Bab I

146 7 0
                                    

Aku memesan segelas javachip frapuccino favoritku tanpa kopi. Ya, tanpa kopi. Entah kenapa terkadang kopi bisa membuat dadaku serasa lebih sulit bernafas. Sembari menunggu minumanku selesai dibuat, aku melayangkan pandanganku ke sekeliling mencari tempat duduk yang enak untuk bersantai. Seperti biasa, aku selalu suka duduk di pojok dengan dudukan sofa. Sempurna sekali ketika aku menemukan tempat yang kuinginkan, dengan meja bulat dan tambahan 2 kursi di sekelilingnya. Kuambil minumanku setelah pramusaji memanggil nomer pesananku, dan kemudian aku melangkahkan kaki ke tempat duduk yang sudah kuincar dari tadi.

Kulihat jam tangan ku, angka menunjukkan tepat pukul 02.00 siang. Aku sedang menunggu kedatangan kedua sahabat karibku. "Mungkin sebentar lagi mereka datang", pikirku. Karna janji kita bertemu adalah jam 2. Sudah lama sekali aku tidak berkumpul dengan mereka berdua, rasanya lebih dari setengah tahun. Ya, karna aktifitas kita padat, kita hanya bisa bertemu di dunia maya. Aku yang mengusulkan pertemuan ini, sudah lama rasanya tidak hang out hanya duduk berjam-jam mendengar kita saling bercerita dan shopping berjam-jam menentukan baju mana yang harus kita beli.

Dering teleponku berbunyi, Clara menelponku. "Ah, dia pasti sudah sampai", batinku. Kuangkat teleponku.

"Haai, dimana loe Clara?", sapaku

"Uda depan mall nih, mobil gue lagi di service, jadi naek taxi gue ke sini, uda sampai? Nunggu dimana loe?"

"Uda dooonk", jawabku. "Sini, cepat. Gue dah nunggu loe di Cofscent Cafe. Si Karren belum ada kabar, keknya bentar lagi juga nyampe."

"Ooo, ya uda bentar, 5 menit lagi gue samperin. Thaaaa!!! "

"Oke deeh, gue tunggu."

Kututup telfonku, ada 1 pesan yang belum terbaca. Ah, ternyata dari Karren, dia mengabari kalau dirinya sudah dekat dan sebentar lagi sampai.

Kusimpan kembali hapeku. Kunikmati kembali minumanku. Aku tersenyum ketika aku melihat sosok dari jauh yang sudah sangat kukenal, senyumku melebar tatkala Clara mendekat. Kami berpelukan dan memberi salam cipika cipiki. "Mana Karren?", tanya Clara. "Lagi otw, bentar lagi juga sampe, barusan dia SMS gue", jawabku. "Ooo, ya uda, gue pesen minum dulu lah kalo gitu", jawab Clara sembari melangkahkan kaki menjauh ke kasir. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk untuk mengiyakan pernyataannya. Tak berselang lama, Karren pun menyusul datang.

Kami pun larut dalam candaan serta tawa, saling curhat tentang pekerjaan dan hari kami di kantor. Di sela canda dan tawa kami, pandanganku tertuju pada kerumunan orang yang sedang mengantri di kasir. Mataku menangkap sosok yang tidak asing yang sepertinya kukenal namun tidak bisa mengenali siapa sosok ini. Badannya tinggi proporsional dengan bahu yang lumayan bidang. Tingginya kira-kira kurang lebih 175 cm. Rambutnya sedikit ikal, namun masih terlihat lurus, potongan rambut pendek standar seperti laki-laki pada umumnya. Aku memandangi wajahnya, berusaha mengingat kira-kira dimana aku mengenalnya. "Shienna!!!!", tepukan lembut di lengan disertai sahutan ringan dari Clara menyadarkanku dari lamunanku yang sudah terbang jauh mencari kepingan ingatan yang ada di dalam otakku. "Ya, apa Ra?" jawabku.

"Idigh...lagi liatin apa sih loe? serius amat mukanya..."

"Masa? muka gue emang ga bisa bohong ya?"

"Aah, palingan juga mata dia lagi jelajatan liatin cowo cakep. Mana seh, mana cowo cakepnya? Ga bilang-bilang nih si Shienna. Cowo cakep aja dipandang sendiri. Huahahaha..." sahut Karren sambil menoleh ke belakang mencari cari orang yang dilihat serius oleh Shienna.

"Iih, apaan siih kalian. Hahaha. Okeh, okeeh..gue ngaku, kalo gue tu emang lagi liatin cowo. Tapi bukan karna dia cakep. Nih, gue kasih tau, coba liat tu ada banyak kerumunan cowo yang lagi antri di kasir kan? Nah, yang sekarang lagi pesan di depan kasir tu, rasanya koq gue kenal yah? Loe orang pada kenal ga siih?"

Kedua sahabatku menoleh diam-diam ke belakang untuk melihat sosok pria yang aku maksud. "What Shienna? loe bilang itu ga cakep? ya ampuun, standar cakep loe tu kek gimana seeh? itu cuakep kaleee....", Karren menjawabku dengan antusias sekali. "Eh, tapi rasanya gue ga kenal sih sama dia."

"yap, gue setuju sama Karren", Clara menegaskan. "Dia cakep and..gue ga kenal sama dia. Perlu gue samperin buat kenalan sama dia sekarang?"

"Ga usah!!!", sahutku. "Ga perlu perlu amat kelees. hahaha. Gue cuma lagi mikir pernah kenal ma dia dimana ya? Rasanya mukanya ga asing."

"Yakin? paling cuma perasaan loe doank, Na. Keknya se-geng nya dia itu, ga ada satupun yang gue kenal deh." jawab Karren disertai dengan anggukan Clara. Mereka berdua yang tadinya duduk di depanku pelan-pelan bergeser ke sebelah kiri dan kananku. Meneliti dan melihat orang yang kumaksud beserta ke 3 orang temannya.

"Ah, sudahlah. Ngapain juga sih kita liatin mereka?" jawabku. "Mending nih ya, kalian berdua nemenin gw nyari sendal sama gaun buat pesta kawinan sepupu gue nanti. Ayo, capcus...."

"Huuu..."ledek mereka berdua.

"Ya uda, ayo jalan. Uda lama juga kita di sini. Saatnya jalan manjain mata liat baju dan belanjaaaa", jawab Clara dengan antusias.

"Ayooo!!!", sahut aku dan Karren.

Kami berjalan ke luar dari tempat duduk kami, melewati meja tempat duduk pria yang sedang kami bicarakan. Aku menoleh sedikit melihat wajahnya, tatapan kami bertemu sebentar. Ada sedikit rasa berdesir di hatiku ketika pandangan mata kita bertemu. Dia nampaknya melemparkan senyum kecilnya sedikit ke arahku. Dan aku pun membalasnya dengan senyum kecil di bibirku sambil berlalu berjalan meninggalkannya.

The Cookies LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang