Bandung.
Kami berdua sudah ada di Bandung.
"Capek euy," kataku lalu pergi mandi. Jam 10 malam aku pergi ke ruang nonton. Di sana Adipati sedang makan keripik singkong. "Malam-malam gini nggak pakai baju. Situ waras?"
"Hmmm."
"Sudah kamu kemasi barang-barangnya bang?"
"Sudah. Saya cuma bawa baju saja. Sedikit. Sisanya saya simpen di rumah komandan ya. Nanti saya nyuruh orang buat kirim ke Kalimantan."
"Bagus kalau gitu."
"Hmmm."
"Film apa ini?"
"Jurasik pak." Bagus sekali cara pengucapannya.
"Bang?"
"Ya, Ndan?"
"Sukses ya."
Besoknya Adipati dijemput oleh supir suruhan Dimas. Adipati tak banyak bicara, sebelum pergi dia hanya memelukku kemudian menepuk pundakku sebanyak 3 kali lalu berkata, "Terima kasih komandan." Hanya tiga kata. Tidak kurang tidak lebih.
Aku? Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum tipis. Aku bingung soalnya. Malamnya saat aku nonton TV, secara tidak sadar aku berkata, "Bang kamu pasti suka cewek kayak gitu ya." Padahal dia sudah pergi ke Kalimantan. Sial, mending aku tidur saja. Dalam lelap tidurku pun, aku sering bangun. Kuhitung aku bangun sebanyak 5 kali. Mungkin aku masih merasa lelah habis dari Jakarta. Pasti itu. Sayangnya, entah kenapa aku merasa ada yang kurang. Bahkan saat sarapan pagi pun aku secara tidak sengaja membuat makan untuk dua orang. Seumur hidupku, baru kali ini aku kelimpungan bingung memahami situasi.
Ada telepon masuk dari Dani. 'Bang kamu ke mana aja kok nggak ada di rumah?'
Aku memang mengabaikan pesan yang dia kirim. "Saya habis dari Jakarta."
'Pulang kampung?'
"Tidak, ke Dufan."
'Sama siapa? Hmm nggak ngajak nih.'
"Sama bang Adi."
'HAH!? Mainan baru emang lebih seru ya bang. Aku tahu kok.'
"Apa maksudmu?"
'Kenapa nggak ngajak aku? aku juga kan pengen liburan.'
"Saya diajak bang Adi."
'Kalau gitu besok kita ke Bali yuk bang.'
"Nggak bisa. Cuti saya nggak lama."
'Cih. Sekarang masih cuti?'
"Iya."
'Kalau gitu aku ke sana sekarang.'
Hmmmm. Tidak biasanya aku mendengar suara jangkrik malam-malam begini.
Dani datang ke rumah jam 8 malam. Dia membawa martabak kesukaannya lalu makan dengan lahap. "Aku nginep ya malam ini."
Kuambil martabak di pangkuannya lalu berkata, "Nggak bisa."
Dani mengerutkan alisnya bingung karena memang aku tidak pernah menolak.
"Kenapa?"
"Kamarnya sudah ditempati Bang Adi."
"Terus dia ada sekarang?"
"Nggak ada. Hmmmm maksud saya disewa sama dia selama 2 tahun." Beberapa detik kemudian aku tersadar sepertinya aku salah ucap. Temanku Dani entah kenapa tidak suka Adipati jadi memberi tahu kalau kamar di rumah ini telah disewa Adipati pasti membuatnya marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Addict [ManXMan] [Tamat]
RomanceKisah membosankan antara preman dan tentara.