuk apa yah?".
"Oh yang kiri ini untuk melembutkan suara piano mu. Yang tengah untuk memanjangkan nada. Kalau yang kanan ini juga sama untuk memperpanjang nada, tapi yang ini lebih sering digunakan, intinya untuk menyambung not yang interval nya jauh".

Aku mengangguk meskipun masih bingung. Ah aku malu sekali. Hanya ini saja aku tidak tau. Aku memang baru kali ini melihat piano secara detail.

Ryuji mengajariku dengan sabar, "pertama kamu harus melancarkan gerakan jarimu". Ternyata sulit juga. Aku memang masih sangat pemula. Ini bahkan pertama kalinya aku menyentuh piano.

Sore ini tidak banyak latihan. Hanya melemaskan jari-jariku. Kata Ryuji aku harus bersabar. Tak apa. Semuanya butuh proses, kan?

Aku dan Ryuji menuju ruang makan. Yuko sudah mempersiapkan makanan di meja makan. "Wah mantan pianis dan calon pianis nih...", canda Yuko. Aku pun terkekeh, "hmm masih harus banyak belajar, ma".
"Tentu saja. Tapi jangan lupa, yang penting itu kamu belajar bahasa Jepang mu dulu".
"Haha tentu ma. Aku senang juga bisa jadi kasir di minimarket itu. Bisa praktek bahasa Jepang secara langsung".

Bahasa Jepang ku sekarang memang sudah mulai lumayan. Aku sudah bisa bercakap dengan pelanggan dengan cukup lancar. Kata Diah dan Ayu aku sangat cepat dalam menangkap pelajaran.

Setelah makan malam aku masuk ke kamar tidurku. Aku membuka ponselku. "Hmm... Kira-kira bagaimana ya profil FB Dave sekarang...", gumamku. Sudah cukup lama aku memblokir Facebook dan Instagram nya.

Aku masuk ke pengaturan dan membuka blokir Facebook nya. Hmm... Semakin banyak video yang dia unggah. Aku scroll ke bawah semakin banyak juga fotonya bersama Martha. "Ugh!!", gerutu ku. Jariku tak kontrol menggulir di profil nya. Tiba-tiba ponselku lag. "Ah sialan!".

Aku mencopot batreku dan mengaktifkan ponselku lagi. Aku membuka aplikasi Facebook untuk memastikan aku tidak mengklik secara tidak sengaja karena ponsel ku yang lag tadi.

Aku melihat satu pemberitahuan dan satu pesan masuk. Aku klik pemberitahuan itu, 'Toru Egawa menerima permintaan pertemanan Anda'.

A/N: Kasih kritik & saran ya. Tolong dikoreksi juga kalau ada yang salah.

A Tribute For You (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang