Young

1.5K 155 9
                                    

Benar apa kata orang-orang kebanyakan; hidup tanpa gelimang harta yang melimpah memanglah sulit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Benar apa kata orang-orang kebanyakan; hidup tanpa gelimang harta yang melimpah memanglah sulit. Terlebih jika kau hidup di kota besar seperti Seoul.

Sehun, yang tahun ini genap berusia dua puluh tahun, sudah membuktikannya. Ia hidup sebatang-kara; yang ia ingat tentang keluarganya adalah bahwa dulu sekali ibunya meninggalkannya sendirian di depan sebuah pusat perbelanjaan, ketika ia tidak mengerti akan kerasnya dunia jika dilihat dari perspective seorang bocah jalanan. Ia sudah terbiasa hidup dijalanan, tidur dari satu rumah singgah ke rumah singgah lainnya –tak jarang ia juga seringkali tidur di depan kios-kios. Ia hidup dengan cara mengemis belas kasihan orang yang lewat di depannya, bahkan mencuri. Hanya untuk sesuap atau dua suap nasi. Bahkan, ia menjual keperjakaannya saat usianya tujuh belas tahun; karena ia benar-benar tidak mempunyai uang, jadi ia harus rela menjual mahkotanya itu kepada pria dewasa yang hanya peduli dengan kepuasan seksual semata.

Chanyeol, tahun ini genap berusia dua puluh tiga tahun. Chanyeol terlahir dari keluarga dokter di salah satu rumah sakit ternama di Seoul. Ia hidup dengan harta yang berkecukupan sampai di hari ulang tahun ketujuh belasnya, hari dimana ia came out sebagai seorang gay. Keluarganya menganggap anak semata wayang mereka sudah mati sejak saat itu —karena bagi mereka, lebih baik kehilangan anak sialan itu daripada tetap menampung anak itu dengan ‘penyakit’ yang di deritanya.

Ini adalah kisah tentang dua orang pemuda yang dipertemukan karena takdir, dan bersatu melawan kerasnya kehidupan.

*

"Hyung! Tidakkah kau merasa lapar?" Sehun menyenggol lengan seseorang yang berada disampingnya itu, yang tengah memetik gitarnya —hasil rampasan mereka dari seorang musisi café.

"Aku ingin makan daging." Kata Chanyeol. Ia meletakkan Mathilda –gitarnya, dengan hati-hati.

"Ready?" Sehun bertanya dengan seringainya.

"Yep!" Chanyeol menjilat bibirnya lalu menyeringai.

Kedua kakak-beradik itu berjalan dengan gagah menyusuri gang kumuh —sisi lain dari kota Seoul yang mati-matian disembunyikan pemerintah.

Sehun merasa hidupnya kembali berwarna semenjak ia bertemu dengan Hyungnya —Chanyeol. Jika sebelumnya Sehun akan tidur meringkuk menahan dingin dan rasa sakit di bagian bawahnya, ia sekarang tidur dalam pelukan hangat sang Hyung, bahkan ketika mereka akhirnya memberanikan diri untuk bercinta, Chanyeol tetap melakukannya dengan lembut, sangat berbeda dengan cecunguk-cecunguk yang hanya memakainya untuk memuaskan nafsu dengan bayaran yang tidak seberapa itu.

Chanyeol hampir melompat dari lantai empat sebuah gedung pusat perbelanjaan dimalam pertemuannya dengan Sehun, tetapi niatnya itu berhasil ditahan Sehun –yang kebetulan sedang berada disana setelah membeli kapas dan obat merah, yang langsung menarik tubuh jangkungnya. Saat itu, ia menangis meraung-raung, menceritakan tentang beratnya menjadi seorang Park Chanyeol yang diusir dan dianggap sudah mati oleh kedua orangtuanya. Sehun memeluk tubuh rapuh itu, menenangkannya.

We Young! (A Chanhun Fanfiction) (Oneshoot)Where stories live. Discover now