"IM NAYEON!!" Gadis cantik itu berbalik setelah ku panggil namanya dan memberikanku lemparan senyuman setelah aku berlari menghampirinya.
"Kenapa biru?"
"Aku minta tolong padamu, bisakah kau meng-absekan namaku? Aku yakin jika aku memintanya ke jae aku akan di pukuli habis habisan"
"K-kau membolos?" Tanya nayeon polos aku mengangguk, nayeon menunjukkan jempolnya "tapi lain kali gantian ya"
"Beres, nayeon aku pergi ya keburu ketahuan guru" nayeon mengangguk dan aku berlari keluar sekolah.
Nayeon itu orangnya baik menurut aku, dia patuh sama guru, bahkan orangnya ramah tak heran jika dia banyak di segani orang orang sekolah
Dan untuk jae dia benar benar orang terkejam ketiga setelah ayah dan ibuku dia tak segan segan menghabisiku ketika aku berbuat kesalahan, aku tau jika tindakannya menyadarkan ku namun caranya kadang membuatku takut.
Aku mengganti sragamku dengan kaos polos putis dan masih menggunakan rok hitam sekolah, aku segera berlari menuju taman dan membaca koran untuk mencari lowongan kerja.
Apakah aku harus bekerja sebagai pembagi brosur? Boleh, ini akan ku lakukan sebelum menuju ke caffe milik kak sungjin.
Aku mengambil note kecilku dan menuliskan di jadwalku, pandanganku menuju anak sma yang sedang menghisap putung rokoknya.
"Oh, sa barom?!" Aku melihat barom adikku bergerombol dengan anak anak berandal dan merokok.
"BAROM!" Aku menghampirinya dan menjewer telinga barom.
Ya seperti yang kalian ketahui aku memiliki adik bernama barom, kita berbeda sekolah dan tentu saja adikku ini masih kelas 1 sma, namun sudah berani merokok.
Aku menarik barom menjauhi kerumunan berandal itu menuju gang kecil, "barom kau membolos? Kau gila?" Aku memukul kepala barom
"Lalu kakak, ngapain disini?" Dia membalik pertanyaanku sembari mengelus kepalanya yang baru saja aku pukul, "kakak juga membolos" lanjutnya.
"Barom, tidak masalah kamu membolos namun jangan menurunkan ranking mu, dan jangan merokok jika tidak patah tulang lehermu" ancamku, barom mengejekku dengan menirukan kalimatku.
kurang ajar, "yasudah kemari" aku menarik sragam adikku "kakak antar ke sekolah"
"Ga mau gila" barom melepaskan genggamanku, dan lari menghampiriku.
"BAROM! JANGAN MEROKOK ATAU KU LAPORKAN AYAH!!!" Teriakku barom menghiraukanku, "aish dasar"
Drt drt!
Line
09.42Jaelek : sa biru
Jaelek : sa biru kembali ke sekolah, atau gue patahin tulang ekor lo
Jaelek : sa biru, brian nyariin loSa biru : boonk
Jaelek : /send foto/
Sa biru : bangsat kaget gue
Bagaimana tidak kaget jae mengirim selcanya dengan wajah yang tidak senonoh.
Jaelek : balik apa aku alfa in.
Sa biru : astaga jae, gue lagi kerja, adek gue harus bayar spp, ntar kaga bisa ikut uas gmn dah?
Jaelek : loh lo punya adek? Kok ga pernah cerita?
Jaelek : cantik gak?!Sa biru : cowok cok
maaf aku emosi.
Jaelek : lo bisa pinjem gue kok, yang penting sekolah lo gak terganggu, ya please?
Read.
Ga mau, serius aku gak mau di kasiani aku benci aku tidak suka, demi apapun aku lebih suka bekerja keras.
Bugh bugh bugh!
Aku menengok ke suara kaki berlari.
Sial
Satpol pp
"NUNA!! LARIII!!!" Teriak barom, aku spontan lari tak tentu arah.
"NUNAAA!!!" Barom menarikku memisah dengan gerombolannya berlari menuju tempat sepi lagi lagi aku di kejar kejar satpol pp.
Barom menarikku menuju gang buntu sialan, "ih dek kok lo begok sih?" Aku mengutuk adekku ini.
Masa iya nulis 2 folio lagi? Dengan omelan brian? BIG NO
barom menarikku ke tempat sampah dan bersembunyi di belakangnya, gila emang mana sempit, huft tidak apalah asal tidak ketauan lagi.
"Nuna brisik, diem j npdh" barom mengunci tanganku, adek durhaka.
----
"untung nuna aku selametin" kata barom bangga sembari mengunyah ramen yang ia makan.
"Enak aja, nuna bisa kali ga perlu ngikutin kamu" aku meneguk es tehku.
"ga percaya" katanya masih melahap ramennya.
"Dek" panggilku barom menengok, "nih" aku menyerahkan uang dengan nominal banyak, "jangan buat jajan, buat bayar spp"
"Eh, nuna ga usah, aku udah a--" barom memutuskan kalimatnya ketika aku melihatnya tajam, "hmm, makasih kak"
Aku mengangguk dan mengacak rambut adikku gemas, "nuna aku akan kembali ke sekolahan" aku mengangguk lagi.
Dia adik yang baik, penurut walaupun sedikit oon, sungguh dia sangat baik, peduli dengan kakaknya bahkan dia peduli dengan ayah ibukku walaupun kadang barom sering di siksa.
"Sa barom fighting!! Kakak pergi dulu" aku menepuk pundak barom barom mengangguk dan melambaikan tangannya.
--
Aku memijat kakiku dan duduk di kursi, karena caffenya tidak terlalu ramai aku dapat beristirahat sebentar, gara gara pekerjaan membagi brosur membuat kakiku di tempeli oleh beberapa koyo.
Di luar hujan, aku rindu brian aku ingin mendengar ia mengucapkan 'terserah' aneh juga kenapa aku bisa tergila gila dengan brian pft!!
Kring!
suara bel tanda pelanggan baru.
"Sa biru? K-kau...?"
"Jackson?
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Letting Go - Brian
FanfictionJika ada seseorang se sabar apapun itu, hargai, jangan di abaikan, tidak ada yang abadi di dunia ini, begitu pun dengan sabar, sabar ada batasannya.