PART 2

104 4 0
                                    

Ceria dimana kita hilang di ganti sang hujan yang terus menetes di setiap hari ku.  Dimana senyuman itu terpancar kini berubah menjadi tangisan yang pilu

---------------------

Setelah kepergian cowok dingin itu, aku meneruskan berjalan menuju kelas. Aku pun tiba di kelas dan ternyata semuanya masih rame. Aku menuju tempat dudukku dan aku menekuk muka ku.

Teman sebangku ku dia heran dengan diriku. Biasanya aku tak pernah cemberut atau pun sedih. Aku selalu ceria karena dengan itu aku bisa menutupi semua kesedihan yang terjadi kepadaku.  Temanku semakin di buat bingung dengan tingkah laku ku, karena hari ini adalah hari yang dimana moodku ancur total. Tanpa basa basi dia menanyakan kepadaku "kenapa lo ? Tumben murung gitu ?" tanya teman sebangku ku

"Gue gapapa. Cuma mood gue lagi ancur banget dah hari ini." jawab ku dengan malas

"Mood lo ancur gara gara apa ?" tanya temenku lagi

"Gue tadi di rumah kena semprot mama gue. Mama ngancem kalau gue gak nganter Aini semua fasilitas gue di sita. Tapi ya gue bodo amat lah, gue tinggal adik gue karena gue bener bener telat. Entah nanti pulang sekolah, mungkin gue akan di usir dari tuh rumah." jawabku

"Kenapa sih kok mama papa lo seperti bedain anak anaknya ? Lo tuh juga anaknya tapi kenapa lo malah tersia siakan gini." ucao temenku

"Gue nggak tau, mungkin gue anak buangan yang di pungut oleh orang tua gue. Atau gue tuh anak panti yang sengaja di asuh gitu." jawab ku asal ngomong karena kali ini aku benar benar males untuk bahas keluarga.

"Lo nggak boleh kayak gitu ya ? Percaya deh, suatu hari nanti lo bakal dapet kebahagiaan yang lebih daripada hari ini. Lo yang sabar ya !! Kalau lo di usir dari rumah lo, lo bisa ke rumah gue. Gue siap nerima lo kapanpun itu." ucap temenku yang sebangku denganku. Dia adalah Nafa, temen yang selalu setia mendampingiku bagaimanapum keadaanku.

Tak terasa bel tanda masuk berbunyi. Semua guru pun kembali ke tugas mereka masing masing. Sekarang jam pelajaran di kelasku adalah matematika. Aku sangat tidak menyukai matematika apalagi jika harus menjabarkan rumus rumus yang super duper membingungkan. Guru matematika ku juga sangat galak. Dia tidak akan pernah mengampuni anak didiknya jika anak didiknya ramai dalam pelajarannya.

Dug .. Dug .. Dug suara sepatu yang bersentuhan dengan lantai pun terdengar semakin mendekat. Semua teman temanku di kelas diam, mereka takut jika kena hukuman. Saat suara itu sangat dekat, aku dan semua teman temanku berakting membaca buku agar tidak ketauan oleh siapapun. Tapi setelah guru itu sampai di depan pintu, kita semua menghela nafas lega. Karena yang datang bukan guru killer biasanya. Ini beda, aku bertanya tanya kepada diriku sendiri. Apakah dia guru baru atau pengganti bu guru killer.

Lamunan ku terbuyar karena deheman keras dari depan. Semua siswa-siswi memperhatikanku. Aku semakin bingung di buatnya. Guru baru itu pun menegurku "kamu niat nggak ikut pelajaran saya ? Kalau enggak silahkan kamu keluar, karena saya nggak mau jika saya mempunyai siswi yang suka melamun."

Aku hanya bisa mengangguk dan memperhatikan papan. Guru itu pun kembali memberikan materi kepada teman temanku. Aku menyikut Nafa, Nafa menoleh sambil memberi isyarat bahwa dia sedang berkata APA

"Naf, gue mau nanya sesuatu. Siapa nama tuh guru ?" tanyaku dengan suara yang sangat pelan.

Nafa hanya menggeleng lalu menjawab "nanti gue jelasin semuanya. Sekarang lo dengerin aja takutnya nanti kita kena ----

Ucapan Nafa tiba tiba di potong " kalian berdua silahkan maju, saya tidak mau jika saya menerangkan ada siswa yang bicara." ucap guru itu dengan nada dinginnya dan sangat membuatku takut.

Aku dan Nafa maju. Baru kali ini aku seperti ini. Aku sangat malu, karena teman temanku melihatku dengan tatapan mengejek. Sedangkan Nafa, dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Aku sangat merasa bersalah karena aku telah membawa Nafa ikut dalam hal ini.

Pelajaran guru baru itupun selesai. Aku dan Nafa sedang menuju ke kantor. Karena kami disuruh untuk menghadap sang guru itu.

Setiba di kantor, kami masuk dan guru itu pun menatap tajam ke arah ku. Menurutku guru itu tidak ada ramah tamahnya sekali. Guru yang belum ku ketahui namanya mempersilahkan duduk "silahkan duduk. Saya ingin ngomong kepada kalian berdua."

Nafa ragu untuk duduk dia juga takut jika bakal kena point. Sedangkan aku, aku biasa biasa aja. Toh nanti kalau aku kena point orang tuaku tidak akan memarahiku. Kami dia, tidak ada yang mau membuka pembicaraan pun. Tapi lama kelamaan guru itu pun membuka suara "kalian tau mengapa saya kumpulkan kalian disini ?" tanya guru yang belum tahu namanya

"Ya, saya tau. Karena kita berdua telah melanggar aturan saat pelajaran berlangsung." ucapku tanpa ada rasa takut. Sementara Nafa sudah panas dingin.

"Saya ingin tanya kepada kalian berdua ? Kenapa kalian mengobrol saat jam pelajaran di mulai ?" tanya guru itu lagi

"Kami tidak mengobrol pak. Hanya saja saya bertanya kepada temannya saya sebenarnya bapak ini siapa ?" ucapku dengan santainya

"Kenapa tidak kamu tanyakan saja kepada saya sendiri ? Kenapa malah tanya ke temanmu. Dan belum tentu temanmu itu tau tentang saya." ujar guru itu

"Urusan tidak tau memang benar. Tapi saya hanya ingin menanyakan nama bapak saja. Karena ketika bapak berkenalan saya tidak mendengarkan. Tepatnya saya melamun." jelasku dengan nada yang ku buat dingin

"Tapi kamu bisa kan mengobrol setelah pelajaran saya selesai. Saya tidak ingin kalau saya mendengarkan tidak ada yang menyimak. Kalian sudah tau kesalahan kalian sekarang. Dan mau tidak mau kalian akan kena hukuman atas semua ini." tegur guru itu sekarang

Mendengar guru itu bicara kalau ada hukuman, aku tidak terima. Aku keberatan atas semua ini "saya keberatan kalau bapak melakukan hukuman kepada kami." ucapku

"Kenapa kamu keberatan ? Bukannya kamu tau letak kesalahan kamu dimana ?" tanya guru itu

"Saya keberatan karena disini setiap guru tidak ada yang mau memberi hukuman meskipun itu tidak mendengarkan penjelasan. Guru disini hanya memberi point kepada orang yang bersalah." jelasku yang masih tesulut oleh emosi

"Tapi tidak dengan saya, saya akan memberi kan hukuman kepada siswa yang sudah melakukan kesalahan dan itu pun tidak ada penolakan. Kalau kalian berdua menolak maka hukuman itu akan semakin berat." ujar guru itu

Dia mempermainkan emosiku sekarang. Aku benar benar tidak bisa menahan amarah ini. Aku pun menggebrak meja guru itu dan berdiri "saya tidak akan pernah mau jika saya harus menjalankan hukuman ini. Jika bapak ingin melaporkan saya ke guru BK silahkan. Saya tidak takut." ucapku dan menarik Nafa untuk keluar dari ruangan itu.

Katakan aku tidak sopan ? Ya aku tidak akan segan segan membentak siapapun termasuk guru itu jika mereka bermain main denganku.

FAKE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang