chapter 6

12.7K 591 14
                                    

Happy Reading!

Petra pov

Dimas merengkuhku erat hingga tidak ada lagi ada jarak yang memisahkan kami, aku bahkan sampai bisa merasakan dada bidangnya yang menempel di permukaan punggungku.

Aku belum pernah sedekat ini sebelumnya dengan seorang pria selain Jevin dan Ayah, ini kali pertama bagiku, rasanya asing.

Pria itu meletakkan dagunya di puncak kepalaku, "Sekarang kau tidak bisa pergi ke mana-mana lagi, Petra." Ucapnya membuatku tersadar dari lamunan.

Aku tidak tahu apakah seringaian itu masih setia bertengger di bibirnya atau sudah menghilang, namun yang pasti, pelukan ini kian terasa intim, ia semakin melingkarkan kedua tangan berototnya di tubuh kecilku, membuatku sedikit sulit untuk bernapas.

Aku masih diam, tidak tahu harus bertindak apa, "Kenapa, hmm? Gugup?" Mendadak Dimas memutar tubuhku hingga tatapan kami bertemu, dugaanku benar, senyuman kotor itu masih ia pamerkan.

Aku tidak boleh kalah begitu saja, dengan seluruh kekuatan yang ada aku berusaha bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa, "Gugup? Apa itu? You are too confident, Sir." balasku tertawa mengejeknya, terdengar sumbang di telinga.

Dimas memiringkan kepalanya ke samping, "really?"

"Yeah!"

"Okay..." balasnya membuatku bernapas lega. "What if this very confident sir wants to kiss you?"

Aku tersentak, Dimas menarik tengkukku ke depan, aku berusaha berontak, tetapi itu justru membuat rengkuhannya terlepas, alhasil aku sampai jatuh terjerembab ke lantai.

Aku merintih kesakitan, tangan kananku bergerak mengusap kasar bokongku yang terasa nyeri dan kebas.

Tatapanku berubah tajam, emosiku memuncak kala melihatnya yang hanya diam seolah aku baik-baik saja, apakah dia buta? Gadis di depannya ini baru saja mendaratkan bokongnya di atas lantai dengan kencang tanpa ada sesuatu yang menahannya di bawah.

Bukannya membantu, Dimas malah tercenung seolah ada sesuatu yang tengah memenuhi akal pikirannya sekarang, "Sakit!" seruan lantangku akhirnya berhasil membuat pria ini tersadar, ia menatapku cemas.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya basa-basi, ia lalu melipat kedua kaki hingga lututnya menyentuh lantai.

"Iya! Aku baik-baik saja! Memangnya kau tidak lihat aku bisa sampai merintih begini?" Bukannya meminta maaf, bibir laki-laki itu tampak berkedut seperti menahan senyuman. Apakah ada yang lucu di sini?

Tidak berselang lama Dimas memasang wajah memohon padaku, "Ya sudah, maafkan aku." Pintanya sembari mengusap lembut sebelah pundakku.

Aku sontak membuang muka. "Kalau aku tidak mau menerima permintaan maaf itu bagaimana?" dengan tubuh yang sejajar aku memandangnya menantang, menunjukan sisi keberanianku meski terselip rasa takut kalau dia berani melakukan sesuatu yang buruk padaku.

"Sayangnya aku tidak menerima penolakan apapun darimu, jadi kau harus menerimanya." Sahutnya menggeser lutut agar lebih dekat denganku.

"Aku tidak mau! Ini sangat sakit!" jawabku dengan suara lantang, seakan tak kenal takut menghadapi pria bertubuh besar ini.

Pervert HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang