Bab 34

5K 227 3
                                    

Happy Enjoy Reading.....

Semoga kalian suka...

Klinik

Humaira menunggu dua orang yang terkena musibah, ya! Amara dan laki-laki itu. Humaira belum tau namanya karena saat Humaira menanyakan nama laki-laki itu Amara memekik kesakitan.

Flash back

"Namaku... "

"Humaira! Aaawkh... Sakit hiks.. Kakikuuuu" rengek Amara sambil memegang pergelangan kakinya.

Humaira buru-buru melihat keadaan Amara yang tengah terduduk didepan sebuah toko yang tutup, karena saat Humaira menolong laki-laki itu, Humaira menuntun Amara untuk menunggu didepan toko karena Humaira hendak membantu laki-laki itu.

Segeralah Humaira meminta izin pada tantenya agar meminjamkan mobil, lalu mengantar kedua orang yang kesakitan itu.

"Tahan Amara, sakit yaaa" Humaira berusaha menenangkan, sementara Amara masih merengek.

"Sakit Humaira, bagaimana jika ada yang patah" rengek Amara

"Astagfirullah! Amara jangan bilang gitu" kesal Humaira, ia jadi tambah cemas jika begini. Sementara laki-laki itu tengah menatap tangannya yang terbalut robekan gamis Humaira. Bukan merasa sakit, laki-laki itu ternyata malah menatap intens robekan gamis humaira yang sedikit ada bercak darah.

Walau bagaimanapun darahnya tetap keluar, dia malah tidak peduli dengan tangannya yang luka dan malah peduli dengan robekan kain itu.

End

Humaira termenung, ia sangat bersyukur dirinya baik-baik saja dan masih bisa membantu. Dari tadi jantungnya berdebar sangat kencang ia berkali-kali berdzikir meminta pertolongan pada Allah semoga tidak terjadi apa-apa.

Ponsel nya berdering tiba-tiba, dan ternyata tante Angela.

"Hallo?! Assalamualaikum... Ada apa tante?"

"Sayang bagaimana? Semua baik-baik saja kaaan... Tante risau sekarang... "

"Tenang tante, berdo'a ya.. Ada Humaira kok. Tante urus butik saja, Humaira juga sedang menunggu"

"Hmm... Baiklah... Tante percaya kamu"

"Iya terimakasih tante"

"Ya sudah, nanti jika ada kabar bilang tante"

"Iya tante"

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsallam..."

Humaira menghela nafas sabar, lalu kembali berdzikir dan kembali berdo'a agar baik-baik saja.

5 menit kemudian

Humaira langsung berdiri saat melihat laki-laki itu keluar dengan tangan yang sudah terbalut rapi dengan casa perban. Dan sedikit ada obat merahnya. Humaira menghela lega lalu menghampirinya,

"Bagaimana sudah mendingan kah, sudah tidak perih lagi kaaan" tanya Humaira langsung, ia sangat ingin tau hingga tangannya ingin memegang tangan laki-laki itu hendak melihat dengan dekat karena laki-laki itu seperti menyembunyikannya.

Oo.. Astagfirullah... Humaira lupa, dia laki-laki... Dan bukan mahram nya.

"Maaf... " Humaira kembali menarik tangannya, ternyata laki-laki itu sedari tadi menatapnya lekat, Humaira yang baru sadar langsung menunduk.

Laki-laki itu tersenyum.

"Tidak usah khawatir, kata dokter tidak ada yang infeksi, dan untung dirimu sudah memberhentikan darahnya untuk sementara waktu jadi tidak ada darah yang keluar terlalu banyak" jelas laki-laki itu sambil menatap Humaira dan tersenyum penuh arti.

Anna Uhibukka Fillah [masaREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang