Tidak akan baikan mungkin

1.1K 50 0
                                    

Daihan dan Rindu
di depan rumah Rindu

"Kamu berangkat sama siapa Rin? Aku jemput ya?" bunyi chat WA dari Angga yang Rindu baca setelah mendengar ponselnya berdering. "Dasar ni orang, masih aja" ucap Rindu setelah memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaket yang ia kenakan pagi itu. Setelah sekian hari menjalani hari bebas tidak masuk sekolah, hari ini seluruh siswa kelas XII diwajibkan masuk sekolah untuk membahas acara perpisahan. "Emang siapa yang chat kamu?" tanya Daihan penasaran saat menyaksikan wajah Rindu yang berubah menjadi masam setelah meredupkan layar ponselnya. "Si Angga" jawab Rindu. "Emang kalian belum baikan?" | "Nggak akan baikan mungkin" | "Apa itu artinya kamu udah nggak cinta dia lagi Rin?" Daihan memberi tatapan penuh harap. | "Belum tau juga kalo soal itu. Aku sebel banget sama dia. Tapi jujur, sebenernya saat ngejauh dari dia gini, aku ngerasa kehilangan banget" Rindu menunduk sedih, bukan sedih karena perasaan kehilangannya, tapi sedih karena harus kembali mematahkan harapan Daihan. "Iya aku tau kok, bertahan memang sakit, tapi pergi jauh lebih sakit" ucap Daihan. "Yaudah lah, ayo berangkat" lanjutnya. Rindu segera membonceng di jok belakang motor vespa Daihan, dengan tangan kanannya merangkul perut Daihan.

Rindu dan teman - teman sekelasnya
di ruang kelas XII bahasa 2

Rindu meletakkan ranselnya di kursi. Kemudian mengeluarkan ponselnya untuk sekedar memainkan game favoritnya sambil menunggu salah satu perwakilan osis memberikan pengumuman hasil rapat ke kelasnya. "Syukurlah Rin, akhirnya aku bisa ketemu kamu juga" kata Angga yang baru saja meletakkan ranselnya di kursi sebelah Rindu setelah tiba di kelas. Rindu masih sibuk mengusap-usap layar ponselnya tanpa menghiraukan kedatangan Angga. "Kamu kemana aja sih Rin? Aku WA selalu diread doang, aku ke rumah kamu nggak pernah mau nemuin. Aku tuh kangen kamu tauk!" celoteh Angga setelah mengambil posisi duduk di depan ransel yang baru saja ia letakkan tadi. Masih tak ada jawaban dari Rindu. "Tadi kamu berangkat bareng Daihan ya? Aku tadi jemput kamu tapi kata Bi Sumi kamu udah berangkat." Masih tak terdengar jawaban dari Rindu. "Rin? Kamu masih marah ya? Kamu marahnya serius ya?" tanya Angga lagi. Rindu melirik Angga dengan tetap mempertahankan ekspresi datarnya, kemudian meredupkan layar ponselnya. "Yud? Gue boleh duduk di samping lo nggak?" Rindu memutar badannya untuk berbicara pada Yuda, teman sekelasnya yang selalu duduk di belakang Rindu. "Boleh dong Rin" jawab Yuda santai. "Hen? Tukeran tempat dong!" kata Rindu pada Henry, teman sebangku Yuda. "Oke siap" jawab Henry. Rindu mendorong mejanya ke depan, agar dia tidak usah melewati Angga saat bertukar posisi duduk dengan Henry. Kebetulan meja Rindu dan Angga memang letaknya di barisan paling depan. "Yud? pindah dong!" kata Angga setelah berdiri di samping tempat duduk Yuda. "Hahahaa, lo kayak orang gak mau diputusin aja Ngga" ejek Yuda sambil berdiri dan pergi dari tempat duduknya. "Ah brisik lo Yud!" jawab Angga kemudian duduk di kursi bekas tempat duduk Yuda. "Rin? Maafin aku lah Rin. Katanya marahan lebih dari tiga hari itu nggak boleh, ini udah lebih dari seminggu lho Rin kamu marah ke aku" | "Rin, aku emang bukan orang yang pandai betul soal agama. Tapi yang aku tau, memutus tali silaturahmi itu dosa besar lho Rin" lanjut Angga setelah tak mendengar jawaban apapun dari Rindu. Tapi sepertinya, pembelaan lanjutannya tadi juga tak menuai hasil hingga percakapan mereka, lebih tepatnya percakapan Angga sendiri terhenti setelah perwakilan OSIS masuk ke kelas XII bahasa 2.


Bentar lagi ending nih, tapi inget ya jangan sesekali menebak akan seperti apa endingnya, karena kalo meleset nanti sakit lho ^_^ baca aja terus kelanjutannya. InsyaAllah endingnya nggak akan ngecewain kalian kok. ^_^

Apa sih Rindu!? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang