Destiny

210 21 0
                                    

Takdir, apa kau mempercayainya? Kurasa semua orang percaya termasuk aku tentunya. Oh iya, namaku Relifyna Sufika Umari. Nama yang indah bukan? Hahaha tapi sayangnya kisah hidupku tak seindah namaku. Maksudku, sungguh.. Aku terlahir dari keluarga 'Broken home'. Pertengkaran dan keributan dari kedua orang tuaku seolah menjadi makanan sehari-hari bagiku. Mereka selalu saja bertengkar, namun tidak ada kata cerai diantara mereka. Bukan, bukan maksudku menginginkan hal itu. Tapi sungguh, sehebat apapun mereka bertengkar tidak ada kata cerai yang keluar dari mulut mereka.

Sejujurnya aku benci hidup seperti ini. Sungguh aku sangat membenci hidupku sendiri. Aku ingin mati saja rasanya. Aku tidak pernah mendapatkan hak ku sebagai seorang anak. Hak yang ku maksud ialah kasih sayang kedua orang tuaku. Mereka selalu saja sibuk dengan urusan masing-masing.
Hey, aku ini butuh kalian, aku tidak butuh uang kalian. Aku hanya butuh waktu kalian untuk sekedar mengobrol bersamaku barang lima menit saja. Apa itu sulit?
Andai aku bisa mengutarakan semua itu. Andai..

"Ify, kamu ngapain disini? Nggak ada kelas?"
suara bass itu sungguh tidak asing lagi di telingaku. Huh lagi-lagi ia mengejutkanku dengan kedatangannya, menyebalkan.

"Riooo kamu ngagetin aku tau" dengusku sambil memanyunkan bibirku

"Maaf hon, lagian kamu ngapain dibawah pohon gini ngelamun? Sendirian lagi, kalo kamu kesambet gimana?" tanya Rio lebay

"Aku nggak papa, cuma lagi nyari angin aja disini" jawabku sambil tersenyum tipis

"Eh kamu sendiri ngapain disini? Emang nggak ada kelas juga?" lanjutku

"Nggak, aku kan mau nemenin kamu sayang" ujar pria yang kini sudah duduk di sebelah kananku.
Pria itu bernama Rio, Febrio Aditya Haling tepatnya. Kekasihku, sahabatku, oksigenku, dan segalanya bagi ku. Dialah orang yang selama ini menjadi alasanku bertahan hidup dari takdir rumit yang ku jalani.

"Janji kamu bakal nemenin aku terus?" tanyaku sambil menyodorkan kelingking kanan ku

"Promise" jawab Rio sambil mengaitkan kelingkingnya dan tersenyum manis menatap ku dengan tatapan teduh.
Tuhan.. Aku sangat menyayangi pria di depan ku ini. Bisa kah aku melihat senyum itu hingga nanti? Bisakah aku lebih lama melihat wajah tampan ciptaan-Mu yang sempurna ini Tuhan?.

"Sayang.. Kamu kok ngelamun lagi sih?" tanya Rio membuyarkan lamunanku sambil mengusap pipi kanan ku.

"Io.."

"Hm?"

"Io.."

"Kenapa sih hon?"

"A- aku mau tanya sesuatu sama kamu. Boleh?" tanyaku gugup membuat Rio terkekeh geli melihat kelakuan ku.

"Kamu kaya sama siapa aja sih sayang. Ya boleh lah, kamu mau nanya apa hm?" tanya Rio

"Eum- itu..  Em- emang penyakit kanker itu bahaya ya Io?" tanyaku hati-hati.
Aku melihat wajahnya sempat menegang beberapa detik.

"Tergantung sayang, kalo udah stadium akhir biasanya sedikit kemungkinan orang yang kena kanker itu bisa bertahan hidup. Lagian kamu kenapa sih? Tumben banget nanya-nanya kaya gitu?"

"Eum- nggak, aku- aku cuma mau nanya aja. Emang nggak boleh?"

"Ya boleh dong sayang. Udah deh nggak usah di bahas lagi. Oh iya, nanti malem aku jemput jam 7 ya. Kamu harus dandan yang cantik, ok"

"Mau ngapain?"

"Kepo. Udah pokoknya kamu turutin aja apa kata aku, ok" ujar Rio sambil mengacak rambutku

"Aish nyebelin banget sih Io" dengusku

"Biarin, nyebelin tapi cinta kan" goda Rio sambil membantuku merapihkan rambut

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang