Hans berdiri membelakangi rumah yang baru mereka tinggali beberapa hari. Rupanya halaman belakangnya luas. Ada hamparan bekas kebun jagung. Pompa air bekas, dan sebuah, apa itu? Gudang ?
Anak laki - laki itu melangkahkan kakinya penuh penasaran. Bebatuan menusuk telapak kakinya, ia lupa pakai sendal.
Tangannya menyambar ranting pohon srikaya yang sudah mengering. Apapun yang akan dia hadapi, tokek, ular, atau serangga- dahan itu mungkin bisa menolongnya, kan.
Dari kejauhan, gudang itu nampak seperti bekas bangunan terbakar. Atapnya runtuh, kehitaman bekas termakan api.
Hans berhenti sejenak. Berdiri memeriksa setiap sudut gudang itu. Sepanjang apa yang bisa dia lihat, ia memeriksanya dengan seksama. Dari jarak sepuluh meter tentu saja. Siapa yang ingin mengambil resiko kan, bahkan ayahnya pun belum tentu sudah memeriksa gudang itu.
Matanya menyipit. Melihat ada yang bergerak- gerak di atas pohon mangga pendek di depan gudang. Apakah menurutmu yang menggerakkan pohon mangga sekuat itu.
Plukk!! Beberapa mangga yang masih muda jatuh.
Lalu sesosok berambut keriting melompat turun.
Hans hampir saja berteriak.
Sosok itu menyeringai menghampirinya.
"Hai, anak baru?" Senyumnya melebar, mengulurkan tangan. Hans belum percaya- bahwa yang berdiri di depannya ini adalah anak perempuan.
"Meta." Katanya.
Hans menyambut perkenalan itu. "Kamu memanjat pohon mangga itu?"Tanyanya ketus.
"Maaf, aku baru tahu kalau sudah ada pemiliknya. Meta membersihkan celana kulot miliknya. Ada beberapa semut rangrang menempel. "Sebelum kalian pindah kemari, aku adalah pemilik sah pohon mangga itu," lanjutnya.
Gadis kecil itu berbalik, memunguti buah mangga yang tadi jatuh.
Perampok kecil, Hans menggerutu.
"Kalau kau mau bermain, aku juga suka permainan anak laki-laki. Rumahku di sana, di sebrang parit itu" tangannya menunjuk pada rumah triplek yang berada di sebrang parit.
"Baik," jawab Hans. "Tapi, jangan lagi memanjat pohon mangga kami."
Gadis kecil itu tersenyum. "Sebelum kau datang, akulah presiden di sini, kurang sopan berkata begitu padaku." Langkahnya menjauh. Dia menoleh beberapa kali.
Hans menatapnya. Sesekali gadis itu menyeringai, menampakkan gigi geliginya yang kecil-kecil. Sampai ia melompat parit.
Padahal ada jembatan, mengapa dia harus melompat, Hans tak habis pikir.
Apakah memang demikian anak anak di sini, pikirnya.
Sejurus kemudian dia teringat kembali pada tujuannya semula. Memeriksa gudang.
Hans melangkah mendekat. Semakin dekat.
Pintu gudang itu tertutup rapat. Dan pohon mangga yang tadi dipanjat oleh Meta- si gadis kriwil dari seberang parit. Hanya berjarak beberapa meter dari gudang.
Tidak ada kesan seram. Justru menimbulkan keinginan untuk mendorong pintu itu sedikit, mengintip, atau bahkan melongok isi di dalamnya.
Hans mendekati pintu itu lalu mencoba membukanya perlahan.
"Kamu tidak takut zombie?"
Hans tersentak.
Meta sudah berdiri di dekatnya. Matanya yang bulat menatapnya tajam. Tapi tak lama kemudian dia tertawa terbahak-bahak.
"Apa sih? Jahil kamu, hampir saja aku pingsan tau," Seru Hans, ia mengurungkan niatnya membuka pintu itu.
Meta menertawainya. Tampangnya benar-benar menjengkelkan untuk dilihat. Dia menenteng timba kecil dengan handuk melingkar di lehernya.
"Di sini ada air bor besar, yang dibangun dengan kolam mini. Anak seukuranku bisa menganggapnya kolam renang. Tapi mungkin tak cocok untukmu ya."
"Maksudmu? Kamu mau kemana? " Tanya Hans akhirnya. Dia mulai berpikir bahwa perampok kecil itu bisa dijadikan teman.
"Aku mau pergi mandi. Jam tiga sore aku ada les bahasa Inggris. "
Waw. Perampok kecil itu ikut les bahasa Inggris. Hans tersenyum.
"Baiklah,sampai nanti Bongsor," Meta melambaikan tangan, menyusuri parit. Hilang di antara pepohonan.
Hans urung memeriksa isi gudang. Dia berbalik lalu berlari pulang. Mungkin besok atau lusa- atau jangan pernah.
Dia berpikir, apakah Meta hanya bercanda, atau benar-benar memberikan sebuah pertanda untuk menyelamatkan dirinya.
"Apakah kamu tidak takut zombie?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FDYD- Pulangnya Ibu
FantasyHans menemukan peti mati di gudang belakang rumah baru keluarganya. Rasanya bukan main panik! Apakah ini rumah vampir? atau rumah dukun? Ayahnya menenangkannya. Pemilik rumah terdahulu adalah seorang pembuat peti mati. Begitu?