Komandan POV's
Dani, dia marah padaku. Perlu waktu 30 menit supaya dia mau memaafkanku. Sebaliknya, kini aku marah padanya karena dia bersikeras memintaku untuk menjauhi Adipati. Marahku semakin menjadi ketika mulutnya ngegas menjelek-jelekkan Adipati mulai dari sikap barbarnya, tujuan terselubungnya ketika mendekatiku bahkan memfitnahnya telah mencuri uang acara yang akan kami gunakan untuk menyewa kafe di malam tahun baru.
"Komandan kenapa?"
"Abang jangan marah kalau ada yang nuduh Abang nyuri uang buat acara," kataku. Aku harus mengatakannya karena jika tidak Adipati akan melampiaskannya dengan memukul orang yang telah menuduhnya.
"Komandan percaya saya nggak mencurinya?"
"Tentu. Kamu bukan orang yang seperti itu."
"Tapi gimana kalau emang beneran saya?"
"Nggak mungkin."
"Kalau misalkan iya?"
"Kamu pasti ada alasannya."
Dia tersenyum lebar. "Memang bukan saya. Makasih Ndan sudah percaya."
"Kamu bisa panggil saya nama saja?"
"Oke. Makasih sayang."
"Ehhh seperti biasa saja."
Dia menatap mataku lagi lama. "Ndan udah makan?"
"Sudah kan tadi di hotel sama kamu."
"Mau ke mana sekarang?"
"Enaknya ngapain ya, Bang?"
"Ngobrol saja di pantai, Ndan. Saya temenin."
"Boleh."
Suasana pantai di pagi hari terasa nyaman sekali. Orang-orang tertawa di bibir pantai, ombak bergulung-gulung merdu dan angin mengembus tenang. Aku bahagia. Entah karena di sampingku ada Adipati atau suasana hatiku pada dasarnya sedang baik. Namun yang jelas aku selalu ingin melakukan sesuatu untuknya. "Abang mau es kelapa?"
"Komandan mau?"
"Saya nanya, Bang."
"Hmmm saya ingin kopi."
"Kalau gitu saya mau beli kopi dulu."
"Kalau boleh sekarang saya ingin ngerokok."
"Oke saya belikan."
Jangan-jangan ... aku menyukai Adipati? Masa iya aku suka cowok. Tapi kenapa aku senang ketika ada di dekatnya? Aku mulai gila. Meskipun aku menyukainya dan dia menyukaiku aku tidak mungkin melakukan hal aneh dengannya. Tidak akan pernah. Selain itu, Adipati itu tipe cowok brengsek yang sering mempermainkan perasaan semua orang. Sekarang saja matanya jelalatan melihat perempuan sexy yang sedang bermain di pantai. Dasar cowok hiper sex! Kenapa dia harus punya kebiasaan seperti itu?
Lagi pula kenapa aku harus memusingkannya? Kalau aku suka dia ya sudah. Aku tidak perlu bertindak jauh yang pada nantinya akan membuat masalah pada pekerjaanku sebagai tentara.
"Ini Bang kopinya," kataku. Dia tersentak kemudian langsung mengalihkan pandangannya ke arahku. "Lagi merhatiin cewek Bang? Samperin saja, kayaknya dia masih jomblo."
"Komandan ngagetin saja! Nggak kok, cewek kayak gitu mah banyak di Bandung juga." Aku mendengus. "Tapi kalau cowok macam komandan cuma ada satu di muka bumi ini haha." Nah! Apa maksudnya coba. Aku kan jadi tidak berani menatap matanya.
"Cowok macam Abang juga cuma ada satu di muka bumi ini." Dia tersenyum bangga. "Cowok mesum, suka mukulin orang, suka mabuk, suka bikin kesel saya, suka maksa, egois—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Addict [ManXMan] [Tamat]
RomansaKisah membosankan antara preman dan tentara.