" Hai ? "Itulah kata yang pertama kali terucap dari seorang gadis remaja berwajah polos dan penuh pengharapan, berharap ia membalas sapaannya..
"Eh, siapa lo?! " Sontak jawab dari seorang laki-laki berwajah datar dan cuek, tapi dia pintar.
"Aku boleh ikut duduk disini ga?"
Dengan perasaan yang senang sekaligus kaget juga, Gia menberanikan diri untuk melanjutkan sapanya tadi. Ya, gadis remaja SMA berwajah polos itu bernama
Giara Anindya Rey, akrab disapa Gia." Terserah, lagian ini bukan kursi milik nenek gue, duduk ya duduk aja"
Datar. Sangat datar. Lebih tepatnya menyebalkan. Itulah Nantha, sifat Nantha tepatnya. Cuek, muka datar, no care no share, tapi pinter. Anantha Ikza Giora
"Ok, makasih.. " Jawab Gia singkat dan langsung duduk dikursi yang ia minta tadi.
Dengan headset yang terpasang di kedua telinganya, Nantha dengan damai dan sejahtera nyaman bersama musik hpnya, tanpa memperdulikan kehadiran sesosok gadis cantik yang baru saja menghampiri kursinya, bahkan ia tak peduli apa yang Gia ucapkan daritadi.
"Hei, kamu pesen apa? " Tanya Gia pada Nantha yang masih asyik dengan dunianya sendiri .
"Hei?! "
"Heiiiii?! kamu pesen apa?!!!"
"HEI COWO ANEH KAMU PESEN APA!"
Tanpa sadar sambil berdiri dan menggebrak meja, Gia menjadi sorotan mata semua anak yang berada di Kantin itu.
Namun Nantha tidak merespon apapun, dia damai-damai saja tanpa adanya pergerakan.
"Woy! ini kantin bukan hutan! jangan tereak disini !" Tiba-tiba suara cempreng sedikit perkasa muncul dengan lantang.
Sontak suara itu membuat Gia terkejut, hingga akhirnya ia tersadar dan duduk kembali di kursinya.
Tiba-tiba..
"Heh Lo! bisa ga sih kalo ngomong itu gak usah pake speaker, ini kantin bukan acara konser ! , Lo tuh cewe, malu dong! "
Dan ternyata kalimat itu terucap dari seorang Nantha yang cuek dan terkesan bodo amat dengan sikap orang lain, namun kali ini tidak. Mungkin karena.. Gia , ah bukan pastinya.
.
.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Heart
Teen Fiction. . Bertemu dengan seseorang yang menyebalkan, dan jauh dari apa yang diharapkan adalah suatu ketidakberuntungan~ tapi tidak kali ini, sikapnya yang beku layaknya es batu berhasil mewarnai harinya.. Namun apakah warna itu akan selalu cerah? mungkin...