Betapa hatiku takkan pilu
Telah gugur, pahlawanku
Betapa hatiku tak akan sedih
Hamba ditinggal sendiriSiapakah kini pelipur lara
Nan setia dan perwira
Siapakah kini pahlawan hati
Pembela bangsa, sejatiTelah gugur pahlawanku
Tunai sudah janji bakti
Gugur satu tumbuh seribu
Tanah air jaya saktiGugur bunga ku ditaman bakti
Di haribaan Pertiwi
Harum semerbak menambahkan sari
Tanah air jaya sakti•••
"Kepada jenazah, hormat senjataaaa.... Grak!!" Ucap lelaki berbadan tegap dengan seragam dinasnya diiringi dengan suara tembakan senapan ke udara.
Ratih sudah ikhlas jikalau suaminya harus pulang menuju pangkuan ibu pertiwi, ia tahu resiko menjadi seorang istri prajurit. Dan ia bangga memiliki suami yang mencintai negerinya dengan begitu dalam, dengan begitu ikhlas. Tertulis pada batu nisan nama lelaki yang selama ini mengayominya, mengasihinya, sekaligus melindungi negeri ini agar aman ditempatinya oleh keluarga kecilnya.
SURYADARMA
BIN
BADARUDDIN
Letnan Kolonel Inf (Anumerta)Dirgan juga ikhlas melepas kepergian sang ayahanda, ia tahu bahwa pulang nama jauh lebih baik daripada gagal dimedan tugas. Sekarang ia mengerti mengapa ayahnya mendidiknya begitu keras, karena ia akan menjadi pengganti ayahnya kelak. Ia akan menjadi tulang punggung keluarga, ia akan menjadi seorang prajurit yang akan melindungi negeri ini, tiap jengkal tanah di negeri ini. Sampai titik darah penghabisan.
Namun tidak dengan Zaira. Ia merasa hancur, ia merasa kacau. Semua nya terasa terlalu cepat untuknya. Bahkan ia terus memberontak saat pemakaman berlangsung, Dirgan dan ibunya terus menenangkan. Tapi bagai tak didengar Zaira terus saja menangis dan meracau.
"AYAH SUDAH JANJIKAN? MANA YAH MANA?!! AYAH BILANG SEORANG PRAJURIT TIDAK AKAN INGKAR JANJI!!!" Zaira tidak bisa menahan gejolak di dadanya.
"KENAPA AYAH HARUS PERGI SECEPAT INI? MENGAPA BUMI PERTIWI JAHAT?!! AKU TIDAK PERLU MEMILIKI LELAKI LAIN CUKUP AYAH!!" Emosi nya semakin tidak terkontrol.
"LALU SIAPA YANG AKAN MELINDUNGIKU DARI GODAAN LELAKI JAHIL YAH? SIAPA YANG AKAN MENGANTARKU KE SEKOLAH? SIAPA YANG AKAN MERANGKUL KU SAAT AKU MENANGIS? SIAPA YANG AKAN MENGECUP KENINGKU SEBELUM TIDUR? JAWAB YAHH!!!" Dirgan merasakan kerongkongan tercekat mendengar semua pertanyaan adiknya. Ratih berusaha memeperat pelukannya, memberi rasa nyaman pada gadis kecilnya yang terluka.
"Dek dengar abang! Masih ada Abang yang akan lindungi kamu, Abang akan selalu ada buat kamu, Abang sayang sama kamu sebagaimana Ayah sayang kamu, jangan menangis nanti Ayah sedih..." Dirgan mengusap pelan kepala adiknya yang berbalut jilbab hitam.
"Apa abang bilang?! Omong kosong bang! Kalau begitu keluar dari Tentara!!" Zaira langsung melepas dekapan ibunya dan menatap mata Dirgan dengan lekat. "Abang pintar, abang bisa jadi dokter, dosen, arsitek, atau apapun itu asal abang jangan jadi tentara! Tentara yang buat ayah pergi dan buat aku hancur!!!"
Dirgan terdiam.
"BUAT APA ABANG SEKOLAH JAUH-JAUH BAHKAN BERTAHUN-TAHUN KALAU AKHIRNYA ABANG BAKAL MATI DENGAN CARA YANG SAMA KAYA AYAH!!" Zaira meningkatkan nada bicaranya. Tanpa disadari tangan Dirgan melayang menuju pipi basah Zaira.
Plakkk!!!
Zaira kaget bukan main, sungguh rasanya menyakitkan. Ia memegang pipinya yang memerah, matanya memanas, rasanya semesta terlalu jahat. Abangnya tak pernah sekasar ini. Ratih sendiri sangat terkejut, ia kenal betul watak anak sulungnya ini, apa yang dikatakan Zaira sungguh menyiksa batin Dirgan sebagai seorang Taruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROMISE OF A SOLDIER
Teen Fiction"Bilang sama teman laki-laki yang mau sama kamu, sebelum deketin adeknya deketin dulu abangnya! iyakan Yah?" Ucap lelaki yang disebut abang oleh Zaira. "Yah... kalau begitu mana ada lelaki yang mau sama Za, datang kerja kelompok ke rumah saja takut...