"Tolong berhentilah tertawa dan segeralah keluar. Aku akan segera menuju ruangan kerjamu setelah berpakaian lebih pantas sebelum kau mengutarakan maksud tujuanmu datang ke kamar ini," kata Aneke mendesis, seraya mengeratkan lagi handuk yang membelit tubuhnya.
"Baiklah. Aku tunggu secepatnya," kata Patric seraya mengerlingkan salah satu matanya.
Setelah Patric keluar dari kamarnya, Aneke dengan segera melepaskan handuknya dengan kesal dan terburu-buru. Jari-jarinya gemetar ketika dia memakai celana panjang jins dan kemeja flannel lalu dia melepas handuk dari rambutnya dan menyisirnya asal.
Apa yang akan Patric bicarakan?. Apa dia sudah tahu bahwa dia bukan Ashele?. Fikirannya berkecambuk memenuhi otaknya. Aneke akan sangat bersyukur dan bernafas lega kalau seandainya Patric sudah tahu tentang jati dirinya. Dia melengkungkan senyum, menarik kedua ujung bibirnya. Baguslah kalau Patric sudah mengetahui semuanya. Bisik dalam hatinya.
Kaki Aneke seolah berubah jadi jeli ketika menuju ruang kerja Patric. Langkah kakinya menjadi sangat pelan, bersebrangan dengan detak jantungnya yang berdetak semakin kencang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu kerja ruangan itu, akhirnya Patric membuka pintu dan berjalan menuju kembali ke kursi kerja kebesarannya.
"Silakan kau mau duduk dimana saja atau berdiri seharian di ujung pintu juga boleh," kata Patric seraya memperhatikan Aneke yang masih diam mematung di depan pintu.
Jantung Aneke bergetar semakin tak karuan. Ini pertama kalinya dirinya sedekat dengan Patric tanpa adanya Julie diantara mereka dan keduanya dalam keadaan yang sama-sama sehat. Aneke jadi canggung dan bingung harus berkata apa. Terasa berat saat dilangkahkan kakinya menuju ke arah Patric. Dengan lutut yg gemetar akhirnya dia bisa mengendalikan diri dan dipilihnya duduk di kursi tepat di seberang Patric.
"Jadi apa yang yang ingin kau bicarakan denganku?, aku tak ingin mendengar basa basimu dari mulutmu itu." Akhirnya Aneke dapat mengeluarkan suaranya dengan kendalian diri yang baik. Sambil diulaskan senyum menantang terhadap Patric.
"Wohoo,, sabar Ashele. Kau secepat kilat kembali ke sifat aslimu itu." Sindir patric.
Aneke mendelik kesal terhadap Patric.
"Melihat akhir-akhir ini kau begitu perhatian padaku dan Julie, pantaslah kau menerima sesuatu dariku."
Kalimat yang penuh makna keluar dari mulut Patric itu membuat Aneke mengerutkan keningnya. "Maksudmu? Kau..." Tanyanya.
Patric menggelengkan kepalanya dan menyuruh Aneke terdiam. "Dengarkan aku dulu dan mulailah menjadi pendengar yang baik Ashele." Tegas Patric.
"Aku berniat memberimu hadiah karena selama ini kau merawat ku, mendampingiku dengan sabar saat aku masih sakit kemarin. Selama aku tak disamping Julie, peranmu sebagai momy Julie sangat sempurna. Melihat kebelakang tentang sifatmu, aku mengira kau tak bisa diandalkan dalam merawat, menjaga Julie, tapi ternyata saat ini malah sebaliknya. Setelah tragedi kecelakaan itu, rasa kemanusiaanmu muncul. Aku sangat berterimakasih padamu karena kau benar-benar berperan menjadi seorang ibu entah itu tulus atau tidak." Lanjutnya.
Deg
Aneke terdiam, perasaan takut dan was-waslangsung menderanya. Ternyata Patric telah mengetahui identitas aslinya. Dia merasa senang sekaligus sedih. Entah mengapa perasaan sedih itu hadir menyelimuti hatinya. Tiba-tiba dirinya takut kehilangan Julie. Bocah mungil itu ternyata telah mencuri hatinya diam-diam. Ada perasaan tak rela jika meninggalkannya. Dan juga ada sesuatu lain yang jauh dilubuk hatinya terdalam terasa sakit saat semua ini berlalu begitu cepat.
"Jadi maksudmu?" Tanya Aneke tak sabaran.
"Maksudku akan mengajakmu dan Julie berkeliling ke Asia, tepatnya di Jepang untuk liburan bersama selama satu minggu. Kau boleh melakukan apapun sesukamu dalam artian tak mengganggu aku dan Julie dan membuat kericuhan maupun skandal. Kau boleh berbelanja, mengadakan ataupun menghadiri pesta dengan teman-temanmu sesukamu. Impas kan? Bagaimana?. Apa kau suka hadiah dariku ini?. Apa kau mau mengambilnya?"
Hati Aneke langsung luruh, kecewa, harapannya hancur sudah, dirinya mengira Patric sudah tau tentang dirinya, dan mengembalikan ke negaranya, tapi ternyata pria itu malah mengajaknya liburan bersama.
Sementara Aneke masih terdiam mematung belum menanggapi apa yang ditawarkan oleh Patric padanya, Patric dengan perlahan bangkit dari duduknya dan dengan sangat perlahan menghampiri Aneke.
Darah Aneke tiba-tiba menggelegak bagai lava cair saat Patric sudah berada sangat dekat dengan dirinya dan tubuhnya nyaris tak mampu bergerak menjauhkan diri ketika pria itu mengulurkan kedua tangannya dan memegang kepalanya, menyusupkan jari-jarinya ke dalam rambut Aneke.
"Rambutmu sudah hampir kering," bisik Patric. "Aku juga suka rambutmu dalam keadaan basah." Patric membelai pipi Aneke dengan bibirnya.
"Jangan kira kemeja gombrong ini menyembunyikan bentuk tubuhmu. Aku rasa bentuk tubuhmu jauh lebih berisi sekarang dari yang aku lihat saat kita terakhir bercinta dulu. Kau dulu suka sekali mempunyai tubuh yang aku anggap kerempeng itu Ashele dan kenapa sekarang kau malah bisa jadi berisi begini?, namun aku sangat menyukainya sekarang. Atau kau berubah demi kekasihmu itu. Huh.. apa hebatnya kekasihmu itu?. Apakah dia bisa mengalahkan permainan ranjangku dalam bercinta?."
Patric memaksakan kepala Aneke mendongak padanya. Menatap dalam pada manik bola mata wanita itu. Terlihat ada yang berbeda dimatanya, dan saat ini terlihat sudah mulai menggelap, api gairah mulai muncul mengelilingi tubuh wanita itu.
Patric tersenyum dan dengan secepat kilat bibirnya mengulum bibir Aneke, bagai pemain musik menyelaraskan alat musiknya sebelum konser, mempersiapkannya sebelum dinikmati secara total. Ketika dia akhirnya melumatnya, bibir Aneke ternyata sudah siap, dan menyambut ciuman yang menggetarkan jiwanya itu.
Tangan Patric perlahan-lahan menyusuri punggung Aneke sampai ke bawah. Berhenti sebentar untuk memijat, tangan besarnya menyelinap ke pinggul Aneke dan menariknya berdiri agar lebih dekat dengan dirinya.
Tubuh Aneke mengikuti instingnya, mengikuti respon tubuhnya, lalu dengan gerakan lembut mengalungkan lengannya ke leher pria itu. Hembusan nafasnya tersenggal-senggal saat Patric mengakhiri ciumannya.
Aneke merasakan gairah Patric bangkit mendesak perutnya. Dirinya membalas dengan kerinduan alamiah yang sama. Aneke menggesekkan tubuhnya dan mendengar pria itu mendesah nikmat.
Aneke melepaskan sikap hati-hatinya terhadap pria itu. Dan langsung kembali mencium Patric dengan gairah yang berkobar-kobar. Bibirnya seolah tak pernah puas, lidahnya saling bertautan dengan pria itu. Ketika Patric mengangkat kepala untuk membelai pipinya dengan tangannya yang sebelah lagi, Aneke berjinjit dan dengan ujung lidahnya menyapu bibir atas pria itu.
"Ashele, kau lebih terasa menggiurkan sekarang," Erang Patric terbata-bata, sebelum mencium bibir Aneke kembali, berulang-ulang bagai tak terpuasakan.
Lalu tangan Patric mengelus-elus tengkuk Aneke dengan jari-jarinya yang sensitif itu. Kemudian jari-jari itu bergerak turun sampai dia menemukan kancing pertama kemeja Aneke. Dia membukanya dengan lihai dan mengusap bagian atas panyudaranya, yang makin menonjol karena tertekan dadanya. Jari-jari pria itu bagai beludru hangat terasa di kulit Aneke yang semulus satin. Sambil melumat bibir Aneke, Patric membuka kancing kedua semudah yang pertama.
Aneke mendesahkan namanya saat Patric membenamkan wajah di dasar leher Aneke dan mulai membelai payudaranya. Ia membelai dan menggelitiknya, sampai payudara wanita itu menggeleyar dan menimbulkan kenikmatan yang menyebar ke seluruh tubuh Aneke.
Patric mengelus lagi dan mengeluarkannya dari kemeja Aneke. Ciuman Patric membuat kepala Aneke serasa berputar, dan dia mencengkeram rambut pria itu, menariknya makin dekat. Dia merasa ingin keluar dari lautan kenikmatan ini, dan dirinya ingin tinggal di dalamnya sampai mencapai puncak kenikmatan bercinta dengan Patric.
Seolah bisa membaca fikiran Aneke, Patric menjauhkan bibirnya dari payudara wanita itu. "Ashele, biarkan aku merasakan manisnya tubuhmu lagi," dia memohon. "Sekarang. Kumohon. Aku rindu kehangatan tubuhmu lagi, membutuhkan kelembutanmu. Aku menginginkan dirimu, saat ini disini."
___ to be next continue__
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me Your Wife (NMYW)
RomanceTerbangun dari koma, mendapati dirinya dengan wajah yang telah berubah menjadi orang lain dan yang membuatnya terguncang saat dirinya diakui sebagai seorang istri Perdana Menteri. Terkejut lagi saat mendapati amplop bertuliskan "Masih Ingatkah Kau U...