I NEED U - JIKOOK

74 4 0
                                    

“Jungkook, maaf, maafkan aku.”

“Tidak hyeong, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi.”

Kau seorang pembunuh Park Jimin, kalimat itu yang terngiang di benakku semenjak kepergian Jungkook dari hadapanku. Dia telah mengetahui semuanya, kematian tentang kakaknya, Kim Seok Jin.

Kejadian empat tahun lepas, hari di mana Jin hyeong meregang nyawanya hanya untuk seorang pecundang sepertiku.

Kim Seok Jin yang telah kuanggap sebagai kakakku sendiri, ia yang datang ketika tubuhku hampir terjun bebas di tebing jurang.

Ia mendekap erat tubuhku.

Aku menatap lekat gelap curam di bawah sana, tempat yang sama seperti hari itu. Ketika lengan Jin hyeong  memelukku erat, menggagalkan niatku untuk bunuh diri. Aku tak dapat berbuat apa-apa hanya itu yang terpikirkan olehku, kenyataan bahwa aku masih hidup adalah kesengsaraan untuk orang lain.

Bagi orang tuaku, dan tak ada satupun orang lain yang menjadi alasan aku tetap hidup. Tidak ada satupun orang yang berada di sisiku.
Namun Jin hyeong datang.

“Tidak!! apa yang kamu lakukan? apa kau bodoh, hah!” ucap seorang pria dihadapanku, matanya menelisik sekujur tubuhku, terlihat raut khawatir di wajahnya.

“Entah apa yang tengah kau hadapi sekarang, tapi mati bukanlah pilihan, percayalah bunuh diri tidak akan semudah itu.”

Aku tertunduk, pikiranku semakin tak karuan kukira sekarang aku telah mati, kukira semua orang jahat telah pergi.

Tanpa sadar aku menangis, tubuhku naik turun menahan suara tersebut.

“Hei.. hei.. hei kenapa? jangan menangis.” Ia menarik wajahku membuat tatapan kami bertemu, mataku masih berkaca-kaca tak sanggup untuk mengeluarkan emosiku.

“Tenanglah, sekarang sudah aman,” ucapnya, ia mendekap tubuhku pada pelukannya. Tangannya mengusap lembut punggungku, tubuhku semakin sesenggukkan menumpahkan rasa gundah yang selama ini kusimpan sendiri.

Sekarang aku sudah memiliki seseorang di sampingku, begitu pikirku.

Setelah percobaan bunuh diriku, aku dan Jin hyeong semakin sering bertemu. Ia sedikit tahu tentang masalahku, hanya dia tempat aku berlindung ketika ayah hampir membunuhku lagi, atau ketika ibu yang hampir menjualku.

“Jimin, berhentilah menangis kenapa sih, kamu selalu datang padaku ketika menangis.”

“Sudah-sudah, sekarang kau sudah bersamaku,” tambah Jin hyeong.

Jin hyeong seperti kakak bagiku, dia pun seperti orang tua bagiku. Semua yang dia lakukan padaku, membuat hatiku nyaman, membuat diriku merasa aman.

Namun, suatu hari pertemuan kami di minggu sore empat tahun lalu. Kami yang saling menatap satu sama lain dari sebrang jalan. Tubuhnya terlempar jauh ketika sebuah mobil pengangkut berlaju cepat menembus lampu lalu lintas.

Tubuhnya yang bersimbah darah, beserta goresan-goresan di sekujur tubuhnya. Aku mendekap kuat tubuh tak sadarkan diri di hadapanku, untuk terakhir kali pada pertemuan kami aku bertemu dengannya dengan sebuah tangisan, lagi.

Hingga kata-kata terakhir darinya terucap “Ju-Jungkook, ja-j-jaga dia.”
Seutas kalimat terakhir darinya, seseorang yang telah kuanggap pelindung hidupku namun tak satupun yang kuketahui tentangnya.

Aku menyesal.

Selalu teringat dengan kata terakhir yang diucapkan Jin hyeong padaku, tentang Jungkook. Seseorang yang baru ku ketahui di hari pemakaman Jin hyeong, aku tak berani untuk datang ke rumah duka.

√ BANGTAN TIMELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang