Ini part 18 ya. Part 17 ada dibawah setelah part 19.
.
.
Malam menghampiri, langit pun sudah gelap. Tengah malam bahkan sudah lewat. Penghangat ruangan sudah disetel tapi tetap saja dingin masih menusuk. Seharusnya pelukan dari seorang Jeon Jungkook sudah menghangatkan dan akan membuat tidur nyenyak tapi tidak dengan wanita yang berada di pelukan Jungkook. Yoonbi tidak bisa tidur dengan tenang semenjak bayinya menendang-nendang dengan begitu keras sampai berubah menjadi rasa sakit yang teramat sangat.
Yoonbi menahannya agar tidak membangungkan Jungkook. Menggigit bibirnya menahan sakit. Tangannya semakin memeluk Jungkook kuat. Rasa sakitnya sudah menjadi-jadi. Jungkook pun terbangun setelah menyadari Yoonbi yang bergerak tidak tenang.
"J― Jung.. perutku sakit sekali" ujar Yoonbi sambil meremas baju Jungkook kuat.
"noona kau kenapa?"
Jungkook sangat khawatir melihat Yoonbi yang tengah kesakitan. Mengambilkan air minum yang berada di meja nakas. Ia tidak tega melihatnya. Yoonbi memegang perutnya sambil bergusar kesana kemari karena sakit yang menerjang.
"noona apa sudah waktunya kau melahirkan?"
Jungkook bingung sendiri. Kalang kabut. kebingungan apa yang harus ia lakukan untuk menenangkan Yoonbi. Tidak tega sama sekali melihat Yoonbi yang tengah meringkuk kesakitan dan juga menangis. Jungkook bahkan memanggil semua pelayan yang ada di rumahnya siapa tahu ada yang sudah berpengalaman.
"Tuan. Ajak jalan-jalan saja. Jika begitu rasa sakitnya akan sedikit berkurang" celetuk salah satu pelayan.
Tak butuh waktu lama. Jungkook segera memakaikan pakaian tebal pada gadis itu mengingat suhu udara sangat lah dingin. Jungkook merangkul Yoonbi dan membawanya jalan-jalan di sekitar rumah sampai berakhir Yoonbi yang meminta duduk di kursi taman belakang.
"noona kau sudah baikan?" tanya Jungkook
Yoonbi menggeleng. Memang benar rasa sakitnya sudah berkurang tapi sakitnya masih terasa.
Jungkook mengusap perut Yoonbi lembut sambil menggenggam tangannya. Berfikir semoga ia bisa menenangkan bayinya. Yoonbi menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook.
"Jung serius sangat sakit" ujar Yoonbi
"kita ke rumah sakit saja ya"
Pun akhirnya Jungkook menggendong Yoonbi ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit.
***
Tepat pada jarum jam pendek berhenti di angka sembilan dan jarum panjangnya menunjuk pada angka dua. Pukul sembilan lewat sepuluh menit, bayi laki-laki dari darah Jeon resmi menghirup udara di dunia. Tangisnya menggema di seluruh ruangan membuat Jeon Jungkook yang mendengarnya tersenyum lega. Ingin menangis saja rasanya melihat penderitaan sang isteri usai dan berakhir bahagia karena melihat anaknya yang lahir dengan sehat. Ia bersyukur sekali anak dan ibu-nya baik-baik saja keadannya.
"Mau kau beri nama apa tuan Jeon" tanya Yoonbi seraya tersenyum pada Jungkook
"aku bahkan belum terpikirkan hal itu noona aku terlalu khawatir padamu"
Bayi laki-laki itu sedang berusaha mendapatkan asi pertamanya. Senyum Jungkook tak henti-hentinya mengembang. Bahagia sekali melihatnya. Jari telunjuknya pun sekarang sedang digenggam tangan bayi mungil itu.
Jungkook mengecup kening Yoonbi lalu tersenyum ke arahnya.
"terimakasih karena kau sudah menjaganya noona"
"Jung lihatlah dia mirip sekali denganmu"
Jungkook mencium Yoonbi dan juga anaknya secara bergantian. Bahagia sekali rasanya sampai air mata jatuh menetes.
***
Jungkook bahagia sekali. Ia tersenyum girang melihat anaknya yang terlelap dengan kain yang membalutnya.
Yoonbi yang melihatnya pun ikut tersenyum senang. Melihat binar mata Jungkook yang terlihat bahagia sekali membuatnya ikut bahagia juga. Setidaknya meski pada awalnya mereka sama sekali tak memiliki perasaan apapun namun dengan berjalannya waktu perasaan itu tumbuh diantara keduanya. Sebenarnya Yoonbi ragu tentang perasaannya. Ia tidak tahu perasaannya itu cinta atau hanya sekedar rasa nyaman. Yang jelas ia bahagia sekali bisa bertemu Jeon Jungkook.
Manik matanya tidak bisa terlepas sama sekali dari Jungkook yang sibuk mencium anaknya. Manis sekali melihatnya. Ia masih tidak menyangka jika ternyata menjadi ibu akan sebahagia ini. Jungkook pun juga sama ia senang sekali bisa menjadi ayah. Ia berjanji akan menjadikan jagoan kecilnya itu menjadi laki-laki yang hebat.
Entah kenapa tiba-tiba saja mata Yoonbi memanas. Dan ya satu tetes liquid bening meluncur dari sudut matanya. Ia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya antara bahagia dan juga terharu. Entah yang mana yang lebih mendominasi.
***
Malam hari tiba. Yoonbi berjalan dengan dipapah oleh Jungkook karena ia tidak bisa berjalan dengan lancar. Jangan tanya kenapa, bagian bawahnya masih sakit sehabis mengeluarkan buah hatinya.
Yoonbi tidak mau berlama-lama di rumah sakit. Ia benci bau rumah sakit.
Jungkook membaringkan tubuh Yoonbi di ranjang milik mereka. Ia sangat hati-hati menidurkan ibu dari anaknya itu.
pun pelayan yang membawa bayi Jungkook menidurkan bayinya disamping Yoonbi. Jungkook menyuruh pelayan untuk keluar. Ia ingin menikmati waktu bersama keluarga kecilnya.
Setelah mengganti pakaiannya dengan piama tidur, Jungkook berbaring di samping anaknya. Bayi mereka tidur diantara keduanya.
Jungkook menyubit pipi anaknya gemas berkali-kali. Yoonbi protes karena kasihan pada anaknya.
"Jung. Biarkan dia tidur. Jangan diganggu"
Yoonbi menatap Jungkook dengan mengintimidasi. Ia kasihan pada bayinya karena setiap Jungkook menyubit pipi anaknya, bayi mungil itu bergerak dan kadang terbangun dari tidurnya. Untuk menidurkannya lagi Yoonbi tentu harus menyusuinya padahal ia sudah mengantuk setengah mati.
"Jungkook! berhenti menyubitnya"
kali ini Jungkook berhenti karena Yoonbi menatapnya nyalang. Yoonbi sedang kesal tapi pria di depannya yang membuat kesal itu malah tersenyum nakal.
"iya iya maafkan aku"
Jungkook mencuri kecupan manis di bibir sang wanita lalu menenggelamkan tubuhnya dalam selimut. Wajah Yoonbi berubah mendadak menjadi merah merona. Ia tersenyum sebentar lalu mengatakan.
"Selamat tidur sayang"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Jungkook x OC Fanfiction You're my serendipity I wasn't looking for you I wasn't expecting you but I'm very lucky I met you Andromeda, 2018. ©oneside_