4.2 Rio dan Diva

1.7K 62 0
                                    


Rio tengah berjalan santai menuju mobilnya yang terparkir ketika menemukan Dinda dan Diva sedang bertengkar di samping mobil Dinda. " Terus gue pulang sama siapa coba? Ya kali gue nginep disini Dinda.." ucap Diva setengah merengek. " Sama taksi aja ya? Atau ojek online deh. Gue bener-bener gak bisa nganter lo Va.. gue udah harus otw ke bandara sekarang." Balas Dinda.

" Ini udah malem Din, gue gak mungkin naik taksi atau ojek online. Yang ada ntar gue diculik."

" Terus gimana dong?" ucap Dinda kebingungan.

Rio lalu mendekati mereka berdua. Seketika senyum cerah terbit di wajah cantik Dinda saat melihat Rio. " Yo! Diva balik sama lo ya!" Seru Dinda lalu cewek itu bergegas memasuki mobil dan melesat meninggalkan Rio yang menatap kepergiannya dengan tatapan tak percaya. Sedangkan Diva menyembunyikan wajahnya yang terasa panas tiba-tiba.

" Gue naik taksi aja deh." Ucap Diva berjalan hendak mencari taksi. Namun Rio keburu menahan tangannya hingga cewek berwajah imut itu menghentikan langkahnya. Rio kemudian menarik tangan Diva cukup keras yang membuat cewek itu berhadapan dengannya.

Tatapan mereka beradu selama beberapa detik. Rio menatap dalam iris kecoklatan milik Diva sedangkan Diva sibuk mendalami arti tatapan yang diberikan Rio. Mereka tidak sekalipun berkedip selama beberapa saat sebelum Diva menghentikan kontak yang terjadi diantara keduanya.

Untuk sejenak keadaan cukup canggung diantara Rio dan Diva. Jika sebelumnya mereka sering bertengkar di depan para sahabat, sekarang mereka justru terjebak dalam moment canggung karna insiden kontak mata dua menit yang lalu.

Rio lalu mengambil alih keadaan dengan berdehem canggung. " Lo balik sama gue aja. Udah malem, gak baik naik taksi sendirian. Rumah lo kan lumayan jauh dari sini, takutnya nanti kenapa-napa lagi." Ucap Rio kemudian.

Diva mengerjap beberapa saat guna mengembalikan kesadarannya. Cewek itu lantas mengangguk patuh dan mengikuti langkah Rio menuju tempat mobil cowok itu terparkir. Diva sudah duduk nyaman di kursi penumpang. Begitu juga Rio yang mulai menjalankan mobilnya.

" Gue ngerepotin gak?" Tanya Diva merasa tidak enak.

" Gak." Jawab Rio singkat. Diva mengerucutkan bibirnya kesal. Kenapa juga ia harus bertanya jika jawaban yang didapatnya hanya satu kata seperti itu? Nyesel gue nanya, batinnya sebal.

Rio menghidupkan radio agar tidak ada keheningan yang tercipta di mobilnya. Diva hanya menatap luar jendela tanpa suara. Mobil beberapa kali berhenti karna keadaan jalan yang padat. Sekarang memang jam pulang kerja sehingga terjadi kemacetan di beberapa titik.

Rio merasa ada sesuatu yang janggal di hatinya. Ia tidak menyukai Diva yang hanya diam sedari tadi. Ia ingin membuka percakapan, tapi bingung memilih topik. Sebenarnya mereka sudah sering berada di mobil yang sama. Rio beberapa kali mengantar-jemput Diva ke sekolah. Namun keadaan hening seperti ini adalah untuk pertama kalinya. Biasanya Rio akan banyak berceloteh yang selalu ditanggapi oleh Diva.

" Va? Lo tidur?" Tanya Rio akhirnya.

Diva lantas refleks memutar kepalanya menatap Rio. " Nggak. Gue gak tidur." Jawabnya.

" Kenapa dari tadi diem aja?" tanya Rio lagi. Cowok itu juga menatap Diva.

" Lo juga diem. Biasanya kan lo bawel."

Bener juga, batin Rio. Dari tadi kan gue yang yang diem.

" Iya juga ya?" balas Rio terkekeh canggung.

Lalu keadaan kembali hening.

" Va, gue suka sama lo." Ucap Rio tiba-tiba. Diva merasa tercekat. Jantungnya berdebar hebat dan napasnya tertahan selama beberapa detik. " Apa?" tanya cewek itu kemudian.

Rio sedikit memiringkan tubuhnya agar menghadap Diva. Jalanan di depannya begitu padat jadi ia bisa sedikit bersantai. Toh, mobilnya juga tidak akan bergerak. " Gue suka sama lo." Ulang Rio.

" Terus?" refleks Diva. Entahlah, Diva juga tidak mengerti mengapa kata itu yang terucap dari mulutnya. Rio agaknya sedikit syok mendengar respon yang terlontar dari mulut cewek di dhadapannya ini. namun buru-buru ia menguasai keadaan. " Lo mau jadi pacar gue?"

" Kenapa gue harus mau jadi pacar lo?"

Lagi, Rio kembali syok mendengar respon Diva. " Karna gue suka sama lo." Jawabnya mantap.

" Lo bisa ngomong gitu ke semua cewek." Balas Diva membuat Rio terdiam.

" Asal lo tau, gue gak pernah nembak cewek sebelumnya."

" Gue gak percaya. Lo pikir gue gak tau tentang lo? Udah berapa cewek yang lo tidurin selama ini?" Sinis Diva.

" Apa menurut lo mereka semua pacar gue?"

" Ya iyalah."

" Lo salah. Mereka semua gak pernah jadi pacar gue. Kalau lo lebih percaya sama gosip di luaran sana, terserah, itu hak lo. Yang jelas sekarang gue cuma mau jelasin ke elo. Gue gak pernah nembak cewek sebelumnya. Gue cuman tidurin mereka tanpa status. Mungkin sekarang lo nganggep gue brengsek." Rio menjeda kalimatnya. " Gue emang brengsek, dan gue punya alasan sendiri kenapa gue ngelakuin itu semua."

Diva nampak sedikit syok mengetahui bahwa Rio tidak pernah menjalin hubungan dengan cewek-cewek yang pernah ditidurinya. " Kenapa lo harus repot-repot jelasin itu semua ke gue?"

" Karna gue gak mau orang yang gue suka gak tau apa-apa tentang gue. Gue gak mau lo terpengaruh gosip tentang gue di luaran sana. Gue Cuma mau jujur sama orang yang gue suka. Apa itu salah?" kini gantian Diva yang terdiam.

" Kenapa lo ngelakuin itu semua?"

" Karna gue mau lurus Va."

Diva terdiam. Napasnya tertahan. Ia bukannya tidak tau apa maksud kata 'lurus' yang diucapkan Rio tadi. Namun Diva tidak mau buru-buru menyimpulkan. Maka dia memutuskan bertanya, " Maksud lo?"

Rio tak langsung menjawab. Ia menginjak pedal gas perlahan karna mobil-mobil dibelakang mereka sibuk membunyikan klakson. Kembali menghadap Diva, Rio menatap dalam mata cewek itu. Hari ini, kepada cewek ini, ia akan mengatakan rahasia terbesarnya, yang tidak diketahui orang-orang. Termasuk Alfy sekalipun.

" Gue dulu gay, Va."

Dan detik itu juga, Diva merasa jantungnya mencelos begitu saja.

Lucha,2018

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang