Perasaan jatuh cinta tidak dapat diprediksi kepada siapa dia menetap. Yang kau bisa hanyalah ketika menyadari bahwa hatimu telah dicuri. Perasaan cinta terkadang jatuh kepada orang yang salah, perasaan cinta kadang merusak sudut kewarasan manusia. Namun jika kau mampu mengendalikannya, bertepuk tanganlah! Sebab kau orang yang tangguh.
***
Ketika bunga sakura bermekaran, dan lonceng gereja berdentang, Hizuki siap untuk melepaskan cintanya. Dengan penampilan gagah nan tampan, lelaki bergelar CEO termuda itu berdiri dibaris terdepan tempat berlangsungnya acara pemberkatan.
Waktu dimana ia harus merelakan semua yang sudah dipupuk diam-diam kini tiba. Wajahnya menggambarkan keceriaan namun hatinya menjerit sakit. Puncaknya adalah ketika kedua mempelai saling berhadapan. Hizuki tidak sanggup melihat. Namun nyatanya dia tidak bisa berpaling dari kemenawan sosok di depan altar.
Hizuki memilih untuk keluar setelah acara puncak selesai, tenggelam dalam pekerjaan semu demi menghindari lara yang bercokol dihati.
Tidak mudah melupakan seseorang yang selalu menemani harimu selama bertahun-tahun, tidak mudah menghapus kenangan indah yang ditorehkan bersama selama hampir separuh hidupmu.
Itulah yang sedang dirasakan Hizuki di hari pernikahan adiknya.
Hizuki duduk di belakang gereja ; merokok sembari menatap awan mendung, ketika seorang wanita yang hampir seusianya mendekat.
"Kau baik-baik saja, Hizuki-kun?"
Lelaki itu menolehkan kepalanya, lantas mematikan rokok yang baru ia hisap semenit. Hizuki menghela nafas sembari menatap kembali kearah langit.
"Sonoko-chan, aku tidak kuat melihat merek, Maaf. Padahal aku sudah berjanji akan melihat prosesi pernikahannya sampai benar-benar selesai." Jawab Hizuki dengan nada sendu. Sonoko menepuk bahu laki-laki itu lalu tersenyuk tipis.
"Kau belum bisa merelakannya, ya." Sonoko kemudian mengukuti arah pandang Hizuki.
"Hei.... Maukah kau mendengarkan kisahku dan dia?"
"Jika itu membuatmu lebih tenang akan kudengarkan, jika itu membuatmu semakin terpuruk aku dengan senang hati menolak." Sonoko berkata dengan serius, Hizuki terkekeh.
"Tidak ada satupun kenangan bersamanya yang membuatku sedih. Ya, kecuali hari pernikahannya."
***
Namaku Honda Hizuki, umurku 15 tahun saat ini. Tidak punya pacar. Tampan. Dan kaya. Setidaknya itu yang dikatakan oleh orang.
Tidak seperti temanku yang lain, kedua orangtuaku jarang sekali di rumah. Aku hanya ditemani oleh pelayan keluarga dan.... Adikku yang manis. Namanya Ri-chan, umur kami terpaut 5 tahun.
Aku dan dia saling bergantungan karena ketidakhadiran orang tua kami. Ri-chan selalu suka melihatku bermain basket. Dia akan selalu menyemangatiku dengan suara cemprengnya yang menggemaskan. Ri-chan menyukai bunga dan semua hal yang berbau keindahan.
Aku suka rambut sebahunya yang lembut, itulah alasan aku sering mengusaknya. Aku suka bagaimana dia tertawa atau tersenyum. Bagiku dia adalah prioritas sebab aku memiliki tanggung jawab sebagai kakak. Namun semua itu tidak bertahan lama.
Suatu hari Ri-chan mendatangiku sambil terisak.
"Nii-chan.... Huwaaaaa...." Ia memelukku dengan sangat erat dan enggan melepaskannya. Hatiku mencelos seketika. Aku tidak suka melihat dia begini.
"Kenapa, sayang?" tanyaku pelan sembari mengusak rambutnya.
"M-mereka bilang aku lemah. Aku tidak boleh bermain.... Hiks. Padahal aku tidak lemah... Hiks. Mereka mendorongku sampai bekal yang Nii-chan buat tumpah, maaf aku tidak bisa memakan bekal buatanmu... Hikkss..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kokoronashi
Short StoryKumpulan cerpen romance yang dibumbui sedikit tragedi. "Bagiku kau sudah cukup cantik, Cal. Jangan menangis...." - Sam [Missing] 'Kau spesial. Yang pertama. Tapi kau juga yang pertama kali menorehkan goresan dihatiku.' - Riz [Late] Note : Warning...