Sampai lima cangkir kopi yang diracik campur munyuk?
Sebenarnya ada 30 cangkir. Tapi kalau saya suguhkan semua, saya khawatir kita jadi kemunyuk-munyukan, tumbuh bulu lebat, jadi tarzan zaman Orba, dan jadi tontonan manusia.
Meskipun demikian, terkadang kita membayangkan mungkin ada enaknya juga jadi kera.
Tidak harus ke kantor tiap pagi, membungkuk di bioskop, cari obyekan untuk mengasapi dapur, tidak takut sama atasan, tidak ditangkap polisi meskipun tak pakai helm, serta yang jelas kalau jadi kera kita tidak terancam kelak akan masuk neraka. Malah ada kemungkinan kera-kera menjadi binatang hiburan para ahli surga.
Jadi, kenapa hanya lima cangkir kopi munyuk?
Alasan klisenya ialah bahwa lima itu angka "keramat". Tapi yang penting ini: dari 30 jenis kera, terdapat 5 jenis yang menolak melakukan poligami atau poliandri. Mereka penganut monogami dan mempertahankannya secara militan.
Yang menarik, di wilayah 5 jenis kera monogami ini frekuensi perkosaan amat tinggi, sementara di 25 jenis yang lain amat rendah, bahkan bisa dibilang hampir tak ada kasus perkosaan.
Entah apa artinya itu bagi manusia. Sebab manusia itu dalam pembangunan kebudayaan mengenal level-level Alam, Kebudayaan, Lembaga, Nilai, dan seterusnya. Kera serta binatang lain sebenarnya menemukan dirinya atau bisa ditemukan dalam level Alam, yang notabene ikut menyifati pola-pola nilai, kebudayaan, dan lembaga-lembaga yang diciptakan oleh masyarakat manusia.
Silakan memproyeksi sendiri.
Kemampuan seksual para kera yang 25 jenis juga amat prima. "Saya hidup di hutan selama enam bulan," kata seorang sosiolog kera, "Mereka melakukan hubungan seks tiap hari." Tiap hari! Entah makan-minum jamu apa mereka itu! Sementara yang 5 jenis daya seksualnya seperti kurang terorganisir. Mungkin karena mereka hidup dalam suatu ketelanjuran sistem budaya yang menempatkan fitrah seks tidak pada proporsinya. Entahlah. Soal-soal seks itu Anda lebih tahu, iya tho? []
BUKU - SECANGKIR KOPI JON PAKIR
KAMU SEDANG MEMBACA
Cak Nun - Sebuah Kumpulan Tulisan
RandomSeperti yang tertulis pada covernya, "Jangan Berhenti Pada Kata Cinta, Alamilah Getarannya . . .", ini adalah sebuah getar-getar yang mencoba mengurai cinta tak hanya sekedar dari kata, melainkan dari pengalaman kehidupan yang meluas dan mendalam, r...