Makan Malam

11 2 1
                                    

Dana sekarang sedang berjalan sendirian di koridor menuju kelas Azka untuk memenuhi janjinya pulang bersama. Entah kenapa Dana tertarik untuk pulang bersama Azka hari ini.

Dana berpikir keras, apakah dia memiliki rasa dengan Azka atau tidak.

Matanya indah.

Badannya tinggi.

Kulitnya putih.

Namun, tatapan dan suaranya selalu terlihat dan terdengar tajam. Kadang-kadang Dana juga bersifat seperti itu, namun Dana berpikir kalau Azka tidak pas bersikap seperti itu.

"Dan mau ke mana lo?" Bima menegur Dana.

Dana terhenti melihat ke arah Bima yang memang sekarang dia berada tepat di depannya.

"Azka belum pulang, kan?" Tanya Dana.

"Di udah pulang saat jam istirahat terakhir, dia bolos." Enteng Bima, beda dengan Dana yang memberikan respon dengan menyeritkan keningnya. "Bilangin ke dia, dia besok harus menemui bu Rama di BK!"

Dana mengangguk sekilas lalu pergi dengan cepat menuju parkiran mobil. Azka itu memang susah di tebak, apalagi untuk berharap dengannya. Itu susah buat orang yang tidak dia kenal.

XXX

"Lo bolos, Az?" Faya yang duduk di sofa tertawa kecil, membuat Denis melirik le arah Faya.

"Eh, Den! Dia itu akan bolos kalau ada pikiran yang mengganggunya!" Sahut Faya dengan polos, alhasil Azka melototi Faya dengan kesal.

"Bolos mulu, Az!" Balas Azra lagi.

"Diam lo! Sama aja lo sama papah lo!  Uat gue kesel tau gak!" Ketus Azka membuat semua terdiam.

Memang hari ini BlackSweet kumpul di ruang inap Denis, ini perintah dari Azka. Jadi, jangan bingung kalau suasana hari ini di ruangan inap Denis sangat rame. Dan kebetulah orangtua Denis keluar sebentar.

BlackSweet. Itu dua perkumpulan yang menjadi satu. Pertama Black, itu perkumpulan yang didirikan Reza lima tahun yang lalu. Yang kedua Sweet Heart didirikan oleh Azka. Namun, tepat empat tahun kebelakang, Reza meminta untuk Azka dan teman-temannya bergabung dengannya.

"Om Hendrik gak mau bantuin Azka bolos!" Clarisa yang berdiri tepat di samping pintu menjawab kegeningan.

Azka menghembuskan napas kesal, seolah dirinya hari ini dipojokkan.

"Azka!" Azra membut Azka berdiri, lalu dirinya memeluk Azka dengan santai. "Maafin papah, Az. Reza udah tenang, dan dia gak suka liat lo kayak gini sama papah!" Katanya lembut seraya mengelus punggung Azka.

"Kenapa jadi mellow, sih!" Ucap Faya.

Denis terkekeh melihat mereka, dirinya jadi merindukan Reza. Seharusnya, Reza hari ini memeluk Azka, merendam emosi Azka, dan selalu ada di samping Azka.

Namun, tuhan berkehendak lain.

Tring.

Azka melepaskan pelukannya dengan Azra karena ada pesan di ponselnya.

Papah: Jam 7 makan malam di tempat biasa.

Azka tidak membalasnya, dia berpikir kalau makan malam itu berkaitan dengan kejadian siang tadi. Dirinya bolos dan tidak mendengarkan perkataan Hendrik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DANAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang