4

35 2 0
                                    

Gelap, dingin, sunyi dan kesepian. Kata itulah yang dapat menggambarkan suasana malam ini bagi Alden. Tinggal di rumah besar hanya dengan dua orang pembantu membuatnya jenuh. Kedua orang taunya terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan mereka. Hal itulah yang membuat kedua orang tua Alden jarang sekali menghabiskan waktu dengan anak semata wayangnya tersebut. Bahkan menurut Alden dia sama sekali tidak pernah mengenal kedua orang tuanya tersebut.

Suara hujan menghiasi kesunyian Alden, matanya tidak pernah terlepas dari jendela kamarnya yang sudah di tetesi oleh air hujan. Mulutnya terlihat mengeluarkan asab dari batang rokok yang sedang ia hisap. Fikirannya melayang entah kemana.

"Den... Bibik sudah menyiapkan makan malam di atas meja ya, Den."

Suara itu berasal dari balik pintu kamar Alden. Dan suara itu adalah suara dari Bi Inah pembantu Alden. Bi Inah sudah bekerja cukup lama di sini, dan Bi Inahlah yang selama ini negurus semua kebutuhan Alden. Mulai dari Alden kecil hingga sekarang. Bahkan, terkadang Alden menganggap Bi Inah adalah orang tua baginya. Wanita tua itu selalu saja ada ketika Alden membutuhkannya. Dan, Bi Inah adalah satu-satu orang yang selalu menjaga Alden.

"Iya, Bi. Nanti Alden makan."

Tiba-tiba fikiran Alden kembali mengingat kejadian tadi pagi di sekolah.

"Wah... ternyata ada Alden di sini."

Sapa laki-laki yang sedang berjalan berlawanan dengan Alden dan teman-temannya.

"Wah... ada Varo si loser di sini."

Jawab Alden dengan mengejek Varo.

"Maksud lo apa?!"-Varo.

"Heh... maksud gue apa ya?"

Alden terlihat mempermainkan emosi Varo saat itu.

"Anjing lo!"-Varo

Terlihat Varo yang ingin memukul wajah Alden, untung saja tangan Varo di tahan oleh teman-temannya, kalau tidak mungkin mereka akan terkena masalah lagi karena berantem di sekolah.

"Buktiin dong kalau lo itu nggak loser."-Alden.

"Okey. Sekarang kita tanding basket 4 lawan 4. Kalau lo menang, lo bisa bawa pulang motor sport gue."-Varo.

"Okey...."-Alden.

"Tapi... kalau lo kalah, lo harus jauhin Tiara dan biarin Tiara pacaran sama gue."-Varo.

"Hah?! Gila ya lo?"-Nathan.

"Lo nggak bisa ya cari cewek? Sampe cewek orang lain juga lo rebut?'-Vian.

"Yaudah kalau lo nggak mau, berarti lo ber-4 loser."-Varo.

Teman-teman Varo terlihat tertawa melecehkan, tangan Alden terlihat mengeras dan langsung menatap Varo dengan tatapan tidak bersahabat dari Alden.

"Deal!"-Alden.

Terlihat ada 8 orang cowok tampan yang sedang bermain basket di sana, terkadang tim Alden yang memimpin dan kadang tim Varolah yang memimpin, sampai akhirnya tim Varolah yang memenangkan pertandingan tersebut, hingga membuat Alden harus melepaskan Tiara, cewek yang selama ini sudah lama ia incar. Dan sekarang dia harus rela melepaskannya untuk Varo musuh bebuyutannya.

...

Tiba-tiba suara telfon Alden berbunyi dan membuyarkan lamunannya. Langsung saja dia melihat layar handphone miliknya dan di sana tertulis nama wanita yang mungkin tadinya dia akan sangat senang karena telah mendapatkan telfon dari gadis yang selama ini dia incar, tapi sekarang dia malah sangat malas untuk berbicara dengan gadis itu. Karena takut dia tidak akan sanggup untuk melepaskan gadis manis itu.

3 kali suara handphone-nya berbunyi akhirnya Alden mengangkat telfonnya dengan malas.

"Halo.."

"Al... gue mau nanyak sama lo."-Tiara.

"Apaan?"-Alden

"Apa bener yang di bilang Varo kalau gue di jadiin bahan taruhan lo sama dia?"-Tiara.

Wajah Alden terlihat kaget dengan pertanyaan Tiara barusan, dan itu berhasil membuatnya mengepalkan tangannya dengan kuat, dia tidak menyangka kalau Varo akan langsung mengatakan hal tersebut kepada Tiara, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena itulah kenyataannya.

"Al jawab gue dong... beneran yang dia bilang?"- Tiara.

"Bener."

Hanya itulah yang bisa di katakan oleh Alden. Terdengar suara isakan di balik telfon tersebut. Alden tidak menyangka kalau Tiara akan menangis kerena semua ini.

"Ra..."-Alden.

Panggil Alden dengan lembut, bahkan sangat lembut. Tapi masih bisa di dengar oleh Tiara.

"Gue nggak nyangka kalau lo sejahat ini, Al. Banyak anak-anak yang bilang kalau lo nakal, suka ngerokok, jahat, suka tauran, dan suka mainin perasaan cewe sesuka lo. Tadinya gue nggak percaya, tapi sekarang gue percaya. Karena gue sakit hati gara-gara lo. Lo yang bikin gue terbang sama semua kata-kata manis lo, sama semua perlakuan manis lo sama gue. Tapi, sekarang lo alasan gue buat jatuh sejatuh-jatuhnya! Sakit tau nggak Al. Gue benci sama lo. Setelah ini, gue mintak tolong banget sama lo, jangan pernah hubungin gue lagi, dan anggap kita enggak pernah kenal!"

BERSAMBUNG...

ditunggu votmennya ya!

AldenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang