08. [Tragedy]

473 70 10
                                    

-hey, thx for you comment in part 07. Love u more than u know, and happy reading for this. Sorry for typo in everywhere-

-o0o-

Suara gemuruh petir menyambar dari satu tiang ke tiang lainnya, derasnya hujan semakin membuat malam ini terasa mencekam dari suasana biasanya. Angin terus bertiup kencang hingga gorden jendela terbuka. Yoora yang sedang berdiri gelisah langsung terkejut melihat jendela terbuka dengan sendirinya, air hujan mulai menyiprat ke dalam rumah.

Buru-buru Ia menutup jendela tersebut yang ternyata belum dikunci oleh pembantunya, entahlah kemana semua pembantu rumahnya sekarang. Yoora merasa hanya sendiri dirumah, setelah memastikan semuanya terkunci rapat. Yoora kembali ke ruang tengah, matanya melirik ke arah jam dinding. Sudah hampir jam sebelas malam.

Kenapa kakaknya belum pulang?
Dan kemana Seokjin membawa Jihoon? Meskipun, Yoora sudah menelponnya tadi. Tapi, tetap saja Yoora tidak bisa tenang, jika kedua Pria itu belum pulang sampai sekarang.

Tubuhnya mondar-mandir gelisah. Yoora juga tak henti-hentinya mencoba menelpon Hasung namun nomernya tidak aktif, jantungnya berdegub tak normal sedari tadi. Yoora benar-benar khawatir, perasaannya tidak enak sedari tadi. Dalam hati, Yoora berdoa semoga kakaknya baik-baik saja.

Suara gedoran pintu terdengar, pandangannya teralih menghadap pintu coklat disana. "Itu pasti kak Hasung dan kak Seokjin!" ada sekilas senyuman dibibirnya dan kelegaan sedikit dihatinya. Ia pun berlari kencang ke arah pintu, namun dirinya belum sampai sana. Suara petir berbunyi cukup kencang.

PRANG!

"Aaa!!!" Wanita itu berteriak secara spontan. Sontak Yoora menunduk sembari menutup telinganya, Ia terkejut sekaligus panik secara bersamaan. Yatuhan—untung saja Yoora tidak punya serangan jantung, tangannya mengelus dadanya. Nafasnya semakin naik-turun akibat kejadian tadi. Kalau tidak salah Yoora juga mendengar suara benda jatuh.

Disana, dekat dengan gucci emas peninggalan Ibunya. Sebuah bingkai foto jatuh dan pecah sehingga kacanya berantakan.

"Kak Hasung?" Yoora bergumam ketika melihat foto Hasung disana, susah payah Yoora menelan salivanya. Keringat dingin mulai mengucur dipelipisnya, perasaan Yoora semakin tidak enak. Apakah ini bertanda—

Tok...tok...tok...

Yoora hampir melupakan sesuatu. Ada seseorang diluar sana, Yoora berlari cepat menuju pintu kemudian membukanya.

"Yoora? Apa kau baik-baik saja? Apa ada seseorang didalam? Aku mendengarmu berteriak tadi." Seokjin berbicara dengan satu tarikan nafas. Pria itu sama terlihat paniknya, ditambah bajunya yang sedikit basah bekas melindungi Jihoon yang tertidur di pundak Seokjin dari hujan deras.

Yoora menggeleng. "Tidak, aku tidak apa-apa. Aku hanya terkejut tadi, Ayo masuk kak."

Seokjin segera masuk, kemudian memanggil pembantunya untuk membawa Jihoon ke kamar, dan pembantunya yang lain disuruh Yoora membereskan pecahan kaca dari bingkai Hasung.

Setelah semua orang pergi dari ruangan itu, Seokjin mulai berbicara dengan Yoora. Sebelumnya, Pria itu mencoba menenangkan Yoora yang mungkin lebih panik dari dirinya.

"Katakan padaku dengan jelas, apa yang terjadi?"

Yoora terdiam beberapa saat, terdengar suara isakan kecil didepan Seokjin. Pria itu menautkan kedua alisnya menatap Yoora sedikit heran, sebagai saudara dekat Seokjin pun memeluk Yoora, mengelus-elus bahunya. Mungkin sedikit menenangkan.

"Kak Hasung—" tangis Yoora semakin hebat, Ia menjadi sesegukan sekarang. "Dia keluar menemui Taehyung, kak. Tapi, dia belum kembali sampai sekarang. Aku khawatir. Aku takut dia kenapa-kenapa." Yoora semakin mengencangkan isakannya.

BETWEEN YOU AND ME [US] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang