Pagi ini Alan mencari - cari Hisya. Alan ingin membagi kebingungannya dengan Hisya. Siapa tahu Hisya mengetahui orang tersebut. Tepat di depan perpustakaan ia melihat Bella dan Gilang yang sibuk mengobrol. Entahlah tentang apa. Alan tidak ingin tahu tentang gadis itu dan seluruh kegiatannya lagi. Alan pun melanjutkan langkahnya mencari Hisya. Ada yang mengganjal di pikiran Alan setelah melihat Bella tadi.
Jangan - jangan Bella
Alan melihat ke arah Bella sekali lagi. Ia memperhatikan cara Bella mengobrol dengan Gilang. Jika Bella dan Gilang 'ada sesuatu' itu akan terlihat dari sorot mata keduanya. Alan memperhatikan lekat - lekat. Sorot mata mereka untuk masing - masing ternyata menunjukan kasih sayang di dalamnya.
Mungkin bukan
Alan pun mengalihkan pandangannya dan lanjut mencari Hisya.
•••
Di depan perpustakaan, Bella dan Gilang sedang membicarakan traktir - mentraktir sebagai hadiah dari pemenang tantangan yang mereka lakukan.
"Gak mau pokoknya... Gue yang menang, lo kalah! Pokoknya gue yang menang dan lo harus traktir gue!" Bella bersikeras.
Gilang menunjukan wajah tak terimanya. "Gue yang menang. Jadi akuin aja itu dan terima nasib lo buat traktir gue!"
"Nggak, nggak, nggak. Gue yang menang," Bella masih bersikeras seperti anak kecil.
"Aduhh... Akuin aja napa sih. Terima nasib, terima. Lo emang kalah Bella..."
Bella mendengus kesal harus menerima kenyataan bahwa dialah yang kalah ditantangan kali ini.
Gilang menggenggam tangan Bella dan menariknya ke kantin untuk menuntaskan traktir mentraktir ini. Tapi Bella segera berjongkok agar Gilang tidak bisa menariknya.
"Ah elo, cepetan berdiri! Jadi manusia itu harus terima nasib," ucap Gilang.
Bella mengernyitkan alisnya, "Ngapain harus terima nasib?"
"Karena itu sudah digariskan. Terutama nasib lo yang memang harus mentraktir seorang Gilang " Gilang tertawa jahat seperti di film - film setelah mengatakan hal tertidak bijak di dunia.
Bella berdiri dan melepas genggaman tangan Gilang dan berbisik kepadanya, "sama sekali gak bagus dialog lo tau. Mengecewakan," Bella geleng geleng kepala sambil berjalan meninggalkan Gilang yang mematung.
Tap
Gilang tiba - tiba menarik tangan Bella dan menyeretnya menuju ke kantin. Gilang berbisik kepada Bella, "Walau pun buruk, yang penting lo harus traktir gue," Gialng tersenyum jahil kepada Bella dan mulai mengambil beberapa snack di kantin.
Ingin sekali rasanya memukul Gilang saat ini. Tapi, Bella menahannya karena ia tahu sahabatnya yang satu ini tidak akan didapatkan dimana pun lagi. Bella mencari tempat duduk dan meninggalkan Gilang yang sibuk memilih snack.
Tak lama setelah itu, Kesya dan Gisel datang membawa makanan lalu duduk dihadapab Bella.
"Lo gak makan Bel?" tanya Kesya yang melihat Bella hanya duduk tanpa membawa apa pun.
"Lagi gak laper," jawabnya singkat.
"Lah terus ngapain ke sini?" kini giliran Gisel yang bertanya.
Bella mengangkat dagunya untuk menunjuk Gilang yang baru saja bergabung bersama mereka dengan membawa snack yangg...
Gisel dan Kesya sontak terkejut saat melihat Gilang dengan snack yang dibawanya. Bella pun ikut terkejut dan saat itu juga ingin mencabik - cabik wajah Gilang yang tersenyum dengan senyum terlebarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Novela JuvenilBagi beberapa orang cinta bukanlah hal yang mudah. Tak hanya menyukai, tapi harus diungkapkan. Seperti halnya Bella seorang gadis yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran dan mengungkapka...