"Kau harus latihan, Jim" Hera berucap malas ketika Jimin hanya tidur malas-malasan di kamar. Tidak mau keluar sejak tadi pagi
Suara dari dalam yang Hera yakini suara Jimin, "Aku mau pulang!"
"Kau boleh pulang!"
Alasan yang membuat Jimin tak betah tinggal di sini? Semua aneh. Mulai alat-alat hingga orang dan hewan pun aneh, Jimin sangat susah beradaptasi bila seperti ini.
Di dalam kamar Jimin memeluk erat bantal gulingnya, menggeser badannya ke sana kemari layaknya anak kecil, "Aku rindu istana..."
Ruangan kamar Jimin tak memakai ac, hanya ada kipas angin seadanya, untung saat ini cuaca tak terlalu panas ataupun dingin. Jimin rindu, bila di istananya maka akan ada makanan enak yang tersedia selalu.
"Yak! Keluar! Aku bantu kau pulang"
Hera Pov
Jimin sungguh kekanak-kanakan, dia belum makan pagi dan siang, bisa-bisa kejadian kemarin terulang. Aku tak mau repot.
Istilah kerennya homesick, ah tunggu, apakah berbeda 'dunia' masih masuk kategori homesick?
"Jimin-ssi, makanlah bila kau ingin sehat!"
"Aku rindu masakan dayang-dayangku!" Teriaknya dari dalam. Habis normal Jimin kembali jadi 'aneh'
Kesabaranku mulai habis, "Yak! Kau akan mati jika tak makan! Bagaimana caramu kembali bila kau mati di dunia ini?"
Jimin sepertinya terdiam, terbukti dari berhentinya suara erangan dari dalam kamar. Ini kesempatan bagus untuk membujuk Jimin, "Kau makanlah sesudah itu aku akan mengajarimu." Ku langkahkan kaki ku menjauh dari kamar tersebut, biarkan Jimin mengambil keputusan sendiri; mati atau melanjutkan hidup?
Jimin harus tetap hidup demi naik-nya keuntungan cafeku. Sambil menunggu Jimin keluar kamar, ki putuskan untuk memasak makanan tambahan, menambah jenis makanan untuk Jimin.
"Jimin pasti lapar, harus ku buatkan masakan yang banyak." Dengan semangat yang membara, masakan yang tadi bertambah 2× lipat dibanding sebelumnya. Aku memasak bahan makanan yang sekiranya akan basi bila tak digunakan sampai bulan depan.
Aroma masakan terasa menggoda, dibuat dengan bumbu khusus keluarga, siapa yang dapat menolak?
Bunyi langkah kaki terdengar, langkahnya lemas dan lamban. Berbalik dan betapa terkejutnya melihat keadaan Jimin saat ini.
Iya, itu suara langkah kaki Jimin.
Keadaan Jimin saat ini ; rambutnya berantakan, matanya bengkak, oh dan jangan lupakan bajunya yang tak rapi itu.
"Aku lapar" suara berat Jimin menyadarkan ku dari kegiatan penilaian terhadap Jimin.
"Kau mau apa?" Aku mengambilkannya nasi dan lauk pauk kemudian memberikan padanya
Dia menerima uluran tangan. "Terima kasih"
Jimin makan dengan sangat lahap namun tetap lamban-sangat-
"Jimin, sini ku ajari cara makan dengan cepat" aku mulai membuka topik obrolan
Jimin menatap tajam. "Sudah ku bilang, aku tak mau"
"Tapi kau di dunia ku, harus mengikuti aturan di sini"
"Aku berlatih semenjak kecil dan harus ku hilangkan? Makasih, tapi tidak." Dia melanjutkan acara makannya.
"Terserah"
TBC
kecup manjah dari Tata😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Of Mochi ; Park Jimin
Fanfiction✔TIDAK ADA CHAP YANG DI PRIVATE Kau... Mochi?!" Park Jimin, Pangeran Kerajaan Joseon, tanpa sengaja memakan Mochi yang diperuntukkan bagi cendekiawan terkenal Joseon. Tanpa sepengetahuan Kerajaan, ada rencana khusus dibalik dibuatnya kue Mochi ini. ...