Part 34

3.8K 280 18
                                    




Vote komennya yaa jangan lupitaaa... 😉

Tangan Miley mendadak bergetar kencang, ia bahkan tak sanggup untuk mengambil ponsel yang jatuh setelah mendengar perkataan Chelsea barusan.

"Ma.. maaa..." lirihnya dengan air mata yang mengalir deras. "Kenapa secepat ini?"

Cukup lama Miley berdiam diri dengan posisi sama, bahkan mengambil ponselnya saja ia tidak ingat sama sekali. Ia hanya menatap kosong ke depan membiarkan air matanya berjatuhan. Hingga suara ponsel kembali berbunyi dan menyadarkan Miley dari keterdiamannya.

Itu telpon dari Papa yang meminta agar Miley segera datang ke rumah sakit sekarang juga. Miley menyetir dengan gusar dan serampangan, bahkan hampir saja menabrak mobil lain.

Sesampainya di rumah sakit, Miley langsung memeluk Papanya sangat erat, lalu berpindah kepada Adik serta Kakeknya. Papa terlihat sangat terpukul dengan kepergian Mama, bertahun-tahun ia merawat istrinya hingga ia mau menerima ajakan Christian, ayahnya, untuk pindah ke New York dengan harapan agar Kate dapat sembuh. Namun memang ternyata takdir berkata lain, Tuhan lebih sayang pada Kate sehingga mencabut semua rasa sakit yang selama ini merampas kebahagiaan Kate.

"Mungkin memang ini jalan yang terbaik, Pa. Mama sudah tidak kesakitan lagi." kata Miley mencoba memberi kekuatan pada Papanya.

"Papa pikir Papa sudah siap jika sewaktu-waktu Tuhan menjemput Mamamu. Tapi ternyata Papa masih tetap tak bisa menerima kenyataan ini."

Christian berjalan mendekati Mark dan mengusap bahunya, "Setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Hanya saja kita tidak tau kapan waktu itu akan tiba. Menangis memang wajar dilakukan, tapi jangan sampai kau meratapi kepergiannya. Biarkan dia tenang disana. Kau harus tetap melanjutkan hidupmu." ucap Chris diplomatis.

Mark hanya terdiam menunduk, disampingnya, kedua puterinya memeluknya bersamaan. Ketiganya saling menguatkan.

Keesokan harinya, prosesi pemakaman sedang dilakukan yang semuanya diurus oleh anak buah Chris. Mark dan kedua putrinya sudah kelihatan lebih tegar dari kemarin, Mark memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sembab akibat menangis. Bagaimanapun, ia adalah seorang pria yang harus dijaga kewibawaannya sehingga pantang baginya menampilkan wajah yang lemah.

Axel berdiri di belakang Miley, ketika prosesi mengharukan itu telah selesai dijalankan dan para pelayat satu per satu mulai meninggalkan makam, Axel berjalan maju merangkul bahu Miley memberikan kekuatan pada wanita itu. Miley memeluk Axel erat sembari melihat ke arah makam ibunya.

Ketika seluruhnya telah meninggalkan makan Kate, Miley dan Axel baru saja akan memasuki mobilnya hingga suara Mark membuat mereka menoleh.

"Miley..."

"Pa..."

Keduanya saling diam, Mark menatap Axel lekat. Ia belum pernah bertemu dengan pria ini, namun entah bagaimana wajahnya terasa tak asing.

"Pa, aku akan kembali ke apartmentku. Oh ya, kenalkan ini Axel, kekasihku." Miley mengenalkan Axel secara perdana. "Aku tau ini mungkin saatnya kurang tepat, tapi aku yakin Papa pasti penasaran dengannya."

Kedua pria berbeda generasi itu saling bersalaman dan memperkenalkan diri masing-masing.

"Miley, sebaiknya kau pindah ke rumah." Mark berkata lugas kepada anaknya setelah perkenalan itu.

"Tapi aku merasa lebih nyaman hidup mandiri. Lagipula apartmentku dekat dari kantor."

"Miley, mungkin seharusnya kau mulai belajar bisnis untuk..."

UNBLESSED LOVE (Seq. IWCBT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang