2nd Season: Dua Puluh Empat

1.1K 117 7
                                    

Bayangan masa lalu selalu hadir ketika raga dan mental lelah akan alur hidup yang dihadapi. Mungkin, alasan yang sama yang memicu teringatnya memori masa lampau dua bocah dalam ruangan masing-masing ... Ushiki Yoshitake dan Wakamatsu Maeno.

Apa yang selalu terngiang di kepala Yoshitake? Tak begitu banyak, hanya satu waktu, satu masa di mana ia kehilangan ingatan. Namun, disaat bersamaan seseorang datang dan menorehkan kenangan yang sukar dihapuskan.

°°°

Yoshitake waktu itu menangis menjerit dengan luka-luka gores menghiasi tubuhnya yang berbalut baju bagus. Dia menangis di hutan dalam petang sore yang oren. Dia menjerit karena tak tahu kenapa, atau dirinya siapa. Ada luka di keningnya yang berbekas darah kering. Yoshitake pada masa itu baru berumur tujuh tahun. Ia tak tahu mengapa ia menangis atau bagaimana rentetan kejadian yang membawa ia ke keadaan seperti ini. Ia sungguh tak tahu, namanya pun tak ingat.

"Ara, ada apa?" Pada saat itulah ia bertemu Hana, wanita yang tengah mengajak jalan-jalan anak-anak panti asuhan.

Waktu itu Hana sendirian menemukan Yoshitake. Hana mendekat kemudian berlutut. Yoshitake waspada, bahkan mundur menjaga jarak.

"Apa kamu tersesat?"

Yoshitake hanya mengerang saat ditanya. Kepalanya berdenyut-denyut ketika hendak dipakai.

"Ah, jangan dipaksakan kalau tak ingat! Ini makan dulu, kebetulan ada sisa makan siang." Hana menyodorkan sekepal onigiri yang langsung disambut oleh Yoshitake tanpa berpikir panjang. 

Yoshitake rakus melahap satu onigiri dalam waktu yang singkat.

"Bentar lagi gelap. Ayo ikut aku!" Hana menatap langit yang hampir menelan semua bayangannya.

"Aku ...." Yoshitake diam merasakan dinginnya angin petang. Ia seperti menunggu sesuatu, tapi apa? Percuma ia menunggu, karena ingatannya tak bisa dipakai.

"Yoshitake."

Yoshitake tersentak mendengar itu.

"Kamu aku temukan dekat tanaman jamur yoshitake. Nee, Yoshitake-kun." Hana terkekeh kemudian menawarkan punggungnya karena sempat peka pada kedua pergelangan kaki Yoshitake yang tak beralas itu ada luka lecet.

Yoshitake diam merasakan kehangatan. Ia tersenyum kecil kemudian menerima punggung Hana. Hana menggendong bocah tujuh tahun di punggungnya tanpa berpikir panjang pula langsung memberikan nama. Yoshitake pun tak keberatan malah tertidur di punggung Hana.

Begitulah awal kisah hidup Yoshitake. Dia ditampung di panti asuhan Himawari dan mendapatkan banyak teman di sana. Yoshitake sangat dekat dengan Hana. Ia memanggil Hana dengan sensei karena Hana sering memberikan pembelajaran meski pada akhirnya Yoshitake kabur untuk bermain dengan anak-anak desa.

"Hana-sensei, lagi-lagi tak bisa menangkapku, blee!" Yoshitake naik ke tangga dengan baju berantakan nan kotor.

Hana cemberut kemudian mengejar Yoshitake, Yoshitake tertangkap oleh pengurus panti pria yang kebetulan hendak menuruni tangga.

Dalam kursi yang sengaja diikat, Yoshitake pingsan setelah dua jam diberikan pembelajaran.

"Dia nakal sekali, ya ampun!" Para pengasuh yang lain seharusnya kesal, tapi malah tertawa senang seperti sekarang ini.

Hana terkekeh melihat Yoshitake yang terlelap dalam pingsan. "Hm. Yoshitake-kun memang pembuat onar."

"Lagi-lagi ibunya anak-anak desa itu memberikan kita daging dan beras."

"Ahh, panti jadi ramai setelah ada dia, ya."

"Katanya dia selalu menolong orang-orang yang membutuhkan."

"Pantas saja kita dapat hadiah dari warga, ya." Hana senang sekali bocah yang ia pungut tidak murung dan tampaknya bocah terkait telah menemukan tujuan hidup. 

Sampai ... seorang polisi dan istrinya meminta untuk mengadopsi Yoshitake sebagai anak mereka. Yoshitake jelas mau karena polisi yang meminta mengadopsinya itu ialah polisi desa yang selalu bermain dengannya bila ada pencopet.

Hana diam sejenak, sedikit tak ikhlas. Namun, Yoshitake meyakinkan karena ia ingin menjadi seorang polisi saat sudah besar nanti. Hana tersenyum kemudian berlutut di depan bocah sepuluh tahun itu.

"Yoshitake-kun, benar kamu mau bersama mereka, keluarga Ushiki?"

"Tentu saja! Paman Ushiki selalu membantuku dan teman-teman dalam memberantas kejahatan!" Layaknya bocah riang, Yoshitake berkacak pinggang.

"Apa ... apa kamu tak penasaran dengan keluarga aslimu?" Hana mengerutkan kening dengan sedih.

"Aku ... hahaha!" Yoshitake sempat bersedih, namun tawa segera menggelegar darinya. "Kalau mereka tak peduli padaku, apa aku tak boleh begitu juga pada mereka?" Yoshitake tersenyum, berwajah polos. Hana memeluknya dengan erat.

"Jadilah anak yang berbakti, ya, meski mereka bukan orang tua kandungmu. Aku dan pengurus yang lain akan selalu mendoakanmu." Hana mengelus rambut Yoshitake. Yoshitake terisak dan balas memeluk.

"Aku janji takkan melupakan kalian semua! Aku janji akan bermain ke sini setiap ada waktu luang! Jaga diri kalian baik-baik, ya. Dan ... Hana-sensei, terima kasih telah memungutku!" Yoshitake membawa kegembiraan kemudian membawa haru dan kesedihan. Bocah penuh keceriaan itu pamit dan lenyap dari jarak pandang. Hana tersenyum sambil mengusap setitik air mata di ujung pelipis—persis seperti ibu yang melihat anaknya tumbuh dewasa. 

Namun ...

Keluarga Ushiki pindah ke kota dikarenakan pekerjaan ayah angkat Yoshitake. Ayah Yoshitake kinerjanya sangat bagus, sangat sayang bila terbuang di pelosok desa. Kota lebih banyak terjadi kejadian kriminal. Yoshitake tak pernah datang ke panti asuhan semenjak pindah ke kota karena jaraknya yang cukup jauh serta ayahnya yang lumayan sibuk jika harus mengantarkan Yoshitake.

Suatu waktu, Ushiki-san memberikan janji pada Yoshitake saat libur kerjanya nanti: akan mengunjungi Panti Asuhan Himawari. Senanglah Yoshitake dan untuk menghabiskan waktu; ia bermain seperti biasa, ke sekolah (namun tak serius seperti biasa), membantu ibunya.

°°°

Ahh, padahal waktu libur ayahnya tinggal sebentar lagi. Namun, sesuatu yang tersiar di TV sangat mengiris batin bocah itu.

"Telah ditemukan mayat di tebing dengan luka di perut serta tak berbusana. Pelakunya sudah pasti memerkosa wanita muda tersebut sebelum pada akhirnya membunuh. Pelakunya masih menjadi buronan polisi. Yang paling menganehkan warga, tak ada laki-laki sejahat itu di desa. Tapi, siapa yang tahu? Polisi masih mengerahkan tenaga ganda untuk menangkap pelaku."

Yoshitake terdiam melihat foto Hana yang terpajang di layar televisi dengan informasi singkat; wanita, Panti Asuhan Himawari, 25 tahun, dan poin selanjutnya tak terbaca karena sang ayah yang mematikan televisi. 

"Papah ...." Yoshitake perlahan menengok dengan kedua mata yang mengalirkan kesedihan.

Mamahnya datang kemudian memeluknya penuh keibaan. Sang ayah merasa jengkel atas berita di TV, kemudian berjanji akan menemukan pelaku itu dan dipastikan si pelaku bejat itu dapat hukuman setimpal: eksekusi kalau bisa!

°°°

Setelah melewati beberapa bulan panjang tanpa waktu istirahat yang memadai letihnya badan dan pikiran ... Ushiki Kanzaki menemukan pelakunya, bernama: 

Tamatsu Takasuke

Ayah Masamune.

.
.
.
.
.
.
.
.

-NNI : 2nd Season-

To be continue...

Naruto no Imouto (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang