Keadaan Zee kian membaik, seminggu telah berlalu lukanya sudah mulai mengering. Namun dadanya masih terasa nyeri. Aldrian semakin hari semakin gelisah mengingat kelahiran putranya kian dekat dan itu pertanda ia harus merelakan Zee.
"Mas, aku tetep pertahanin calon anak kita. Memang sulit melepas Zee. Tapi kita memang perlu pewaris! Kamu harus ingat mas, kesempatan buat punya pewaris ga datang dua kali dan aku ga mau menyesal di kemudian hari" -Aruna-
"Terserah pada mu Al, tapi menurut Papa ini memang keputusan terberat sebagai orang tua kita tidak boleh memikirkan ego kita, harus ada pertimbangan yang matang agar tidak ada kekecewaan di kemudian hari. Ayah benar-benar akan merasa kecewa dan terpukul jika Zee harus di serahkan pada Lizza. Kita tidak pernah tau apa yang akan dilakukan Lizza terhadap Zee disana. Zee anak yang baik, sederhana, tangguh dan selalu tulus melakukan suatu hal. Banyak hal yang tidak kamu ketahui tentang Zee, putrimu. Kalian terlalu sibuk mengurus perusahaan sehingga jarang memperhatikan Zee kan? Selama ini Ayah selalu mengawasinya dari jauh, banyak hal mengesankan yang sudah dilakukan gadis manis itu"
-Harris.Kata-kata itu terus terngiang di kepala Aldrian, sangat susah memilih siapa yang harus dipertahankan. Calon pewaris atau gadis kecilnya yang sedang beranjak dewasa?
Aldrian terus melangkahkan kakinya ke ruang rawat Zee.
"Zee" Aldrian mencari-cari keberadaan Zee karena ranjangnya terlihat kosong.
Zee berdiam diri di balkon kamar rawatnya. Menatap langit yang sedikit mendung, pikirannya sangat kacau, beberapa hari lalu Gavin memberitahu sesuatu yang sangat melukai hatinya. Awalnya ia tak percaya tapi Gavin memberinya sebuah bukti yang sangat akurat.
"Zee" Aldrian menghampiri putrinya yang berdiri di balkon ruang rawatnya.
Zee masih menggunakan pakaian khusus pasien berwarna biru muda, Zee terlihat semakin kurus sehingga bajunya terlihat kebesaran.
Mendengar seseorang memanggilnya Zee mencari sumber suara, terlihat Papanya berdiri di pintu balkon.
"Kamu kenapa disini? Sebentar lagi turun hujan. Cepat masuk"
Zee menggelengkan kepalanya menolak permintaan Papanya, Zee kembali menatap langit yang sebentar lagi meneteskan air.
"Masuk Zee, nanti kamu makin sakit" Zee akhirnya menurut dan melangkahkan kakinya menuju ranjang.
Beberapa menit keheningan menemani keduanya, tidak ada yang berniat untuk memulai percakapan. Hingga Zee membuka suara.
"Pa aku ikhlas kok" ucapnya sambil menatap kosong ke langit-langit ruang rawatnya.
"Maksud kamu? " Aldrian kebingungan dengan apa maksud perkataan Zee, putrinya.
"Aku ikhlas apapun keputusan Papa nanti, aku ikhlas" Zee menghela nafas, sejujurnya hatinya begitu hancur. Saat mengetahui semuanya.
"Zee, Papa gak ngerti kamu ngomong apa?" Zee menatap Papanya lalu melempar senyum tulus yang begitu menenangkan siapapun yang melihatnya.
"Kalau aku yang harus mengalah aku ikhlas Pa" ucapnya yang masih bertahan dengan senyum tulusnya.
"Hah? Kamu tau darimana? " Aldrian kaget dengan pernyataan Zee barusan.
"Gak penting aku tau darimana Pa" Zee menatap Aldrian dengan sorot mata indahnya.
"Maafkan Papa, Ze. Papa benar-benar bingung pa-" ucapan Aldrian belum selesai tapi Zee memotongnya terlebih dahulu.
"Tidak usah dijelaskan Pa, Zee udah tau semuanya. Dari Mama lebih memilih mempertahankan adik, perjanjian Papa sama Lizza, Papa yang perlu pewaris, Aku ikhlas Pa. Bahkan aku tau tentang tante Dina" Aldrian menatap Zee tak percaya, darimana dia mendapatkan informasi serinci ini? Tanpa diketahui Aldrian dan siapa pun itu, beberapa jam lalu Gavin datang menemui Zee dan memberikan sebuah kabar yang awalnya di sangkal Zee, namun begitu Gavin memberika sebuah rekaman Zee percaya semuanya.
Dan orang yang merekam percakapan Aldrian dan Harris tidak lain adalah Gavin yang kebetulan ingin menjenguk Zee namun secara berturut-turut ia malah disuguhkan dengan percakapan yang sangat penting itu.
"Aku masih ga nyangka Pa, ternyata selama ini Papa ada main dibelakang Mama"
Aldrian terdiam, tidak bisa membantah pernyataan Zee.
"Aku ga nyangka Papa kayak gitu" Zee mulai menyerang Aldrian dengan berbagai pernyataanya.
"kamu tidak tau apa-apa Zee. Lebih baik kamu diam"
"Apa yang aku tidak tau Pa? Itu memang kenyataannya bukan? Bahkan dengan teganya Papa merusak masa depannya dan membuangnya begitu saja,hanya bajingan yang seperti itu" Zee menaikkan nada bicaranya.
"Diam, tidak usah ikut campur, urus saja bagaimana kamu nanti kedepannya. Ini urusan Papa,kamu harus tau, jalang itu yang menyerahkan semuanya pada Papa. Papa tidak pernah memintanya" ucap Aldrian mulai terpancing emosi.
"Papa bajingan! " dua kata yang baru keluar dari mulut Zee langsung membuat Aldrian naik pitam.
"Apa kamu bilang!?" Aldrian memegang kedua pergelangan tangan Zee dengan kuat.
"Sakit, Pa! Le.. Pas" Zee berusaha melepaskan kedua tangannya dari cengkraman kuat Papanya, namun tenaganya masih sangat lemah.
Aldrian memang memiliki sifat yang mudah terpancing emosi, dan jika sudah terpancing emosi, dia akan Lupa dengan siapa dia berhadapan ,seperti sekarang.
"Apa kamu bilang tadi!? Ulangi!" cengkraman tangannya semakin kuat.
"Papa bajingan" suara Zee tidak lagi lantang seperti tadi, Zee masih berusaha berontak.
Zee terus meronta-ronta di atas ranjang tangannya semakin sakit, Zee menarik tangannya kekanan dan kekiri. Tanpa disadari posisinya di ujung sisi kanan ranjang yang lumayan tinggi.
Aldrian tanpa disadarinya semakin mengencangkan cengkramannya dan sedikit menarik ke arah kanan.
Bruukk..
Sepersekian detik, Zee sudah terjatuh dari ranjangnya. Kakinya membentur ujung kursi yang tadi di duduki Aldrian.
"Aww" Zee merasakan kakinya sangat sakit, saat Zee berusaha bangun selalu gagal kakinya terasa begitu sakit.
"Maaf, Zee" Aldrian baru sadar apa yang dia lakukan tadi.
Zee terus memengang tulang kering kaki kanannya yang terasa begitu nyeri.
Aldrian langsung menggendong Zee dan meletakkannya di atas ranjang, Aldrian segera memanggil dokter.
--- -------------- ---
Setelah beberapa jam lalu diperiksa oleh dokter Jerry, Zee di sarankan untuk konsultasi ke dokter tulang karena tulang kering kaki kanannya mengalami benturan yang sangat keras.
Setelah dipanggilkan dokter tulang, Zee langsung di rontgen, kaki kanan Zee harus di gips karena tulang keringnya patah.
Selama proses pemasangan gips, Zee terus menangis, rasa sakitnya belum hilang dan rasa takut bercampur menjadi satu.
Sekitar satu jam berlalu kaki Zee sudah di gips, pergerakannya sangat sulit sekarang. Kemanapun harus memakai kursi roda atau tongkat.
"Lukaku saja belum sembuh total Pa, kenapa sekarang semua terasa semakin sulit? Sekarang kaki nanti apa lagi Pa? Cukup hati Zee yang hancur berkeping-keping" ucap Zee dalam hati sambil menatap kakinya yang kini terpasang gips berwarna putih.
"Maafin Pa-"
"Pa aku mau sendiri" Zee memotong ucapan Aldrian dan memintanya untuk meninggalkkannya sendiri.
"Tapi kamu ga bisa jalan sendiri, Zee" Aldrian mencoba membantah putrinya.
"Pa, aku bisa! Harus bisa! Tinggalin aku sendiri Paaaa! " Zee berteriak meminta agar Aldrian meninggalkannya.
Tbc
Hahaha double update juga ternyata aku ya (?) iya dong aku ga php.
KAMU SEDANG MEMBACA
WELCOME TO MY SCARY HOME(TAMAT✔)
Paranormálnísudah 14 tahun aku menempati rumahku ini banyak kejadian-kejadian yang tak wajar ku alami entah kenapa orang tuaku melarangku ke salah satu sudut rumah? hingga pertemuanku dengan seorang perempuan misterius mengakhiri semuanya.... ...