Littlespace

1.6K 165 40
                                    

Suara alas sepatu yang berketuk-ketuk dengan irama teratur memenuhi seluruh penjuru lorong apartemen. Lengan kurusnya sesekali terangkat malas, menaikkan tasnya yang tersampir dibahunya. Kemudian setelah sampai pada pintu apartemen tujuannya, Yoongi memasukkan pin apartemennya.

Ditengah-tengah usahanya membuka pintu gelap apartemennya, samar-samar suara penghuni lain bersamaan dengan suara tawa menyebalkan spongebob dari balik bilik kayu terdengar, membuatnya menghela napasnya yang kian memberat hari demi hari. Tugas kuliahnya yang semakin menggunung tidak membiarkan hidupnya tenang akhir-akhir ini. Belum lagi tugas akhir mahasiswa yang jangka waktunya kian mendekat, memaksanya berlari kencang diatas eskalator turun, memaksanya untuk lulus disaat dosen pembimbingnya sendiri tidak menyukainya.

Kemudian, bencana lain datang. Satu hari yang lalu, belum sampai dua puluh empat jam, apartemennya kedatangan satu penghuni baru. Seorang bocah tujuh belas tahun yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan SMA di Seoul, yang mau tidak mau ikut menumpang di apartemennya yang secara tidak langsung merupakan ‘kakak’nya. Yoongi meyakini ada motif tersembunyi dibalik pemilihan beasiswa ke Seoul dengan tingkah ibunya yang tidak benar.

Dan sialnya, ia harus mengurus bocah itu.

Ibunya bilang, adik tirinya itu sering mengalami regresi usia, menjadikannya bocah tujuh tahun disaat usianya tujuh belas tahun. Merepotkan, mengingat Yoongi bukan sosok yang mudah beramah tamah dengan anak kecil.

Belum lagi, anak itu punya sejarah masa lalu yang paling Yoongi benci.

Pintu kayu apartemen dibuka, menampilkan apartemen minimalisnya yang seharusnya tertata rapi kini berantakan. TV ditengah ruangan menyala dengan volume besar, menampilkan kartun sepanjang masa dengan tubuh spons yang paling Yoongi benci, sedangkan yang bertanggungjawab terlihat sedang asik menyusun puzzle doraemon dengan memangku boneka kumamon miliknya.

Kepala dengan surai pirang ditolehkan, boneka kumamon dilempar asal ketika mendapati Yoongi sedang melepas sepatu didepan pintu. Mengundang helaan napas Yoongi ketika telinganya menangkap suara gedebuk rusuh dan mata sipitnya mendapati bocah jadi-jadian itu sudah jatuh dengan lutut mengantam lantai parkit ruang tamunya.

Lengan kurus itu diangkat perlahan oleh tangan pucat Yoongi, berhadiahkan mata berselaput air dengan bibir bergetar dan puncuk hidung memerah.

“Laki-laki tidak boleh menangis, Jimin. Setelah bermain bereskan, ya?”

Yoongi berlalu begitu saja setelah menepuk singkat puncuk kepala yang lebih pendek, menghadirkan tatapan sedih dari balik punggung lelahnya, “Hyungie ayo main sama Jiminie”

Tapi Yoongi tetap berlalu, walaupun sempat menoleh sebentar dari balik pintu kayu bercat putihnya sebelum pintu itu berdebum pelan, “Hyung sedang sibuk. Lain kali saja, ya”

Dibalik pintu Yoongi melempar tasnya ke arah kasurnya, menimbulkan riak tidak beraturan setelah beban yang tidak main-main itu memantul beberapa kali diatas seprei biru lautnya. Tubuhnya yang terasa lemas dibaringkan melintang di sebelah tasnya, mata sipitnya terpejam kala kepalanya terasa ditusuk-tusuk dari dalam.

Posisinya berubah, sisi kiri tubuhnya kini dijadikan tumpuan. Sedangkan dalam hatinya terasa sedikit sesak, merasa bersalah karena kembali menghiraukan little Jimin. Tapi, apa yang harus ia lakukan jika melihat Jimin selalu mengingatkannya akan penghianatan ibunya dimasa lampau?

Yoongi sudah memaafkan perbuatan ibunya. Ia memaafkan ibunya yang meninggalkannya berdua dengan ayahnya yang otoriter selama bertahun-tahun. Ia memaafkan ibunya yang sempat mengajukan gugat perceraian tanpa melibatkan dirinya pada ayahnya. Ia memaafkan ibunya yang lebih memilih untuk bersama orang lain ketika ayahnya depresi berat dan menjadi kasar. Tapi ia tidak akan pernah lupa akan rasa sakit pada relung hatinya yang rumpang sejak pertama kali mendengar orang tuanya bertengkar hebat malam itu.

Littlespace (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang