Ketika aku sampai di markas majalah dinding, semuanya tengah terfokus menghadap ke pusat lingkaran, menatap seorang sosok yang bila tak salah lihat dari tempat aku berdiri sekarang ini adalah Kak Olin, sang ketua. Dengan segenap keberanian yang aku punya, aku mengetuk pintu yang terbuka lebar dan membiarkan orang orang yang sedang fokus itu mengalihkan perhatiannya kepadaku. Tok tok tok, "Hai Kak, maaf aku terlambat."
"Hai dek, sini masuk." Tebing menjulang yang dibangun oleh keteganganku pun hancur begitu saja ketika Kak Olin berkata demikian. Begitulah aku disambut oleh sang ketua. Lantas yang aku lakukan berikutnya adalah berjalan mendekati kerumunan melingkar dan mendudukan diriku diantara dua orang anggota lainnya.
Rapat pertama yang aku ikuti ini selesai sekitar 30 menit kemudian. Se isi ruangan kini hanya sedang bersenda gurau, karena memang sedang diberi waktu untuk istirahat oleh Kak Olin, sebelum kami memulai proyek pertama kita di tahun ajaran baru ini.
Aku sedang berusaha akrab dengan anggota lainnya ketika Kak Olin menghampiri, "Athala kan ya?"
"eh iya kak?"
"Gue mau ngasih tugas pertama dong buat lo. Berhubung lo telat dateng hari ini, gue minta lo buat beliin minum kita kita semua ya. " pinta Kak Olin dengan senyum di wajahnya.
Aku diam sebentar sebelum mengiyakan permintaannya dengan ragu. Karena demi Tuhan, hari ini aku tidak membawa uang lebih. Kemudian Kak Olin tertawa pelan,"Ngga usah panik gitu, ini uangnya pake uang kas Mading kok."
Aku yang mendengar ucapan kak Olin pun langsung menghela nafas lega, dalam hati ikut menertawakan diri sendiri. Karena aku sangat yakin wajahku saat ini sudah semerah kepiting rebus! “hehe oke kak! by the way, beli minumnya dimana ya kak? "
Sontak, kak Olin langsung menepuk jidatnya pelan. " Oiya gue lupa ngasih tau, karena kantin setiap weekend libur, lo harus jalan keluar sekolah nggapapa kan? Itu nanti disebelah lapangan parkir ada gang, lo ikutin jalan aja soalnya ngga jauh dari situ ada indomaret, Thal."
Setelah diberi arahan, aku pun segera beranjak keluar dari markas mading dan menuju ke gerbang sekolah. Saat tiba di lantai dasar, lapangan outdoor sekolahku yang tadinya ramai oleh para pemain basket kini sepi. Sebenarnya masih ada beberapa yang berlalu lalang, namun tidak seramai saat aku baru sampai tadi. mungkin sedang istirahat juga, tebakku sekenanya.
Dengan bersenandung pelan, aku terus menelusuri koridor yang akan mengantarkanmu menuju gerbang depan sekolah. Ketika akan berbelok, aku dikejutkan oleh seseorang yang juga akan berbelok namun dari arah berlawanan yang membuat kami berhenti ditempat masing masing.
"Hai Athala ya?" ucap suara dihadapanku.
Lagi lagi aku dikejutkan untuk kedua kalinya begitu menyadari bahwa sosok yang berdiri dihadapanku saat ini adalah tak lain dan tak bukan sosok Kak Satria. Kak Satria dengan balutan seragam basket dan sebotol air mineral ditangan, tak lupa juga senyuman yang menghiasi wajahnya. Entah mungkin Tuhan sedang berbaik hati hari ini dan mempertemukan aku dengan Kak Satria.
"Hehe iya kak"
"Lo mau kemana? Sendirian ya?" Kak Satria mencondongkan dirinya melihat ke arah belakangku memastikan bahwa aku seorang diri.
"Mau beli minum buat anak anak mading kak di... Indomaret depan" jawabku sambil menunjuk gerbang depan sekolah yang sudah terlihat.
"Emang lo tau dimana? Gue anter ya?"
"Eh ngga usah Kak, tadi sih udah dikasih tau arahnya"
"Udah yuk ikut aja." Tanpa aba aba, Ka Satria berjalan mendahului dan memintaku untuk mengikutinya.
Saat kami menyusuri gang di sebelah lapangan parkir seperti yang tadi di arahkan sama Kak Olin, Aku dan Kak Satria hanya diam saja. Semoga keheningan ini tidak membuat Kak Satria mendengar degup jantungku, yang bisa dibilang sedang tidak karuan ini.
"Ketua mading tahun ini siapa Thal kalo boleh tau?" iya, tadi itu suara Kak Satria yang membuka obrolan kami.
"Kak Olin anak kelas 12 sos 1, Kak." sahutku sambil sesekali menatapnya dari samping. Asal kalian tahu ya, Kak Satria ini tinggi. Tinggi banget deh pokoknya. Aku yang berjalan disampingnya saat ini berasa seperti kurcaci.
"Lah si Olin? Itumah temen sekelas gue. Wah kacau juga ya si Olin,"
Fakta baru yang aku dapat pagi ini adalah bahwa Kak Satria itu ternyata anak kelas 12 Sos 1, sekelas dengan Kak Olin. "Kenapa emangnya Kak?"
"Lah masa dia nyuruh anak baru buat beli minum gini"
"Eh Kak Olin nyuruh gue beli minum gini ada alesannya kak. Soalnya tadi pagi gue telat rapat." ucapku sambil berhe-he pelan.
"Oh Jadi yang tadi pagi lari lari di koridor tuh elo ya? haha"
Aduh mampus lo Thal, tadi pagi ternyata si Kak Satria ini liat lo lari lari kayak orang kesurupan!
"Iya kak, panik abisnya udah telat setengah jam. Berarti Kak satria ini anak basket ya?"
Aku menatap kak Satria, dan kini yang ditatap hanya mengangguk mantap.
Obrolan kami terhenti begitu sampai di minimarket yang dituju. Aku bergegas mengambil keranjang dan menuju lorong minuman. Kak Satria tidak mengikutiku, ia berjalan menuju lorong snack, yang membuatku sedikit bisa menormalkan degup jantungku.
Begitu keranjang telah terisi penuh oleh pesanan anak anak mading, aku berjalan menuju kasir. Aku tidak bisa melihat Kak Satria di sekeliling lorong snack lagi, namun begitu aku melihat ke arah luar, aku menemukannya disana sedang menerima panggilan di ponselnya.
"Ini kembaliannya Kak, terimakasih sudah berkunjung. Selamat pagi."
Aku menerima kembalian yang disodorkan oleh penjaga kasir kemudian melemparkan senyum kearahnya dan mengambil dua plastik belanja ku. Berjalan menuju pintu, aku terkejut ketika Kak Satria membukakan pintu minimarket itu dari luar dan mengambil satu plastik belanjaanku, "Sini gue bawaain satunya." ujarnya santai.
"Eh makasih Kak, jadi ngerepotin ya gue"
"Santai aja Thal kalo sama gue,"
Yaampun Kak gimana bisa santai coba, ini jantung udah ngga karuan padahal baru jalan 500an meter berdua doang.
Iya itu barusan ngomongnya dalem hati kok teman teman.
Kami hanya diam dalam pikiran masing masing, ketika sampai didepan sekolah Kak Satria baru membuka mulut "ini dibawa ke markas mading Thal?" Kak Satria menunjuk ke arah plastik minuman yang dibawanya.
"Iya Kak, sini gue aja yang bawa. Lo mau lanjut latihan lagi kan?"
"Sekalian aja, latihannya dilanjut di indoor kok."
Dan benar saja, begitu kami melewati Lapangan outdoor untuk menuju tangga ke lantai dua, Lapangannya terlihat sepi. Kami berpisah begitu sampai dilantai dua, karena letak lapangan indoor yang mengharuskan Kak Satria untuk berbelok ke kiri sedangkan markas mading yang berada di sebelah kanan.
"Btw, makasih banyak ya kak!"
"Iya santai aja Thal kan tadi udah gue bilang, gue duluan ya udah ditungguin Coach. see u!"
Aku menatap punggungnya sebentar sebelum berbalik ke arah markas mading dengan senyum yang terukir di wajah. Namun tanpa sadar, tanganku terasa mati rasa. Yaampun ternyata botol botol air ini berat juga!
Sedetik kemudian aku segera berlari menuju markas mading.
-
Hai hello! Alhamdulilah hari ini sempat update:) terimakasih sudah membaca, selamat hari selasa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Athala
Teen FictionIni cerita seorang Athala Aryska Febian, tentang seluruh kehidupannya di masa remaja yang sama sekali tidak ada kesan sempurna. Kehidupan keluarganya serta kehidupan percintaanya. Keluarga - semua orang menginginkan keluarga yang harmonis, begitupun...