Chapter 2: Duality (NC)

4.4K 326 17
                                    

Pagi itu, Lee Jihoon harus mengikuti kelas di kampus. Kali ini- bukan, beberapa hari ini ia memilih untuk berangkat sendiri menggunakan kendaraan umum. Semenjak liburan di Jepang itu, suasana hatinya buruk setiap kali melihat Seungcheol. Ia merasa bersalah, namun di sisi lain ia merasa berhak menolak hal itu.

Memaksakan diri bukanlah suatu hal yang bagus. Apapun yang dilakukan secara terpaksa memang tidak akan pernah lancar. Maka dari itu, Jihoon menolaknya. Ia merasa belum siap bila harus melakukan hubungan seksual di luar nikah. Tapi kata teman-temannya, melakukan hal itu sesekali tidak akan serta merta membuatnya hamil. Ia bisa meminta Seungcheol menggunakan pengaman untuk memastikan hal itu.

Oke, sekarang ia merasa telah melakukan sebuah kesalahan besar. Tapi bagaimana cara meminta maaf pada kekasihnya itu? Bertemu saja masih enggan.

Bunyi klakson sepeda motor tiba-tiba membuyarkan pikirannya. Jihoon menoleh ke samping dan menemukan sosok yang sejak tadi menghantui pikirannya. Choi Seungcheol, sedang mengendarai motor dan tersenyum ke arahnya.

"Naiklah!" suruhnya dengan nada hangat seperti biasanya.

Di antara lelaki kaya yang menempati posisi puncak di sekolah mereka sebelumnya, hanya Seungcheol yang bisa menarik perhatiannya. Dia memiliki sebuah daya tarik yang kuat, entah itu disebabkan oleh faktor wajah ataupun sikap. Tapi Jihoon yakin, siapapun gadis yang mendapat kesempatan untuk bersanding dengannya adalah seorang yang beruntung.

Termasuk dirinya sendiri.

"Tunggu apa lagi, sayang? Nanti kau terlambat," ujarnya.

Barusan Jihoon terlalu sibuk berpikir hingga lupa untuk menyambut jemputan yang datang secara tiba-tiba itu. Jihoon duduk tepat di belakang Seungcheol, namun ia menjaga jaraknya. Biasanya ia akan langsung memeluk kekasihnya itu. Pagi ini ia tidak berminat untuk melakukannya. Ia masih merasa amat bersalah.

"Pegangan!" seru Seungcheol tiba-tiba menambah kecepatan.

Mau tidak mau, Jihoon harus mengusir pemikirannya barusan dan langsung memeluk kekasihnya itu. Terkadang dia memang seperti ini, mencoba bernegosiasi dengan membuat dirinya mau tak mau mendekat.

Seungcheol berkendara dengan kecepatan penuh sampai kampusnya dan Jihoon melingkarkan tangannya di pinggang laki-laki itu. Cukup erat hingga menciptakan senyum kemenangan di dalam helmnya.

"Terima kasih," ujar Jihoon dengan nada datar begitu turun dari motor.

Ia sedang berusaha menjadi dingin karena dampak perlakuan Seungcheol tadi sangat besar baginya. Jihoon sedang tidak niat bermesraan sebelum kelas. Konsentrasinya akan berkurang nanti, begitu sugestinya. Maka, ia langsung melenggang pergi, meninggalkan Seungcheol dan sepeda motornya berdua saja.

"Jihoon-ah!" tahan Seungcheol.

Seungcheol tidak hanya memanggil saja, ia juga menarik tangan Jihoon dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Jihoon benci mengakui ini tapi sejujurnya ia rindu berada dalam pelukan ini. Rindu untuk mencium aroma parfum kekasihnya saat berada dalam jarak yang dekat.

"Maafkan aku telah bertindak tanpa berpikir," bisik Seungcheol di telinganya.

Jihoon diam saja. Saat ini ia tambah merasa bersalah karena pihak yang seharusnya meminta maaf adalah dirinya. Harusnya ia menerima perlakuan itu. Seungcheol adalah kekasihnya, dalam waktu dekat mereka juga akan mengikat janji di pelaminan. Hal itu cukup wajar bila dipikir-pikir.

Seungcheol mengelus surai Jihoon pelan, mengekspresikan rasa sayang pada kekasihnya. Ia juga mengecupnya tepat di dahi.

"Maafkan aku," ulangnya sekali lagi.

[√] After I Let You Go | JeongCheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang