12. I'm Sorry

665 79 16
                                    

***

Mentari sudah terbit sejak tadi, tetapi seseorang masih terlelap. Masih nyaman dengan pelukan hangat seseorang yang ada disebelahnya.

"Sana-yya"

"Ireona"

Usapan halus dipipinya memaksanya untuk membuka mata.
Dan detik kemudian, matanya terbuka. Menatap langsung kedalam dua bola mata pria yang tadi malam sudah menenangkan hatinya.

"Heung..?"

"Aku hampir terlambat"

Sana mengusap kedua bola matanya, meregangkan otot kakunya kemudian menatap lawan bicaranya.

"Hari ini hari apa? Kau bekerja heum?" tanya Sana dengan suara seraknya.

"Ne.. Aku harus segera mandi"

"Geurrae.." Sana melepaskan pelukannya dan segera duduk, matanya masih susah untuk terbuka.

"Aku mandi dulu"

Seperginya, Sana masih tertunduk karena kurangnya jam tidur.

"Omong omong aku dimana?"

Sana mengusap kasar kedua bola matanya, kemudian menatap sekelilingnya.
Seperkian detik ia menghela nafasnya lega.

"Ahh~ Aku pikir aku dirumah. Dan bodoh saja aku berpikir kalau tadi itu... Ah sudahlah, memang kau bodoh Sana!" gerutunya sambil bergumam.

Sana mengingat-ingat kejadian semalam, saat Jinyoung menyakiti hatinya untuk yang kesekian kalinya. Dan untuk yang kesejuta kalinya, ia mendatangi mantan kekasihnya hanya untuk menenangkan hatinya.

Egois memang, Sana memang wanita yang egois.
Egois karna telah berbohong.
Egois karna telah mencampakkan.
Egois karna menyangkal faktanya.

Tiba-tiba tangisan muncul kala ia mengingat semua hal, semua kenangannya yang selama ini hanya terbalut dari sebuah egoisme yang ia ciptakan.
Sana hanya ingin bahagia.

"Mianhae Mark~"

"Mianhae Mingyu-aah~"

"Mianhae oppa~"

Dan sebelum matahari semakin tinggi, wanita itu menutuskan untuk pergi. Meninggalkan keegoisannya.

-Apology-

Mingyu berangkat pagi-pagi sekali hanya untuk menjemput Tzuyu. Ia sengaja meminjam mobil hanya untuk gadisnya itu.

Tok-Tok!

"Selamat pagi eommeonim" sapa Mingyu pada orang yang membuka pintu, Nayeon.

"Oh? Mau menjemput Tzuyu?"

"Ne~" Mingyu tersenyum lebar.

"Masuklah..."ajak Nayeon diikuti keduanya masuk kedalam rumah.

Mingyu sudah duduk manis sekarang, ia menunggu Tzuyu yang masih berpakaian.

Nayeon bahkan sudah mempersiapkan segala keperluan putri semata wayangnya itu. Mulai dari bekal, obat mual bahkan alkohol dan perban juga.

"Mingyu-sshi"

"Ne? Eommeonim?"

"Kau harus berjanji padaku sebelumnya"

"Ne?"

"Jaga Tzuyu kemanapun dia pergi. Arrasseo?"

"Ne! Dengan senang hati!" ujar Mingyu tegas sembari melebarkan senyumnya, memperlihatkan gigi taringnya yang manis.

APOLOGY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang