chapter 5

13.9K 609 12
                                    

Happy Reading!

Dimas POV

Pasca ciuman panas yang terhenti di tengah jalan itu, suasana berubah canggung, kepala Petra terus menduduk ke bawah selama mengikutiku keluar dari mobil, tetapi sesaat kemudian kedua alisnya bertaut, gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru arah, entah apa yang tengah memenuhi kepalanya sekarang.

Sebelum Petra berpikir yang tidak-tidak aku sudah membuka suara lebih dulu,"kita sedang ada di basement, di atas sana ada tempat tinggalmu nanti." jelasku sebelum mengangkat telunjuk ke atas, gadis itu hanya ber-oh ria.

Aku meraih tangan kanannya yang halus, "sudah siap?" tanyaku mengulas senyuman tipis, Petra tersentak, aku tahu ia pasti terkejut dengan tindakanku yang tiba-tiba.

Tak perlu menunggu jawaban aku segera menarik tangannya yang sudah ku genggam erat, membawanya ke area apartement dan melangkahkan kaki ke dalam lift.

Aku memutar kepala ke samping, menatapnya yang terlihat resah, sejak pertemuan pertama kami di bandara beberapa waktu lalu aku memang sudah menyadari sikap Petra yang merasa tidak nyaman, tapi aku tidak peduli.

"Sudah tidak sabar?" tanyaku memecah keheningan.

Petra tidak membalasnya dengan suara, ia tersenyum kikuk.

•••

Monitor di atas pintu lift telah menampilkan angka 11 tanda bahwa kami sudah berada di lantai tujuan, selang beberapa detik terdengar di telinga suara asing yang diiringi oleh bergesernya pintu lift.

Aku berjalan lebih dulu sembari menyeret koper besar miliknya di tangan kanan, berjalan dengan langkah tenang melewati pintu demi pintu sebelum berhenti tepat di depan pintu yang sama seperti lainnya, hanya angka 36 di depan yang membuatnya berbeda.

Setelah menekan beberapa kali kata sandi pada alat yang menempel di pintu, aku menarik kenop hingga pintu terbuka, mempersilakan Petra masuk lebih dulu, "silakan masuk tuan putri." Ucapku berniat menggodanya.

Kedua belah pipi Petra tampak memerah. Petra berjalan melewatiku dengan langkah menghentak, membuatku tertawa kecil, gadis itu masih malu rupanya.

•••

Petra POV

Baru beberapa kali aku mengayunkan kedua kaki memasuki apartemen milik Dimas, aku sudah dibuat berdecak kagum, dari apa yang aku lihat sekarang, apartement ini memiliki berbagai furniture mewah yang tersebar di seluruh sudut ruangan, dari lantai marmer yang indah mengilap sampai aksesoris rumah yang sudah bisa ku duga memiliki harga selangit.

"Apartement ini memiliki tiga kamar, dua diantaranya sudah digunakan sebagai ruangan untuk bekerja, lalu ruangan satunya... kau bisa tebak di gunakan untuk apa?" tanyanya yang ternyata tengah berdiri tepat di belakangku.

Aku memutar tubuh ke belakang. "Ruang musik?" balasku asal, aku mengarahkan pandangan ke ruangan tersebut, semoga saja tebakanku benar, karena kali pertama aku melangkahkan kaki memasuki tempat ini, telingaku menangkap alunan musik yang berasal dari ruangan itu.

Berjalan sedikit aku menemukan ruang keluarga, cukup luas dengan sofa berwarna biru malam dan televisi berukuran besar yang menempel di dinding.

Pervert HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang